PEMBIMBING :
DR. TRI WAHYU PAMUNGKAS SP.S, M.KES
PENDAHULUAN
• Migrain kronis adalah jenis yang paling umum dari sakit kepala
kronis, Dan berdampak pada kualitas hidup karena hilangnya hari
kerja dan mengurangi produktivitas.
• Hingga saat ini obat yang disetujui FDA untuk migrain kronis
adalah injeksi Botulinum toksin-A (BTX-A), dan tidak ada obat
baru yang di perkenalkan ke dalam praktek klinis sejak
persetujuan BTX.
• Stimulasi magnetik transkranial berulang (rTMS) dapat menjadi
pendekatan terapi yang potensial untuk migrain kronis.
PENGANTAR
• Stimulasi pada motor cortex dapat mengaktifkan aktifasi focal
yang kuat pada thalamus, insula, cingulate-orbitofrontal junction,
dan periaqueductal gray, yang memunculkan hipotesis bahwa ini
dapat mengaktifasi penurunan dari sistem pengatur rasa sakit.
• Stimulasi magnetik transkranial berulang (rTMS), dengan efeknya
pada stimulasi motor cortex, bisa menjadi pendekatan terapi yang
potensial untuk migrain
METODE
• Penelitian menggunakan teknik randomisasi
(minggu 6)
BTX-A BTX-A
(N = 15) (N = 14)
sampel
awal pengacakan
(N = 34) (N = 29)
RTM RTM
(N = 14) (N = 12)
2 dropout:
gejala
memburuk
Gambar 1 Struktur studi dan aliran pasien.
METODE
• ASSESSMENT DASAR
• Setelah melengkapi catatan sakit kepala harian selama satu bulan,
pasien-pasien dihadapkan dengan 25 item henry ford hospital
headache disability inventory (HDI), headache impact test (HIT-6)
dan visual analogue scale (VAS)
METODE
• RANDOMISASI
BTX-A 50 % 75 %
rTMS 75 % 75 %
• Hasil terlihat pada akhir minggu ke tiga untuk BTX-A dan pada
sesi 4-5 (minggu ke dua) pada rTMS
20
15
10
5
BTX-A
RTM
0
garis belakang minggu 4 minggu 8 minggu 12
HASIL
• Hasil sekunder
EFEK SAMPING
• BTX-A : rasa sakit pada tempat penyuntikan (n=5), hematoma
(n=2), blepharoptosis (n=1). Efek samping tersebut tidak
mengganggu aktivitas pasien dan tidak memerlukan penanganan
lebih lanjut.
• rTMS : 2 (dua) pasien mengalami sakit kepala yang lebih buruk
dari sebelumnya yang menyebabkan mereka keluar dari penelitian
ini, dan 1 (satu) pasien mengalami tinnitus yang bertahan selama
beberapa jam pada hari sesi dilakukan yang mneyebabkan pasien
tidak datang pada follow up lanjutan
DISKUSI
• Hasil kami menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kedua hasil
primer dan sekunder di kedua kelompok (BTX-A dan rTMS). Namun,
perbaikan ini tercatat lebih cepat terlihat di kelompok rTMS (setelah 4-5
sesi atau pada minggu ke 2), tetapi berkurang lebih cepat. Sebaliknya,
pada kelompok BTX-A, peningkatan yang signifikan tercatat pada akhir
minggu ketiga dan dipertahankan sampai akhir masa studi (12 minggu).
DISKUSI
• Bagaimanapun juga, penelitian ini menemukan bukti penting
berupa ‘time locked” efek dari rTMS, berupa penurunan yang
signifikan efek analgesik dari rTMS jika durasi sesi di perpendek.
• Efek samping yang timbul dari rTMS berupa sakit kepala yang
semakin memburuk dan tinnitus, mungkin disebabkan karena
penekanan coil pada kepala pasien untuk waktu yang lama atau
karena kontraksi otot yang terpicu karena pulse atau gelombang
yang ada.
KESIMPULAN
• rTMS efektif namun sangat dipengaruhi oleh waktu, Namun, BTX-
A dapat mengisi kebutuhan yang belum terpenuhi bagi pasien
sebagai strategi pencegahan yang efektif dan aman yang dapat
ditawarkan bagi mereka dengan nyeri kepala primer yang gagal
merespon untuk pengobatan konvensional.
Terima kasih
Wassalamualaikum wr wb