b. Definisi operasional
Jumlah kasus TB semua kasus (berbasis mikroskopis) per seratus ribu penduduk
di wilayah tertentu dan waktu tertentu.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kasus TB semua
kasus dalam suatu wilayah
tertentu pada waktu
tertentu
x 100.000 penduduk
Jumlah penduduk dalam
suatu wilayah tertentu pada
waktu tertentu
Data ini idealnya diperoleh dari Survei Prevalensi TB (SPTB). Akan tetapi, SPTB
tidak dapat dilaksanakan setiap tahun dikarenakan biaya yang sangat besar,
sehingga Sub Direktorat (Subdit) TB melakukan pemodelan estimasi prevalensi
TB (berbasis mikroskopis) yang dibantu oleh KOMLI TB yang sudah terbentuk
pada tahun 2016 oleh Menteri Kesehatan melalui Kepmenkes No
HK.02.02/Menkes/454/2016.
d. Capaian indikator
Berdasarkan Global Report TB tahun 2015, capaian indikator prevalensi TB
tahun 2015 sebesar 647 per 100.000 penduduk. Meskipun estimasi prevalensi
TB di tahun 2015 lebih tinggi dari estimasi di tahun sebelumnya, angka ini tidak
menunjukkan peningkatan prevalensi. Metode survey dari Survey Prevalensi TB
tahun 2013-2014 menggunakan metode yang lebih sensitif dan spesifik
40 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2016
Berdasarkan grafik di atas, capaian prevalensi kasus tahun 2014 mencapai 267
per 100.000 penduduk dengan target 272 per 100.000 penduduk, kemudian
menurun tahun 2015 menjadi 263 per 100.000 penduduk dengan target 280 per
100.000 penduduk dan tahun 2016 sebesar 257 per 100.000 penduduk dengan
target 271 per 100.000 penduduk. Indikator ini adalah indikator negatif yang
artinya jika semakin besar realisasi semakin buruk kinerjanya dan sebaliknya jika
semakin kecil realisasi maka semakin baik kinerjanya. Dengan demikian pada
tahun 2016, indikator Prevalensi TB telah mencapai target.
41 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2016
42 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2016
h. Pemecahan Masalah
Untuk mencapai target, Program TB melaksanakan kegiatan yang berdasarkan 6
strategi yaitu:
43 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2016
b. Rumus/cara perhitungan
Mempergunakan perhitungan mathematic modelling
c. Capaian indikator
Perhitungan angka prevalensi di Indonesia tidak dilakukan melalui survey karena
membutuhkan sumber daya yang sangat besar, melainkan didapatkan dari hasil
pemodelan matematika. Dari hasil pemodelan tahun 2014 diketahui bahwa
prevalensi dalam populasi umum masih rendah. Namun demikian dari hasil sero
surveilans maupun Surveilens Terpadu Biologi dan Perilaku pada populasi
beresiko tahun 2015 diketahui bahwa prevalensi HIV diatas 5%. Hal ini
menunjukkan pola epidemi HIV AIDS di Indonesia masih terkonsentrasi.
Grafik 3.11
Target dan Realisasi Capaian Prevalensi HIV Tahun 2016
44 |