Anda di halaman 1dari 42

DISLOKASI

Tulang di bagi menjadi 6:


• Tulang panjang
• Tulang pendek
• Tulang pipih
• Tulang tak beraturan
• Tulang sesamoid
• Tulang sutura
histologi
• Tulang imatur
• Tulang imatur
Fisiologi sel tulang
• Osteoblas
• Osteosit
• Osteoklas
Anatomi sendi
• Sendi fibrosa (tidak dapat bergerak)
• Sendi kartilaginosa (dapat bergerak sedikit)
• Sendi sinovial (bergerak bebas)
Konsep dislokasi
Kelompok absen akhir
Konsep dislokasi
• Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi

• Dislokasi adalah cedera pada sendi yang


terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari
posisi normalnya
etiologi
• Cedera olahraga
• Terjatuh
• Keturunan. Beberapa orang lahir dengan
kondisi ligamen yang lebih lemah, sehingga
lebih rentan mengalami dislokasi
• Orang lanjut usia. Orang lanjut usia memiliki
kecenderungan untuk jatuh dan mengalami
dislokasi.
klasifikasi
• Dislokasi konginetal
• Dislokasi patologik
• Dislokasi traumatic
Berdasarkan tipe klinik
• Dislokasi akut
• Dislokasi berulang
Patofisiologis
• Pathway.docx
Manifstasi klinis
• Nyeri
• Perubahan kontur sendi
• Perubahan panjang ekstermitas
• Kehilangan mobilitas normal
• Perubahan sumbu tulang yang mengalami
dislokasi
• Deformitas
• Kekauan
penatalaksanaan
• Dislokasi reduksi
• Kaput tulang yang mengalami dislokasi
dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
• Sendi kemudian dimobilisasi dengan
pembalut,bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil
• Memberikan kenyamanan dan melindungi
sendi selama masa peyembuhan
komplikasi
• Komplikasi dini
o Cedera saraf
o Cedera pembuluh darah
o frakturdislokasi
• Komplikasi lanjut
o Kekakuan sendi bahu
o Dislokasi berulang
o Kelemahan otot
Pemeriksaan penunjang
• Sinar X
askep
• Identitas klien
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat penyakit dahulu
• Pemeriksaan fisik
diagnosa
• Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan
• Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan formitas dan nyeri saat mobilitas
• Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit
intervensi
• Di sesuaikan dengan keadaan klien
Evaluasi
– Nyeri berkurang
– Pasien tidak cemas
– Kebutuhan mobilitas pasien terpenuhi secara aktif
maupun pasif
Pendidikan Kesehatan
• Menghindari aktivitas atau gerakan yang menjadi
penyebab dislokasi.
• Menggunakan pelindung saat berolahraga, misalnya
helm saat bersepeda.
• Memastikan rumah Anda merupakan lingkungan yang
ramah anak, misalnya tidak membiarkan barang-barang
berserakan di lantai agar tidak ada yang tersandung.
• Senantiasa memperhatikan dan mengawasi anak Anda.
• Mengajarkan sikap hati-hati dan kewaspadaan pada
anak Anda, misalnya untuk berpegangan pada pagar
tangga saat naik atau turun tangga.
Jurnal penelitian
• Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi
Temporomandibular
• Indri Seta Septadina Bagian Anatomi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang
• PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
DISLOKASI TEMPORALMANDIBULA JOINT
POST TONSILEKTOMY DI RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL
outcome
• Metode pengobatan yang lebih kompleks dan invasif
belum tentu memberikan pilihan dan hasil pengobatan
terbaik, oleh karena itu pendekatan konservatif harus
dimanfaatkan secara tepat sebelum melakukan teknik
bedah yang lebih invasif yang harus dilakukan setelah
penilaian menyeluruh dan rencana perawatan.

• 1. Adanya pengurangan rasa nyeri


2. Bertambahan lingkup gerak sendi pada rahang
bawah
3. Bertambahnya kekuatan otot
4. Adanya pengurangan spasme
PROSEDUR KEPERAWATAN
Body Mechanic/Body Movement

Body Mechanic (mekanika tubuh) adalah


suatu usaha mengoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf dalam
mempertahankan keseimbangan, postur dan
kesejajaran tubuh selama mengangkat,
membungkuk, bergerak dan melakukan
aktivitas.
TUJUAN
Usaha untuk mengkoordinasi sistem
muskuloskeletal dan saraf sehingga individu
bergerak, mengangkat, membungkuk, berdiri,
duduk, berbaring, dan melakukan aktivitas
sehari-hari dengan sempurna.
KONSEP TEORI
a. Kesejajaran tubuh (Body Alignment)
b. Keseimbangan tubuh
c. Koordinasi gerak
Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan
yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien
turun dari tempat tidur dan mulai berjalan
dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi
pasien (Roper, 2002).
Tujuan
Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi
Prosedur
A. Persiapan
Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga
memiliki kemampuan ambulasi, antara lain :

a. Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot


Gluteal:
1) Kerutkan otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan
daerah popliteal, seolah-olah ia menekan lututnya ke
bawah sampai masuk ke lutut sementara kakinya naik ke
atas.
2) Hitung sampai hitungan kelima.
3)Ulangi latihan ini 10- 15 kali.
b. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan
lingkar bahu :

1) Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil


memegang berat traksi atau benda yang beratnya
berangsur-angsur ditambah dan junlah pengulangannya. Ini
berguna untuk menambah kekuatan otot ekstrimitas atas.
2) Menekan balon karet.Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan
genggaman
3) Angkat kepal dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan
tangan sejauh mungkin
4) Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan
selama genggaman sejauh mungkin beberapa menit
B. Alat
1) Kruk
a. Terbuat dari logam dan kayu
b. Biasanya digunakan pada pasien Fraktur hip dan
Ekstremitas bawah
2) Canes (tongkat)
Adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan,
setinggi pinggang, terbuat dari kayu dan logam
3) Walker
Adalah alat yang sangat ringan, mudah
dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam
dan mempunyai empat penyangga yang kokoh.
C. Pelaksanaan
1) Sebelum pasien berdiri dan berjalan, nadi, pernafasan dan tekanan darah
pasien harus diperiksa dahulu.

2) Jika pasien merasakan nyeri, perawat harus memberikan medikasi pereda nyeri.
20 menit sebelum berjalan, karena penggunaan otot untuk berjalan akan
menyebabkan nyeri.

3) Pasien diajarkan duduk di tempat tidur, menggantungkan kakinya


beberapa menit dan melakukan nafas dalam sebelum berdiri. Tindakan ini
bertujuan untuk menghindari rasa pusing pada pasien.

4) Selanjutnya pasien berdiri disamping tempat tidur selama beberapa menit


sampai pasien stabil. Pada awalnya pasien mungkin hanya mampu berdiri dalam
waktu yang singkat akibat hipotensi ortostatik
5) Jika pasien dapat berjalan sendiri, perawat harus berjalan dekat
pasien sehingga dapat membantu jika pasien tergelincir atau merasa
pusing

6) Perawat dapat menggandeng lengan bawah pasien dan berjalan


bersama, jika pasien tampak tidak mantap, tempatkan satu lengan
merangkul pinggul pasien untuk menyokong pasien pada siku.

7) Setiap penolong harus memegang punggung lengan atas pasien


dengan satu tangan dan memegang lengan bawah dengan tangan yang
lain.
8) Bila pasien mengalami pusing dan mulai jatuh, perawat
menggenggam lengan bawah dan membantu pasien duduk di atas
lantai atau di kursi terdekat

9) Pasien diperkenankan berjalan dengan walker atau tongkat


biasanya dalam satu atau dua hari setelah pembedahan.Sasarannya
adalah berjalan secara mandiri.

10)Pasien yang mampu mentoleransi aktifitas yang lebih berat, dapat


dipindahkan ke kursi beberapa kali sehari selama waktu singkat
Range Of Motion (ROM)

ROM merupakan istilah baku untuk


menyatakan batas atau batasan gerakan
sendi yang normal dan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan ataupun untuk
menyatakan batas gerakan sendi yang
abnormal.
Tujuan
a) Mempertahankan dan memperbaiki tingkat
kemampuan dan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap.
b) Meningkatkan massa otot dan tonus otot
c) Mennetapkan adanya kelainan ataupun untuk
menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
d) Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan
kekuatan otot
e) Memelihara mobilitas persendian
f) Merangsang sirkulasi darah
g) Mencegah kelainan bentuk
h) Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan.
• Makalah Dislokasi.docx

Anda mungkin juga menyukai