• Tulang panjang • Tulang pendek • Tulang pipih • Tulang tak beraturan • Tulang sesamoid • Tulang sutura histologi • Tulang imatur • Tulang imatur Fisiologi sel tulang • Osteoblas • Osteosit • Osteoklas Anatomi sendi • Sendi fibrosa (tidak dapat bergerak) • Sendi kartilaginosa (dapat bergerak sedikit) • Sendi sinovial (bergerak bebas) Konsep dislokasi Kelompok absen akhir Konsep dislokasi • Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi
• Dislokasi adalah cedera pada sendi yang
terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari posisi normalnya etiologi • Cedera olahraga • Terjatuh • Keturunan. Beberapa orang lahir dengan kondisi ligamen yang lebih lemah, sehingga lebih rentan mengalami dislokasi • Orang lanjut usia. Orang lanjut usia memiliki kecenderungan untuk jatuh dan mengalami dislokasi. klasifikasi • Dislokasi konginetal • Dislokasi patologik • Dislokasi traumatic Berdasarkan tipe klinik • Dislokasi akut • Dislokasi berulang Patofisiologis • Pathway.docx Manifstasi klinis • Nyeri • Perubahan kontur sendi • Perubahan panjang ekstermitas • Kehilangan mobilitas normal • Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi • Deformitas • Kekauan penatalaksanaan • Dislokasi reduksi • Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi. • Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut,bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil • Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa peyembuhan komplikasi • Komplikasi dini o Cedera saraf o Cedera pembuluh darah o frakturdislokasi • Komplikasi lanjut o Kekakuan sendi bahu o Dislokasi berulang o Kelemahan otot Pemeriksaan penunjang • Sinar X askep • Identitas klien • Riwayat penyakit sekarang • Riwayat penyakit dahulu • Pemeriksaan fisik diagnosa • Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan • Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan formitas dan nyeri saat mobilitas • Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit intervensi • Di sesuaikan dengan keadaan klien Evaluasi – Nyeri berkurang – Pasien tidak cemas – Kebutuhan mobilitas pasien terpenuhi secara aktif maupun pasif Pendidikan Kesehatan • Menghindari aktivitas atau gerakan yang menjadi penyebab dislokasi. • Menggunakan pelindung saat berolahraga, misalnya helm saat bersepeda. • Memastikan rumah Anda merupakan lingkungan yang ramah anak, misalnya tidak membiarkan barang-barang berserakan di lantai agar tidak ada yang tersandung. • Senantiasa memperhatikan dan mengawasi anak Anda. • Mengajarkan sikap hati-hati dan kewaspadaan pada anak Anda, misalnya untuk berpegangan pada pagar tangga saat naik atau turun tangga. Jurnal penelitian • Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular • Indri Seta Septadina Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang • PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DISLOKASI TEMPORALMANDIBULA JOINT POST TONSILEKTOMY DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL outcome • Metode pengobatan yang lebih kompleks dan invasif belum tentu memberikan pilihan dan hasil pengobatan terbaik, oleh karena itu pendekatan konservatif harus dimanfaatkan secara tepat sebelum melakukan teknik bedah yang lebih invasif yang harus dilakukan setelah penilaian menyeluruh dan rencana perawatan.
• 1. Adanya pengurangan rasa nyeri
2. Bertambahan lingkup gerak sendi pada rahang bawah 3. Bertambahnya kekuatan otot 4. Adanya pengurangan spasme PROSEDUR KEPERAWATAN Body Mechanic/Body Movement
Body Mechanic (mekanika tubuh) adalah
suatu usaha mengoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas. TUJUAN Usaha untuk mengkoordinasi sistem muskuloskeletal dan saraf sehingga individu bergerak, mengangkat, membungkuk, berdiri, duduk, berbaring, dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan sempurna. KONSEP TEORI a. Kesejajaran tubuh (Body Alignment) b. Keseimbangan tubuh c. Koordinasi gerak Ambulasi Dini Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002). Tujuan Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi Prosedur A. Persiapan Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi, antara lain :
a. Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot
Gluteal: 1) Kerutkan otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan daerah popliteal, seolah-olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk ke lutut sementara kakinya naik ke atas. 2) Hitung sampai hitungan kelima. 3)Ulangi latihan ini 10- 15 kali. b. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan lingkar bahu :
1) Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil
memegang berat traksi atau benda yang beratnya berangsur-angsur ditambah dan junlah pengulangannya. Ini berguna untuk menambah kekuatan otot ekstrimitas atas. 2) Menekan balon karet.Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman 3) Angkat kepal dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin 4) Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama genggaman sejauh mungkin beberapa menit B. Alat 1) Kruk a. Terbuat dari logam dan kayu b. Biasanya digunakan pada pasien Fraktur hip dan Ekstremitas bawah 2) Canes (tongkat) Adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari kayu dan logam 3) Walker Adalah alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam dan mempunyai empat penyangga yang kokoh. C. Pelaksanaan 1) Sebelum pasien berdiri dan berjalan, nadi, pernafasan dan tekanan darah pasien harus diperiksa dahulu.
2) Jika pasien merasakan nyeri, perawat harus memberikan medikasi pereda nyeri. 20 menit sebelum berjalan, karena penggunaan otot untuk berjalan akan menyebabkan nyeri.
3) Pasien diajarkan duduk di tempat tidur, menggantungkan kakinya
beberapa menit dan melakukan nafas dalam sebelum berdiri. Tindakan ini bertujuan untuk menghindari rasa pusing pada pasien.
4) Selanjutnya pasien berdiri disamping tempat tidur selama beberapa menit
sampai pasien stabil. Pada awalnya pasien mungkin hanya mampu berdiri dalam waktu yang singkat akibat hipotensi ortostatik 5) Jika pasien dapat berjalan sendiri, perawat harus berjalan dekat pasien sehingga dapat membantu jika pasien tergelincir atau merasa pusing
6) Perawat dapat menggandeng lengan bawah pasien dan berjalan
bersama, jika pasien tampak tidak mantap, tempatkan satu lengan merangkul pinggul pasien untuk menyokong pasien pada siku.
7) Setiap penolong harus memegang punggung lengan atas pasien
dengan satu tangan dan memegang lengan bawah dengan tangan yang lain. 8) Bila pasien mengalami pusing dan mulai jatuh, perawat menggenggam lengan bawah dan membantu pasien duduk di atas lantai atau di kursi terdekat
9) Pasien diperkenankan berjalan dengan walker atau tongkat
biasanya dalam satu atau dua hari setelah pembedahan.Sasarannya adalah berjalan secara mandiri.
10)Pasien yang mampu mentoleransi aktifitas yang lebih berat, dapat
dipindahkan ke kursi beberapa kali sehari selama waktu singkat Range Of Motion (ROM)
ROM merupakan istilah baku untuk
menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal. Tujuan a) Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kemampuan dan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap. b) Meningkatkan massa otot dan tonus otot c) Mennetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal d) Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot e) Memelihara mobilitas persendian f) Merangsang sirkulasi darah g) Mencegah kelainan bentuk h) Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan. • Makalah Dislokasi.docx