MUTMAINNAH
Telinga merupakan
indra pendengaran,
terbagi atas
beberapa bagian
seperti:
• Telinga luar.
• Telinga tengah.
• Telinga dalam.
Telinga luar (auris eksterna )
1. Aurikulum = daun telinga =
pina
berfungsi untuk menangkap dan
mengumpulkan glombang bunyi
serta menentukan arah sumber
bunyi
2. Liang telinga luar = Canalis
Auditorius Eksternus
Terdiri atas:
a. Meatus akustikus eksternus (
lubang )
b. Canalis auditorius eksternus (
saluran
Pada proses mendengar memiliki
fungsi untuk melanjutkan
gelombang suara dan
meresonansi bunyi + 12-15 dB.
Telinga tengah
• 1. Membran tympani
2. Kavum Timpani
Cavum timpani berisi:
- Osikula: Maleus, Inkus, Stapes
- Muskulus: muskulus temsor timpani,
stapedius
- Lain-lain: ligamen, saraf (korda timpani)
• Pada proses mendengar:
Membran timpani dan osikula memperkuat
gelombang bunyi sekitar 25-30 kali.
Sedangkan muskulus stapedius dan muskulus
tensor timpani mengurangi gelmbang bunyi
yang berlebihan.
• 3. Tuba Eustachius
Berfungsi:
- Drainase
- Ventilasi (pertahankan tekanan udara dan
oksigenasi)
4. Antrum dan sel-sel mastoid
Telinga dalam (Auris Interna/Labirin)
1. Tulang = labirin osseus, terdiri dari:
• Cochlea, seperti rumah siput terletak
didepan
• Canalis semisirkularis
2. Membran = labirin membranaceus,terdiri
dari:
• Duktus cochlearis
• Saculus dan utriculus
3. Duktus semisirkularis terdapat 3 ampula,
yaitu:
- Ampula romb. Anterior
- Ampula romb. Lateral
- Ampula romb. Posterior
Organ pendengaran
Sistem keseimbangan
Test pendengaran
• Cara Tes Bisik Pada Telinga
Tes bisik pada telinga merupakan suatu tes
pendengaran dengan memberikan suara bisik
berupa kata-kata kepada telinga penderita
dengan jarak tertentu.
Hasil test berupa jarak pendnegaran, yaitu jarak
antara pemeriksa dan penderita dimana suara
bisik masih dapat didengar 6 meter. Pada nilai
normal tes berbisik adalah 5/6 – 6/6.
Test pendengaran
• Cara Tes Garbutala Pada Telinga
Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu
dipengaruhi suara bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara
melakukan tes Rinne adalah penala digetarkan, tangkainya diletakkan di
prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar penala dipegang di depan
telinga kira-kira 2 ½ cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif. Bila
tidak terdengar disebut Rinne negatif.
Test pendengaran
• Cara Tes Weber Pada Telinga
Cara melakukan tes Weber adalah
penala digetarkan dan tangkai
garputala diletakkan di garis
tengah kepala (di vertex, dahi,
pangkal hidung, dan di
dagu). Apabila bunyi garputala
terdengar lebih keras pada salah
satu telinga disebut Weber
lateralisasi ke telinga
tersebut. Bila tidak dapat
dibedakan ke arah teling mana
bunyi terdengar lebih keras
disebut Weber tidak ada
lateralisasi.
Test pendengaran
• Cara Tes Schwabach Pada Telinga
Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai
garputala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi. Kemudian tangkai garputala segera dipindahkan
pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya
normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar
disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu
garputala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih
dulu. Bila penderita masih dapat mendengar bunyi disebut
Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira
sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan
pemeriksa (Medicastore, 2006).
Test pendengaran
Cara Tes Audiometri Pada Telinga
• Tes audiometri merupakan tes pendengaran dengan alat elektroakustik.
• Tes ini meliputi audiometri nada murni dan audometri nada tutur.
