Anda di halaman 1dari 49

PENGELOLAAN

SANITASI LAUNDRI
LINEN DI FASILITAS
PELAYANAN
KESEHATAN

Workshop Laundry Linen


Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
2014 1
REGULASI
UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO.36 TAHUN 2009

PASAL 6 SetIup orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi


pencapaian derajat kesehatan.

PASAL 12 Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat


kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.

PASAL
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
162 lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya

1. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin


PASAL ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk
163 bagi kesehatan.
2. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat
dan fasilitas umum.
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Pasal 8 : Persyaratan lokasi rumah sakit
Pasal 9 & 10 : Persyaratan bangunan rumah sakit
Pasal 11 : Prasarana rumah sakit
Pasal 29 : Kewajiban rumah sakit

UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 No. 20,
Tambahan lembaran Negara No. 3237);
PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular;
UU No. 32 Th 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No.18 Tahun 2008 ttg Pengelolaan Sampah
PP No.74 Tahun 2001 ttg Pengelolaan B3
PP No. 85 tahun 1999 ttg Pengelolaan Limbah B3 ttg Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999 ttg Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
PP No. 18 tahun 1999 ttg Pengelolaan Limbah B3
Kepmenkes No. 1204 thn 2004 ttg Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS
KepMenLH No.8 thn 2010 tentang Kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan
KepMenLH No. 58 thn 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan di Rumah Sakit
Peraturan Menteri PU No. 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan
Gedung
PerGub DKI Jakarta No.38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau
DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3
1. PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
2. PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3. PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun
4. Permen LH No.2 th 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3
5. Permen LH No.3 th 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol Dan
Label B3
6. Permen LH No. 18 th 2009 tentang Tata Cara Perijinan Pengelolaan
Limbah B3
7. PermenLH No. 30 Th 2009 tentang Tata Laksana Perijinan dan
Pengawasan Limbah B3 oleh Pemerintah Daerah
8. Instruksi Menteri Lingkungan Hidup No.01 Thn.2013 tentang
Persyaratan dan kewajiban dalam ijin pengelolaan limbah B3
Isi Undang Undang.RI No.44/2009
BANGUNAN PRASARANA
1) R.Rawat Jalan 1) Instalasi Air
2) R.Rawat Inap 2) Instalasi Mekanikal dan
Elektrikal.
3) R.Gawat Darurat
3) Instalasi Gas Medik
4) R.Radiologi 4) Instalasi Uap
5) R.Laboratorium 5) Inst.Pengolahan Limbah
6) R.Sterilisasi 6) Pencegahan dan
7) R.Farmasi Penanggulangan Bencana
8) R.Dapur 7) Sarana Evakuasi
9) R.Laundri 8) Inst.Tata Udara
9) Sistem Informasi dan
Komunikasi.
PENGERTIAN LAUNDRY
Ruang Laundry adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin
uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin seterika.

Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit dan


fasyankes lain. Penanganan rutin waktu membersihkan tempat tidur,
pengangkutan linen sepanjang koridor dan ruang-ruang di rumah sakit
dapat menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah sakit.

Di tempat pencucian, penumpukan linen kotor, akan menimbulkan


gangguan kesehatan kepada para pekerja laundry dan dapat
mengotori linen bersih.

7
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN LAUNDRI

KESELAMATAN KESEHATAN KENYAMANAN KEMUDAHAN

PROTEKSI SISTEM RUANG


KEBAKARAN GERAK HUBUNGAN
VENTILASI ANTAR RUANG

PROTEKSI SISTEM KONDISI


PETIR PENCAHAYAAN TERMAL KELENGKAPAN
PRASARANA
PROTEKSI SISTEM DAN SARANA
PANDANGAN
KELISTRIKAN SANITASI

PROTEKSI BAHAN GETARAN


STRUKTUR BANGUNAN DAN
KEBISINGAN
KETENTUAN PERSYARATAN KHUSUS R.
LAUNDRI
1. Suhu air panas untuk pencucian 70C dalam waktu 25 menit
atau 95C dalam waktu 10 menit.
2. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses
pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang
dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen
infeksius dan non infeksius.
4. Ruang Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup
yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment)
sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
5. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai ruang laundry
tersendiri, pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain
dan pihak lain tersebut harus mengikuti persyaratan dan tata
9
laksana yang telah ditetapkan.
KETENTUAN PERSYARATAN KHUSUS R. LAUNDRI

6. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus


menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta
dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.
7. Efluen IPAL dari kegiatan laundry dari linen fasyankes harus
memenuhi Keputusan Menteri LH No. 58 thn 1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan di Rumah Sakit
8. Standar kuman bagi Linen bersih setelah keluar dari proses
tidak mengandung 6 x 10 spora spesies Bacillus per inci
persegi (Kepmenkes No. 1204 thn 2004 ttg Persyaratan
Kesehatan Lingkungan RS)

10
PERSYARATAN KOMPONEN
BANGUNAN RUANG LAUNDRY

a.Lantai
1. Lantai harus kuat, kedap air, permukan rata, tidak
berpori, tidak licin, warna terang dan mudah
dibersihkan.
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus
mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran
pembuangan air limbah.
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung (hospital plint) agar mudah
dibersihkan.
11
PERSYARATAN KOMPONEN
BANGUNAN RUANG LAUNDRI
b.Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, tidak berpori,
berwarna terang
Menggunakan cat yang tidak luntur dan tahan
terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim.
Serta menggunakan cat yang tidak mengandung
logam berat.

12
PERSYARATAN KOMPONEN
BANGUNAN RUANG LAUNDRI
c. Atap
1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya.
2. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi
penangkal petir.
d. Langit-langit
1. Langit-langit harus kuat, tidak berpori, berwarna terang dan
mudah dibersihkan
2. Langit-langit tingginya minimal 2,7 meter dari lantai.
3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
13
harus anti rayap.
PERSYARATAN KOMPONEN
BANGUNAN RUANG LAUNDRI
e. Balkon, beranda dan talang
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga
tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk.
f. Pintu.
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya.
g. Jendela.
Jendela harus memiliki bukaan yang cukup, dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya. 14
PERSYARATAN PRASARANA (UTILITAS) RUANG
LAUNDRY
a. Jaringan Instalasi
1. Pemasangan jaringan instalasi air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem
penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain harus memenuhi
persyaratan keandalan bangunan baik dari segi keselaman, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan bangunan agar aman digunakan untuk
tujuan pelayanan kesehatan.
2. Pemasangan pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah.
b. Transportasi Vertikal dan Horisontal Antar Ruangan
1. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan sehingga
memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari
risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.
2. Koridor, lif, ram, dan tangga harus aksesibel untuk orang tua dan difabel.

15
PERSYARATAN PRASARANA (UTILITAS)
RUANG LAUNDRY

c. Sistem proteksi kebakaran


1. Fasilitas Pemadam Kebakaran harus dilengkapi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau
dengan mudah bila terjadi kebakaran.
d. Instalasi Tata Udara /Ventilasi
1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di
dalam kamar/ruangan dengan baik
2. Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai

3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya


pergantian udara dengan baik, kamar atau ruangan harus
dilengkapi dengan penghawaan buatan/ventilasi mekanis 16
PENGELOLAAN LAUNDRI RS
Linen kotor

