Manusia
Dr Marisa Anggraini, M.Pd. Ked
Dr. Febrika Wediasari
Pendahuluan
Kemajuan IPTEK kedokteran bertumpu
pada riset yang dilakukan, termasuk riset
biomedik yang dilakukan pada manusia
sebagai subjek.
Walaupun riset telah dilakukan pada hewan
namun uji coba pada manusia tidak dapat
dihindarkan karena perbedaan species.
Uji coba manusia the final site, sehingga
perlu persyaratan dan pengawasan yang
ketat termasuk segi etik oleh peneliti yang
kompeten, jujur, objektif dan terbuka.
Pendahuluan
Tujuan riset biomedik pada manusia
untuk menyempurnakan tatacara
diagnosis, terapi, pencegahan serta
pengetahuan tentang etiologi dan
patogenesis penyakit.
Tujuan akhir ilmu pengetahuan
untuk kesejahteraan umat manusia.
Pendahuluan
Uji coba hewan pun perlu
pertimbangan dari segi etik, antara
lain cara memperoleh hewan
percobaan, masalah transportasi ,
perkandangan, kondisi lingkungan,
makanan, perawatan dan pengawasan
oleh dokter hewan, teknik
pelaksanaan uji coba, dll.
Prinsip dasar etik
kedokteran
Respect for person (menghormati harkat dan martabat
manusia)
Bebas memilih
Perlindungan terhadap subjek yang otonominya kurang
Kerahasiaan data/informasi dari subjek
Benfeficence (manfaat)
Manfaat semakin besar, resiko semakin kecil
Rancanganpenelitian harus memenuhi syarat ilmiah
Kemampuan peneliti (pelaksanaan penelitian dan menajga
kesejahteraan subjek
Do no harm (normaleficence)
Justice (keadilan)
Perlakuan yang sama pada semua orang dengan moral
yang benar dan layak dalam memperoleh haknya
Pelaksanaan Prinsip dasar
etik penelitian
Respect for person Inform consent
Menghormati harkat (persetujuan setelah
dan martabat manusia penjelasan)
Benificence Memenuhi
Berbuat baik, do no persayaratan ilmiah
harm (peneliti mampu
melaksanakan manfaat
lebih besardari resiko)
Justice Tidak beda perlakuan
Keadilan (perhatian khusus pana
anak-anak, ibu hamil,
narapidana, negara
berkembang)
Kasus pelanggaran etik
Studi hepatitis thn 1950-1970 pada
anak terbelakang
Studi penyakit kronis 1963 injeksi
sel kanker pada anak terbelakang
mental
Studi perjalanan penyakit sifilis pada
orang negro (walau telah ditemukan
penicilin tapi tidak diobati)
Uji Klinik
Uji coba pada manusia dilakukan jika
uji coba pada hewan cukup aman dan
memuaskan.
Uji klinik (clinical trial) obat baru pd
manusia dilakukan dlm beberapa
tahap.
Tahap 1:
Untuk pertama kali obat dicobakan pada
manusia.
Subjek adalah sukarelawan yang sehat.
Dilakukan disuatu RS atau lembaga dgn
pengawasan ketat oleh para ahli.
Untuk mengetahui farmakokinetik &
farmakodinamik obat pd org sehat.
Umumnya tergolong riset non terapeutik.
Tahap 2:
Obat dicobakan pd sekelompok kecil
penderita yg diharapkan akan
mendapat manfaat terapeutik.
Subjek diseleksi dengan ketat &
diawasi oleh ahli yang kompeten.
Tujuan utama: untuk mengetahui
apakah obat baru mempunyai efek
terapeutik pd penderita.
Tahap 3:
Obat diberikan pd sejumlah besar
penderita dgn kondisi yg menyerupai
keadaan dimana obat dipakai sehari-hari di
masyarakat.
Seleksi pasien tdk terlalu ketat & obat
mgkn diberikan oleh dokter umum atau
orang2 yg tdk ahli benar.
Efek samping yg agak jarang dijumpai mgkn
tlh dapat terlihat pd tahap ini.
Bila hasil uji klinik aman baru
dipasarkan.
Tahap 4:
Pd tahap ini dpt dikumpulkan data
efektifitas maupun efek samping obat
dlm penggunaan jangka panjang.
Demikian jg kemungkinan timbulnya
kecenderungan penggunaan
berlebihan atau penyalahgunaan.
Deklarasi Helsinki
Tercantum prinsip dasar riset, etik
riset kedokteran yg dikombinasi dgn
pengobatan (riset klinik) & riset
biomedik non terapeutik pd manusia
(riset non klinik).
Prinsip Dasar (Deklarasi Helsinki)
1. Riset biomedik hrs memenuhi prinsip2
ilmiah & berdasarkan eksperimen lab
hewan percobaan & pengetahuan yg
adekuat dr literatur ilmiah.
2. Disain & pelaksanaan eksperimen pd
manusia hrs dituangkan dlm suatu
protokol utk kemuadian diajukan kpd
suatu komisi independen yg ditugaskan
utk mempertimbangkan, memberi
komentar & bimbingan.
Prinsip Dasar (Deklarasi Helsinki)