Anda di halaman 1dari 40

Oleh :

H A R TO N O, S.Hut
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
NAMA . H artono
PENDIDIKAN • S.1 Kehutanan, Jurusan Manajemen Hutan,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
(1997)
PENGALAMAN • Struktural di Dinas Pertambangan Kab. Nunukan
(eselon III.b)
• Struktural di DKPP Kab. Nunukan (ess. III.b)
• Struktural di Badan Kesbangpol Prov. Kaltara
(eselon III.a)
• Struktural di Dinas ESDM Prov. Kaltara (eselon
III.a)
• Strutural di BPSDM Prov. Kaltara (Kabid
SKPKMF,eselon III.a)
• Struktural di DPMPTSP Prov. Kaltara (Kabid.
P3MD2SI. Eselon III.a)
ALAMAT . Jln. Cendrawasih, Tanjung Selor
. Jln. Intan Sari, RT. 21 Sungai Besar, Banjarbaru.
Kalsel
LATAR BELAKANG
NKRI adalah sebuah frame dan cara pandang
seluruh elemen bangsa dalam memahami
kesatuan dan persatuan bangsa di segala aspek
kehidupan termasuk aspek pemerintahan. Cara
pandang ini diperlukan karena tidak terlepas dari
karakteristik keberagaman indonesia yang ada.

Keberagaman tersebut sebagai bentuk kekayaan,


maka kondisi majemuk bangsa adalah merupakan
realitas yang dapat menghadirkan potensi
pendorong adanya pertumbuhan dan kerjasama,
namun disisi lain keberagaman juga menjadi
ancaman ketika primordialisme dan ego sektoral
menguat dan saling mengalahkan.
Di tubuh pemerintahan, keberagaman juga menjadi
warna sektor yang relatif berbeda satu sama lain,
perbedaan antar sektor ini secara alami mendorong
adanya perbedaan visi dan orientasi masing2 sektor,
yang mendorong adanya kompetisi antar sektor yang
menajam, satu sektor memandang sektor lain tidak
lebih penting dari sektornya sendiri, demikian pula
sebaliknya.
Mentalitas sempit yang mementingkan sektornya
masing-masing ini bisa terus menguat manakala
perekat antar sektor melemah/tidak ada. ASN sebagai
aparatur penyelenggara negara sudah seharusnya
menjadi motor penggerak persatuan dan kesatuan
bangsa serta menjadi contoh bagi warga negara lain,
bukan sebaliknya menjadi contoh buruk dalam
mendorong disintegrasi bangsa dan fragmentasisektor.
 HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata Pelatihan ini, peserta diharapkan mampu
mengaktualisasikan konsep, penerapan WoG, dan Best practice
penerapan WoG dalam pemberian pelayanan yang terintegrasi.

 INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
1) Menjelaskan konsep WoG
2) Menjelaskan penerapan WoG dalam pemberian
pelayanan yang terintegrasi
3) Menganalisis best practice penerapan WoG dalam
pemberian pelayanan yang terintegrasi

 MATERI POKOK:
1) Konsep WoG
2) Penerapan WoG dalam pemberian pelayanan yang terintegrasi
3) Best practice penerapan WoG dalam pemberian pelayanan
yang terintegrasi

 WAKTU
Alokasi waktu: 6 sesi (18 JP).
APA ITU WOG
(KONSEP WOG)
WoG adalah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. WoG juga
dikenal sebagai pendekatan Interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.
Pendekatan WoG sudah lama berkembang
terutama di negara-negara aglo-saxon pada
tahun 1990-an (Inggris, Australia dan
Selandia Baru).

Pendekatan WoG dibeberapa negara


dipandang sebagai bagian dari respon
terhadap pandangan paradigma New Publik
Management (NPM) yang banyak
menekankan aspek efisiensi dan cenderung
mendorong ego sektoral dibanding perspektif
integrasi sektor.
Pengertian WoG menurut
APSC (Australia Publik service Council), WoG
menjelaskan bagimana pelayanan publik bekerja
lintas batas / sektor guna mencapai tujuan
bersama sebagai respon terpadu pemerintah
terhadap isu-isu tertentu, untuk kasus Australia
berfokus pada Pengembangan Kebijakan,
Manajemen Program dan Pemberian Layanan.