Linen kotor Linen kotor Linen kotor

PEMILAHAN LINEN KOTOR

PROSES PENCUCIAN
& PENGERINGAN

PENGEPAKAN PENYIMPANAN PENDISTRIBUSIAN


17
PROGRAM RUANG PADA RUANG LAUNDRY YANG
HARUS TERSEDIA HARUS SESUAI KEGUNAANNYA
1. R. linen kotor, R. linen bersih, R. linen higienis, R. linen steril,
2. Ruangan untuk perlengkapan kebersihan,
3. Ruangan perlengkapan cuci,
4. Ruangan kereta linen kotor, (ditambah ruang mobil linen kotor untuk pihak
ketiga)
5. Ruangan kereta linen bersih,
6. Ruangan kereta linen higienis, (ditambah ruang mobil linen higienis untuk
pihak ketiga)
7. Ruangan kereta linen steril (di ruang bedah, ICU, ruang isolasi di rumah sakit),
8. Kamar mandi,
9. Ruangan peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk linen
10. Ruangan Penyimpanan Stok Linen Bersih, Linen Higienis, dan Linen Steril
(khusus di ruang bedah, ICU, ruang isolasi di rumah sakit)
18
DAMPAK PENANGANAN LINEN
Pengelolaan linen yang tidak baik akan
menimbulkan :
Penumpukan linen kotor
Linen kotor akan mengotori linen bersih
Akan menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah
sakit.
Menimbulkan masalah K3 dan infeksi akibat
pelayanan kesehatan (HAIS)

19
A L U R P R O S E S

R U A N G R A W A T IN A P/ R A W A T J A L A N

P E N E RI M A A N LI NE N K O T O R

P E NI MB A N G A N/
P E N G H I T U N G A N / P E MI L A H A N

LI N E N I N F E K S I U S N O N I N F E K SI US

D E K ON T A MI N A SI

+ 2 J A M P E R E N D A M A N

P E NI MB A N G A N

P E N C U C I A N

P E N GE R I N G A N

M A N G G E L/ S E TRI K A

P E N Y O R TI R A N/

P E LIP A T A N

R O B E K/ R U S A K B E R SI H B E R N O D A

P E N J A HI TA N P E N YI MP A N A N

DIS TRI B U S I
PROSES PENANGANAN LINEN
Di ruangan sumber pelayanan:
1. Pemilahan
Pemilahan adalah proses pemisahan antara linen kotor
infeksius dan linen kotor non infeksius untuk menjamin linen
tidak bercampur pada saat masuk ke ruang laundry rumah
sakit.
2. Pengangkutan
Pengangkutan adalah proses pengangkutan linen kotor dari
ruangan sumber ke ruang laundry rumah sakit. Dalam tahap ini
juga dilakukan pemisahan pengangkutan, dengan
menggunakan troli secara terpisah, sehingga menjamin tidak
terjadi percampuran antara linen infeksius dan linen non
infeksius. RS yang tidak mempunyai ruang laudry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus
menggunakan mobil khusus. 21
PROSES PENANGANAN LINEN
Dalam tahap pemilahan yang harus diperhatikan :
Pemisahan proses pewadahan/pengumpulan linen menggunakan kantong plastik
dengan identitas yang berbeda dan tidak rusak saat diangkut.
Hilangkan bahan padat (misalnya feses) dari linen yang sangat kotor
(menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat tersebut ke dalam
toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong cucian.
Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati untuk mencegah
kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya.
Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai prosedur pencucian
biasa.
Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien. Masukkan linen yang
terkontaminasi langsung ke kantong cucian di ruang isolasi dengan
memanipulasi minimal atau mengibas-ibaskan untuk menghindari kontaminasi
udara dan orang
Ada pandangan sebaikya di ruangan dilakukan perlakuan disinfeksi linen kotor
infeksius dengan cara merendam dalam larutan disinfektan.
Kemudian dilakukan penghitungan dan pencatatan linen di ruangan.
22
Pengangkutan Linen :

23
PROSES PENANGANAN LINEN
Di Ruang laundry
Proses Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara linen
infeksius dan non infeksius
Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
Proses Disinfeksi
Linen dilakukan perendaman dengan larutan disinfektan bila di
ruangan sumber tidak dilakukan disinfeksi.
Melakukan pembersihan linen kotor dari tinja, urin, darah dan
muntahan sebelum merendamnya menggunakan larutan
disinfektan
Disinfeksi dilakukan terutama pada linen kotor infeksius
24
PROSES PENANGANAN LINEN
Di Ruang laundry
Proses Pencucian
1. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin
cuci dan kebutuhan detergen dan disinfektan,
2. Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah dan muntahan
kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan,\
3. Pencucian dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya
Proses Pengeringan
Proses Penyeterikaan
Proses Penyimpanan
1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya
2. Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah
3. Pintu lemari selalu tertutup
25
BAHAN KIMIA LAUNDRY

