Anda di halaman 1dari 5

GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS

PENDAHULUAN

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) merupakan gangguan tingkah laku
yang paling banyak terjadi pada anak-anak.para orang tua biasanya baru menyadari gangguan ini
setelah ada masalah, seperti prestasi belajar yang kurang atau dipanggil pihak sekolah karena
anaknya nakal dan susah diatur. Mereka akan membawa anaknya ke dokter terutama spesialis
anak untuk mengetahui apakah mereka mengalami gangguan Attention deficit-hyperactivity
disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).gangguan ini
dapat berlanjut sampai remaja bahkan sampai dewasa jika tidak mendapat penanganan yang
adekuat.

Definisi

GPPH merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan mempertahankam


perhatian, mengatur tingkat aktivitas, dan mengontrol tingkah laku impulsive. Jadi, inti gangguan
ini adalah kurang/ tidak adanya perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Kepustakaan lain
menyebutkan GPPH merupakan gangguan biologis pada fungsi otak yang bersifat kronis yang
menimbulkan disfungsi kognitif (fungsi eksekutif) yang tidak sesuai dengan perkembangan usia
anak.

Etiologi

Sampai saat ini, etiologi GPPH yng pasti belum diketahui. Secara umum, gangguan ini
disebabkan oleh factor genetic sebagai penyebab primer dan utama, meskipun dikatakan juga
factor lingkungan sangat berpengaruh.

1. Factor genetic
Ada beberapa gen (diduga transporter gen dopamine lokus DAT 1 atau DR 4)yang
berhubungan dengan reseptor dopamine, transport dopamine, enzim dopamine
betahidroksilase, dan kateko-o-metiltransferase (enzim yang memetabolisme dopamine),
yang mengalami perbedaan varian dari kondisi normal. Varian val/val (varian lain
val/met dan met/met) akan menyebabkan metabolisme dopamine menjadi cepat sehingga
menurunkan aktivitas dopamine prefrontal sehingga proses informasi dari prefrontal akan
terganggu.
2. Factor neurokimia, berupa gangguan neurotransmitter (adrenergic/nonadrenergik).
3. Factor neurofisiologis, berupa pertumbuhan pesat otak pada beberapa periode usia.
Beberapa anak mengalami keterlambatan pematangan pada usia tersebut sehingga
muncul gejala-gejala GPPH sementara.
4. Factor lateralisasi,dihibungkan dengan disfungsi pada hemisfer kanan yang mengatur
pemusatan perhatian, konsentrasi dan fungsi emosi.
5. Factor lingkungan
6. Masalah saat kehamilan (ibu merokok, depresi, minum alcohol, kekurangan oksigen,
keracunan plumbum) dan kelahiran (trauma lahir, infeksi), penggunaan mariyuana pada
awal masa remaja, konsumsi makanan dengan bahan pengawet dan zat pewarna,
penggunaan obat-obatan seperti fenobarbital jangka panjang. Lingkungan social yang
buruk seperti disfungsi perkawinan dan keluarga, social ekonomi rendah dikatakan
berhubungan dengan terjadinya GPPH. Suatu penelitian menunjukkan bahwa hubungan
antara pengaruh televise dengan kejadian GPPH secara signifikan tidak bermakna.

Patogenesis

Gangguan ini melibatkan kortek frontalis, yaitu jaras frontosubkortikal dan kortek frontalis
sendiri. Pada pemeriksaan positron emission tomographic (PET) menunjukkan area kortek
prefrontalis area kanan, area prefrontalis kanan bawah, dan nucleus kaudatus kiri (ganglia
basalis) pada penderita GPPH mengalami penurunan aktivitas selama melakukan tugas yang
memerlukan inhibisi respon motoric. Neurotransmitter utama yang berperan dalam hal ini
adalah katekolamin. Oleh sebab itu, neurotransmitter adenergik dan dopaminergic juga
berperan penting dalam penatalaksanaan GPPH dikatakan memiliki ukuran otak 3-4% lebih
kecil disbanding ukuran otak normal seusianya. Otak penderita GPPH berat dikatakan
berukuran lebih kecil, terutama bagian lobus frontalis, bagian substansia grisea temporal,
nucleus caudatum dan serebelum.
Pathway

Genetic lingkungan

(genes DAT 1 atau DR4)


Disfungsi korteks prefrontal
Faktor biologic lainnya dan paretal, ganglia basalis