USIP (United States Institute of Peace), WoG


menekankan pada pengintegrassian upaya-
uapaya kementerian atau lembaga pemerintah
dalam mencapai tujuan bersama.
KENAPA WOG LAHIR
 Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba
menjawab pertanyaan klasik mengenai
koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor
atau kelembagaan, sebagai akibat dari
adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi
regulasi di tingkat sektor,sehingga WoG
sering kali dipandang sebagai perspektif
baru dalam menerapkan dan memahami
koordinasi antar sektor. (Ego sektoral
instansi pemerintah, Tuntutan publik dalam
integrasi kebijakan, Keberagaman : nilai,
budaya, adat, dsb )
EXTERNAL INTERNAL
Mengapa WoG
 Siloisasi, prinsip single-purpose organizations,
dengan banyak spesialisasi serta peran dan
fungsi non-overlapping mendorong:
Fragmentasi
Kewenangan terpusat di sektor
Kurangnya kerjasama dan koordinasi, yang
menyebabkan efektivitas dan efisiensi
 Devolusi Struktural, desentralisasi, penyerahan
kewenangan dari pusat ke daerah yang
berlebihan
 Persepsi mengenai dunia yang semakin tidak
aman dan berbahaya. Isu terorisme,
radikalisme, perubahan iklim, dll.
WoG mengarahkan bagaimana instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon
terpadu pemerintah terhadap isu isu tertentu.
Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan formal atau pendekatan informal.
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan
dalam prinsip-prinsip koordinasi, kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan
mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor
dalam pemerintahan.
Daerah Surplus Beras,
Kok Pemerintah Malah Impor Beras?
Sabtu 13 Januari 2018 06:29 WIB
RADAR KALTARA
Kamis, 26 April 2018

Stunting Serang 30 Persen Balita


di Kaltara
(stunting merupakan sebuah
kondisi di mana tinggi badan bayi
tidak sesuai dengan usia, atau
yang lebih dikenal dengan postur
tubuh pendek)
Bagian Humas dan Protokol Pemkab.
Malinau
Berita Warga, Senin, 31 Juli 2017 |
LAGI, Sungai Malinau Tercemar Limbah
Tambang
Budaya Buruk Membuang Sampah ke Sungai
Sabtu, 4 Juni 2016
Jumat, 24 Februari 2017 11:46
Pelayanan Sering Dikeluhkan, Ombudsman
Sambangi RSUD Tarakan
Mengapa WoG Sulit?
• Komunikasi tidak tuntas?
• Tidak ada kepemimpinan yang kuat dalam
koordinasi?
• Setiap orang (baca: instansi) tidak punya informasi
lengkap tentang sesuatu?
• Tidak bisa berpikir komprehensif dan visioner;
hanya fokus pada urusan sendiri secara sempit?
• Keengganan berinteraksi dengan orang (instansi)
lain?
• Merasa tidak butuh orang (instansi) lain?
• Tidak ada kepercayaan (trust) antar orang
(instansi)?
• Lainnya ???
Bagaimana WoG Dilakukan
Bagaimana Caranya ?
CIRI- CIRI WOG

 Lintas sektor
 Ada tujuan bersama
 Terpadu untuk satu masalah
 Terkait dengan pelayanan publik
 Pengembangan kebijakan
MANFAAT WoG
MENINGKATKAN / MEMBANGUN :
 Efisiensi
 Sharing informasi
 Lingkungan kerja
 Daya saing
 Akuntabilitas
 Koherensi kebijakan

MENURUNKAN / MENGURANGI :
 Biaya
 Pemborosan
 Duplikasi pekerjaan
 Inkonsistensi kebijakan
 Waktu penyelesaian layanan tertentu
Keuntungan WoG
 Outcomes-focused
Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai
oleh K/L sektoral secara masing-masing.
 Boundary-spanning:
Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu
instansi, tetapi lintas instansi
 Enabling
WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani
tantangan kebijakan yang kompleks
 Strengthening prevention
WoG mendorong pencegahan terhadap masalah
yang mungkin berkembang lebih jauh
PENERAPAN WOG DALAM PELAYANAN
YANG TERINTEGRASI
Pendekatan Praktek WoG

 Penguatan koordinasi antar lembaga


dilakukan jika jumlah lembaga masih terjangkau.
 Membentuk lembaga koordinasi khusus
Membentuk lembaga terpisah dan permanen yang bertugas
mengkoordinasikan K/L, biasanya setungkat lebih
tinggi/setara.
 Membentuk gugus tugas
Bentuk pelembagaan koordinasi diluar struktur formal dan
tidak permanen.
 Koalisi sosial ( bentuk informal /formal /penyatuan koordinasi
antar sektor )
Betuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor K/L,
tanpa membentuk lembaga khusus dalam koordinasi ini.
Tantangan Implementasi WoG
 Kapasitas SDM dan institusi
 Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG
tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala
serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya
merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi
penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
 Nilai dan budaya organisasi
 Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya
organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya
kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan
 Kepemimpinan
 Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai
dan budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
IMPLEMENTASI WoG DALAM PELAYANAN PUBLIK
jenis pelayanan publik yang dapat didekati oleh konsep WoG
adalah :
1. Pelayanan yang bersifat administratif (KTP, Pasport
dllnya).
2. Pelayanan jasa (Pendidikan, Kesehatan dll).
3. Pelayanan barang (Jalan, Listrik, Telpon dll).
4. Pelayanan regulatif (UU, PP, Perda dllnya).