26
PENCUCIAN LINEN

27
PENGGUNAAN STEAM UP
DALAM PROSES CUCI

28
PENYETRIKAAN LINEN (SKALA
BESAR)

29
PENYETRIKAAN LINEN

30
PENYIMPANAN LINEN

31
PENYIAPAN LINEN BERSIH

32
PENYIMPANAN LINEN BERSIH

33
PROSES PENANGANAN LINEN
Proses Pendistribusian
1. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari
petugas penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih
kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima
2. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan
dengan kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor
3. Menggunakan kereta dorong/troli yang berbeda dan tertutup
antara lain linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus
dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut linen
kotor
4. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh
dilakukan bersamaan
5. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda
warna.
6. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus
menggunakan mobil box khusus. 34
TROLLY DISTRIBUSI

35
FASILITAS DISTRIBUSI LINEN
BERSIH

36
PENGENDALIAN DAMPAK
PENANGANAN LINEN
Pengendalian Pada Sumber (Linen) :
Pengendalian dampak linen pada sumber merupakan upaya isolasi
dini pada linen khususnya linen kotor infeksius dan linen bersih setelah
dilakukan proses pencucian. Jenis pengendalian tersebut meliputi :
Pemisahan perlakuan linen kotor infeksius dan non infeksius dengan
melakukan penampungan/pengumpulan pada ruang dan kantong
plastik penampung yang berbeda
Melakukan disinfeksi dengan proses perendaman dalam larutan
disinfektan
Membuang kotoran yang melekat pada linen kotor seperti kotoran
feses, darah, nanah dan cairan tubuh lainnya sebelum di lakukan
proses perendaman larutan disinfektan dan proses pencucian

37
PENGENDALIAN DAMPAK
PENANGANAN LINEN
Pengendalian Pada Media (Udara, Alat) :
Mekanisme dampak penanganan linen kotor adalah terjadinya infeksi
bakteri melalui media udara, air bekas cucian dan fasilitas penanganan
linen. Media ini bila kontak dengan petugas akan memberikan pengaruh
pada penularan penyakit. Pengendaliannya adalah :
Mendisain ruangan dengan konstruksi ruangan yang tidak lembab dan
cukup sinar matahari masuk serta adanya pembagian ruangan yang
jelas yang dilengkapi pembatas pintu.
Memasang sistem pengaturan sirkulasi udara dengan memasang
exhaust fan, terutama di ruang penerimaan linen kotor dan ruang
pencucian
Melakukan penyaluran dan pengolahan air bekas cucian ke Instalasi
pengolahan Air Limbah (IPAL)
Melakukan disinfeksi pada fasilitas penanganan linen, seperti
gerobak/troli angkut linen, alat timbang linen, ruang laundry dan mesin
laundry.
38
PENGENDALIAN DAMPAK
PENANGANAN LINEN
Pengendalian Pada Tenaga :
Pengendalian dampak penanganan linen pada tenaga meliputi :
Pembekalan pengetahuan tenaga akan dampak negatif
penanganan linen
Penyediaan alat pelindung diri, seperti pakaian kerja, masker,
penutup kepala, sepatu boot, kaos tangan dll.
Melakukan pengawasan tenaga pada perlakuan proses
penanganan linen dan pemakaian alat pelindung kerja
Menciptakan ruang kerja laundry yang nyaman
Melakukan medical check up petugas laundry

39
MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)
PENGELOLAAN LINEN RS

Monitoring dilakukan untuk mengendalikan implementasi perencanaan


melalui daftar pengamatan dan butir-butir yang tertuang dalam
perencanaan.