• Audiometri nada murni dapat mengukur nilai ambang hantaran udara dan
hantaran tulang penderita dengan alat elektroakustik. Alat tersebut dapat
menghasilkan nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitasnya yang
dapat diukur.
• Untuk mengukur nilai ambang hantaran udara penderita menerima suara
dari sumber suara lewat heaphone, sedangkan untuk mengukur hantaran
tulangnya penderita menerima suara dari sumber suara lewat vibrator.
• Manfaat dari tes ini adalah dapat mengetahui keadaan fungsi
pendengaran masing-masing telinga secara kualitatif (pendengaran
normal, gangguan pendengaran jenis hantaran, gangguan pendengaran
jenis sensorineural, dan gangguan pendengaran jenis campuran). Dapat
mengetahui derajat kekurangan pendengaran secara kuantitatif (normal,
ringan, sedang, sedang berat, dan berat (Bhargava, Bhargava dan Shah,
2002).
Gangguan pada telinga (Tuli)
• Tuli dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
• Tuli konduktif terjadi akibat kelainan telinga luar,
seperti infeksi, serumen atau kelainan. Pada telinga
tengah seperti otit is media atau otosklerosis
(Kliegman, Behrman, Jenson, dan Stanton, 2004).
• Tuli sensorineural melibatkan kerusakan koklea atau
saraf vestibulokoklear. Salah satu penyebabnya adalah
pemaikain obat-obat ototoksik seperti streptomisin
yang dapat merusak stria vaskularis.
• Tuli campuran adalah tuli baik konduktif maupun
sensorineural akibat disfungsi konduksi udara maupun
tulang. (Lassman, Levine dan Greenfield, 1997).
Tuli konduktif
• Pada gangguan pendengaran Gejala yang ditemui pada gangguan
jenis ini, transimis gelombang pendengaran jenis ini adalah seperti
suara tidak dapat mencapai berikut:
telinga dalam secara efektif, hal •Ada riwayat keluar cairan dari telinga
Ini disebabkan karena beberapa atau riwayat infeksi telinga
gangguan atau lesi pada kanal
telinga luar, rantai tulang sebelumnya.
pendengaran, ruang telinga •Perasaan seperti ada cairan dalam
tengah, fenestra ovalis, fenestra telinga dan seolah-olah bergerak dengan
rotunda, dan tuba auditiva. Pada perubahan posisi kepala.
bentuk yang murni (tanpa •Dapat disertai tinitus (biasanya suara
komplikasi) biasanya tidak ada nada rendah atau mendengung).
kerusakan pada telinga dalam, •Bila kedua telinga terkena, biasanya
maupun jalur persyarafan penderita berbicara dengan
pendengaran nervus
vestibulokoklearis (N.VIII). suara lembut (soft voice) khususnya
pada penderita otosklerosis.
•Kadang-kadang penderita mendengar
lebih jelas pada suasana ramai.
Tuli konduktif
Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai :
Penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada
jarak 5 m dan sukar mendengar kata-kata yang
mengandung nada rendah.
Melalui tes garputala dijumpai Rinne negatif.
Dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai
hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes
Weber didapati lateralisasi ke arah yang sakit. Dengan
menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati
Schwabach memanjang (Soepardi dan Iskandar, 2001).
Tuli sensorik
• Kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan saraf
otak yang terbagi atas tuli sensorineural koklea dan
tuli sensorineural retrokoklea. Tuli sensorineural
koklea disebabkan aplasia, labirinitis, intoksikasi obat
ototaksik atau alkohol.Dapat juga disebabkan tuli
mendadak, tauma kapitis, trauma akustik dan
pemaparan bising tuli sensorineural retrokoklea
disebabkan neuoroma akustik, tumor sudut pons
serebellum, mieloma multipel, cedera otak,
perdarahan otak, dan kelainan otak lainnya. (Indro
Soetirto: 2003). Gangguan pendengaran jenis ini
umumnya irreversibel.
Tuli sensorik
Macam macam tuli sensorik dibagi menjadi Tuli sensori neural coclea dan Tuli
sensori neural retrokoklea