Sedangkan berdasarkan pola pelayanan publik ada lima :


1. Pola pelayanan teknis fungsional (oleh sektor yg
sifatnya hanya relevan dgn sektor tersebut).
2. Pola pelayanan satu atap (oleh instansi ybs dlm 1
gedung).
3. Pola pelayanan satu pintu (berdasar pelimpahan
wewenang).
4. Pola pelayanan terpusat (oleh instasni sebagai
koordinator) .
5. pola pelayanan elektronik.
Bentuk WoG
 Integrating Service Delivery (ISD)
Proses penyatuan pemberian layanan kepada publik
 Koordinasi dan Kolaborasi
Pemerintah horizontal yang berkoordinasi atau
berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama
 Integrating and Rebalancing Governance
Kontrol politik dan otonomi administrasi seperti di
Inggris
 Culture Change
Konsep-konsep social glue, budaya organisasi
PRASYARAT AGAR KONSEP WOG DAPAT
DITERAPKAN (Best Practices)

 Budaya dan filosofi


 Cara kerja yang baru
 Akuntabilitas dan insentif
 Cara baru Pengembangan
kebijakan, mendisain program
dan pelayanan
Praktek Manajemen Pelayanan Publik
di Indonesia
Dasar hukum penyelenggaraan pelayanan
publik di Indonesia adalah UU 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik.

Pegawai ASN merupakan unsur apartur


Negara berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik dan
perekat dan pemersatu bangsa.
 ASAS PELAYANAN PUBLIK (UU25/2009)
1. kepentingan umum
2. kepastian hukum
3. kesamaan hak
4. keseimbangan hak dan kewajiban
5. profesionalisme
6. partisipatif
7. persamaan perlakuan
8. keterbukaan
9. Akuntabilitas
10. Fasilitas/perlakuan khusus bagi kel. rentan.
11. ketepatan waktu
12. kecepatan,kemudahan dan keterjangkauan.
 PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN PUBLIK
(PERMENPAN NO 63/2003)
1. kesederhanaan
2. kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. keamanan
6. Tanggungjawab
7. kelengkapan sarana dan prasarana
8. kemudahan akses
9. Kedisiplinan, Kesopanan, Keramahan,
serta memberikan pelayanan dengan
ikhlas.
10.Kenyamanan
PRASYARAT PENTING DALAM MEWUJUDKN PELAYANAN
PUBLIK YANG SEMAKIN BAIK (PERMENPAN NO 13/2009)
1. Komitmen Pimpinan
2. Perubahan Pola Pikir (mindset) terhadap fungsi Pelayanan
3. Partisipasi Masyarakat Pengguna Layanan
4. Kepercayaan
5. Kesadaran Penyelenggara dan Pelaksana Pelayanan Publik
6. Keterbukaan
7. Ketersediaan Angaran
8. Tumbuhnya rasa memiliki
9. Survei yang meminta partisipasi masyarakat pengguna pelayanan
harus diikuti dengan tindakan nyata untuk perbaikan
10.Kejujuran
11. Relistis dan Cepat
12. Umpan Balik dan Hubungan Masyarakat
13. Penerimaan terhadap Pengaduan
14. Pengalaman keberhasilan dalam Menggunakan metode.
TUGAS KELOMPOK (WoG)
1. Sulitnya Memberantas Peredaran Narkoba di Indonesia
2. Sulitnya Memberantas budaya korupsi dikalangan Birokrasi Pemerintahan
3. Mudahnya Informasi HOAX menyebar dan dipercaya oleh masyarakat.
4. Bencana (Banjir, tanah longsor, Kebakaran pemukiman dllnya) yang makin
sering terjadi
5. Pemberantasan Tambang Liar (mineral logam (emas), pasir/batuan) sangat sulit
diberantas.
6. Setiap musim kemarau tiba, kejadian KARHUTBUNLA sangat masif terjadi,
sehingga membahayakan aspek kesehatan, transportasi, ekonomi dll.
7. Pembangunan sarana umum antara PU, Telkom, PDAM, PLN yang sulit
terkoordinasi (saling bongkar fasilitas).
8. Sulitnya membebaskan lahan untuk pembangunan sarana umum (Jalan,
Bandara, Jembatan dllnya)
9. Sulitnya menangani TKI ilegal (masuk illegal, dan deportasi rutin terjadi di
Nunukan)
10. Tax Ratio (kesadaran membayar pajak) di Indonesia masih Rendah (Indonesia
baru 7-9% Nomor 6 di Asean)
11. Masih tingginya angka kecelakaan laut/sungai di Prov. Kaltara dengan korban
jiwa banyak.
12. Masih tingginya angka keluarga Miskin (Pra sejahtera) di Indonesia (data tahun
2017 penduduk miskin sebesar 26,8 juta ( ±. 27 persen).
TERIMA KASIH
Hal yang harus diperhatikan dalam
pembahasan kasus dlm perspektif WoG
minimal mencakup :
1. Tinjauan aspek idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, adat, tradisi, kepercayaan dllnya
2. Instansi teknis yang terlibat apa saja
2. Tugas masing-masing instansi teknis
3. Koordinasi pelaksanaanya bagaimana
(Media koordinasi, waktu, metode, bentuk
dan hasil koordinasi dan lain sebagainya)
4. Implementasi praktek dilapangan
5. Hasil / Solusi di temukan.

Anda mungkin juga menyukai