Aspek yang monitoring :


Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan linen RS meliputi
aspek :
Kesesuaian pelaksanaan dengan prosedur tetap yang ada
Pencapaian indikator dan sasaran yang ditetapkan
Sumber daya manusia
Jumlah dan kualitasnya
Waktu pelaksanaan kegiatan
Pembiayaan

Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengendalian faktor resiko


pengelolaan linen meliputi aspek :
Jumlah kasus (accident)
Pola sebaran kasus

40
LANGKAH INSPEKSI LINEN
1. Mengumpulkan data dasar ( denah, tenaga kerja,
proses, produk utama/samping, keadaan kesehatan
petugas, shit, jam istirahat, keadaan keselamatan
dll)
2. Membuat situasi tempat kerja
3. Pemeriksaan lingkungan kerja ( konstruksi, gudang
bahan, ruang kerja petugas, proses kerja, faktor
lingkungan)
4. Pemeriksan fasilitas K3 (pakaian kerja, alat
pelindung, poster K3, fasilitas cuci tangan, dll)
5. Pemeriksan fasilitas kesejahteraan (MCK, tempat
istirahat, ruang ganti pakaian dll)
41
FASILITAS K3 DI LAUNDRY

42
TANDA/SIGN DI LAUNDRY

43
KELENGKAPAN KERJA
PETUGAS

44
BENTUK REKOMENDASI ATAS
HASIL MONEV :
PENGENDALIAN MELALUI PERATURAN (LEGISLATIVE CONTROL) :
Pedoman, SOP, Instruksi Direktur tentang penanganan linen RS dll
PENGENDALIAN ADMINISTRATIF/ORGANISASI (ADMINISTRATIVE
CONTROL):
Pengaturan jam kerja, istirahat dan lembur petugas laundry
Persyaratan petugas laundry : batas umur, jenis kelamin, kesehatan dll
PENGENDALIAN TEKNIS (ENGINEERING CONTROL):
Substitusi bahan dan alat yang dipakai dalam fasilitas linen/laundry
Isolasi : bahan, alat, proses kerja, operator dengan alat pelindung
Perbaikan sistem ventilasi bangunan laundry
PENGENDALIAN JALUR KESEHATAN:
Pemeriksaan kesehatan : awal, berkala dan khusus petugas laundry
Pendidikan K3 : kebersihan, personal hygiene, disiplin pemakaian alat pelindung
pada petugas laundry dll

45
HUBUNGAN TATA KERJA PENGAWASAN
LINEN

Sistem hubungan antar unit dalam kegiatan penanganan linen RS


adalah meliputi kewenangan dan tanggung jawab pengawasan dan
pelaksanaan.
Ruangan (Ruang sumber) bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengawasan
internal kegiatan penanganan linen .
Unit kerja penanganan linen (laundry) bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan
pengawasan di sumber, penyaluran/transportasi dan pengolahan serta pengawasan mutu
linen
Prosedur tetap pengelolaan linen :
Protap tahap penyortiran dan penimbangan
Protap tahap persiapan cuci (pembersihan kotoran dan desinfeksi)
Protap tahap pencucian
Protap tahap pemerasan
Protap tahap pengeringan
Protap tahap penyetrikaan
Protap tahap penyimpanan
Protap tahap distribusi

46
POLA PENGORGANISASIAN KEGIATAN
PENANGANAN LINEN RUMAH SAKIT

a. Fungsi-fungsi dalam organisasi laundry


Pengawasan mutu linen
Pengawasan petugas
Pengawasan fasilitas linen
Pengawasan kelengkapan K3
Pengawasan limbah laundry

b. Struktur organisasi berbasis fungsi


Struktur organisasi kegiatan sanitasi RS ( unit pengawasan linen)
seyogyanya menempatkan kegiatan pengawasan sebagai basis
utama, ditambahkan dengan fungsi-fungsi teknis linen dan administrasi
berbasis surveilans

47
DOKUMENTASI DAN PELAPORAN
PENGELOLAAN LINEN RS

Seluruh hasil kegiatan pengelolaan linen RS


harus dicatat secara lengkap selanjutnya
dilakukan dokumentasi.
Kegiatan yang telah didokumentasikan
selanjutnya dilakukan penyusunan laporan
kepada manajemen RS untuk mendapatkan
rekomendasi dan arahan kebijakan lebih lanjut.

48
I WISH YOU A GREAT
DAY!
Thank YOU
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

Sub Direktorat Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan

Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. No. 4-9 Jakarta Selatan.

Email: subditsarpraskes@gmail.com
heri17550@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai