Anda di halaman 1dari 9

Lack of Association Between

Helicobacter Pyloris Virulence and


Increased Serum C-Reactive
Protein Levels in Functional
Dyspeptic Patients
Margaret Melvi
406152093
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
RSUD RAA Soewondo Pati, Jawa Tengah
Latar Belakang
Helicobacter pylori ( H. pylori ) dideskripsikan pertama
kali oleh Robin Warren dan Barry Marshal pada tahun
1982, mikroorganisme yang paling sering ditemukan
pada epitel gaster yang dapat menyebabkan respon
imun dan inflamasi yang dapat muncul seumur hidup
bila tidak dieradikasi.
Berdasarkan beberapa penilitian terakhir, strain CagA
positif dapat menimbulkan kerusakan berat pada
epitel gaster, dihubungkan dengan peningkatan IL-8,
ulkus gastroduodenal, dan angka kejadian neoplasia.
Faktor virulensi ini juga dihubungkan dengan inflamasi
sistemik, mengakibatkan meningkatnya CRP dan
adanya bakteri dihubungkan dengan meningkatnya
risiko kardiovaskular.
Desain Studi
489 orang yang mengikuti program HEROES
trial di RS de Clinicas de Porto Alegre, Rio
Grande de Sul, Brazil
November 2006 Juni 2008
Consecutive non-randomize sampling
Kriteria inklusi: kriteria ROME III
Kriteria eksklusi: kelainan organik seperti
esofagitis, ulkus peptik gaster atau duodenal,
neoplasia. Pengobatan H. pylori sebelumnya,
manifestasi klinis dari penyakit organik atau
adanya komorbiditas signifikan dan tidak
diterimanya intervensi oleh pasien.
Metode
informed consent pertanyaan mengenai riwayat pengobatan,
kebiasaan makan, dan gayaa hidup

Prosedur endoskopi biopsi histologi dan rapid urea test

Diagnosis H. pylori

Pengukuran CRP (rentang pengukuran 0.175 1100 mg/L)

Pemeriksaan serologi CagA (CagA IgG EIA WELL, Radim)


Pemeriksaan dilakukan sebanyak 2x agar lebih presisi
Analisis statistik
Data kuantitatif:
Distrinusi Gaussian
T-test dan ANOVA (parametric)
Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis test
(non parametric)
Data kualitatif:
Frekuensi absolut dan relatif
Chi-square
P value dianggap bermakna jika <0.05
Hasil
66.3% pasien dengan fungsional dispepsia H.
pylori positif. 42.8% menunjukan adanya
antibodi terhadap protein CagA.
45.3% pasien yang H. pulori positi sering
meminum Yerba mate tea (P = 0.006)
Kuatnya asosiasi antara adanya anti CagA
dengan beratnya inflamasi dan aktivitas
inflamasi (P0.001)
Tidak adanya asosiasi antara CRP dengan
beratnya inflamasi (P=0.339) maupun
aktivitas inflamasi (P=0.508)
Kesimpulan
Tidak ada renpon sistemik terhadap
patogen diukur dengan peningkatan level
CRP tanpa memperhatikan status CagA.
Di lain sisi, konsumsi Yerba mate tea
dipertimbangkan sebagai faktor kultural
yang memiliki posibilitas sebagai transmisi
H. pylori.

Anda mungkin juga menyukai