Disfungsi inhibisi inhibisi Gangguan proses regulasi


perilaku prilaku

Kurang perhatian,
hiperaktif, impulsive GPPH

Gejala Klinis

Gejala klinis GPPH bervariasi tergantung pada usia dan tipe gangguan. Dikatakan saat hamil, ibu
yang mengandung janin hiperaktif sering mengalami kesulitan tidur karena gerakan janinnya
yang sangat aktif. Pada bayi, pada bayi, mudah rewel, aktif ditempat tidur, sedikit tidur, dan
sering menangis dikatakan sebagai gejala awal gangguan ini, tetapi tidak semua kasus
mengalami hal tersebut. Anak-anak prasekolah, aktivitas sering berlebihan, tidak dapat diem,
berlari-lari, melompat-lompat, tidak bisa bermain dengan tenang, tidak bisa menyelesaikan
permainannya, mudah marah, berkelahi sehingga membutuhkan pengawasan lebih ketat karena
rawan terjadi kecelakaan. Disekolah, anak kurang berkonsentrasi, tidak mau duduk diam
ditempatnya, tidak menyelesaikan pekerjaan sekolahnya, mengganggu temannya, berkelahi,
melawan guru dan akhirnya berujung pada prestasi belajar yang kurang dan dicap sebagai anak
nakal.

GPPH ini dapat berlanjut sampai usia remaja. Hiperaktivitas masih dapat ditemukan,
tetapi tidak jelas terlihat. Masalah akademik masih menjadi berat karena saat remaja pelajaran
maupun tugas yang ada semakin kompleks. Remaja akan tampak imatur secara emosional, jika
dibandingkan dengan remaja seusianya. Biasanya, mereka akan lebih mudah untuk berinteraksi
dengan anak yang lebih muda atau orang atau orang dewasa yang dapat menerima keadaan
mereka. GPPH pada masa remaja juga sering disertai dengan gangguan psikiatrik seperti
oppositional defiant disorder,ansietas,gangguan mood, bahkan penyalahgunaan obat.

Klasifikasi

Berdasarkan DSM 1994, GPPH dapat dibagi menjadi beberapa tipe antara lain:

1. GPPH tipe kombinasi kedua kriteria A1 dan A2 ditemukan dalam 6 bulan terakhir
2. GPPH dengan kesukaran dalam memusatkan perhatian sebagai gejala utama. Kriteria A1
ditemukan, tetapi A2 tidak ditemukan dalam 6 bulan terakhir.
3. GPPH dengan hiperaktivitas impulsivitas sebagai gejala utama kriteria A2 ditemukan,
tetapi kriteria A1 tidak ditemukan dalam 6 bulan terakhir.

DSM IV (revisi) 2000 (lihat diagnosis) menyederhanakan kriteria diagnosis GPPH yaitu:

 A1 tidak dapat memusatkan perhatian


 A2 terbagi atas hiperaktivitas dan impulsivitas, pada DSM IV (revisi) 2000 digabungkan.

Pemeriksaan Diagnosis

1. Anamnesis
Anamnesis ditujukan untuk mencari gejala gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas,
dan impulsivitas. (disesuaikan dengan kriteria diagnosis berdasarkan DSM IV (revisi).
Anamnesis dilakukan kepada orang tua, guru, maupun pengasuh anak.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ditujukan untuk mencari gangguan sensori yang mungkin menyerupai
GPPH, seperti gangguan pendengaran.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak terlalu spesifik. Pemeriksaan ini lebih berperan dalam pemantauan akibat
pemakaian obat jangka panjang, untuk mengetahui fungsi hepar
4. Pemeriksaan Radiologi
Magnetic Resonance imaging (MRI) dan Positron Emission Tomographic (PET) bersifat
sebagai penunjang. diagnosis dapat terus ditegakan meskipun tanpa pemeriksaan MRI
dan PET. Selain itu, pemeriksaan ini dapat juga dipakai untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya gangguan organic lain.

Diagnosis GPPH ditegakkan berdasarkan DSM-IV (revisi) 2000. Pemeriksaan fisik dan
penunjang lainnya dilakukan untuk memastikan diagnosis, yaitu dengan menyingkirkan
diagnosis banding, dan untuk mencari kemungkinan penyebab serta diagnose penyerta.
Penatalaksaan

Penatalaksanaan bersifat multidisiplin yang melibatkan dokter spesialis anak, psikiater anak,
psikolog, terapi okupasi, fisioterapi, terapi wicara, dan pekerjaan social. Penatalaksanaan GPPH
dibagi menjadi dua, yaitu dengan medikametosa dan nonmedikametosa.

1. Medikametosa
 Methylphenidate dan dextroaphetamine
 Obat lain, antara lain adalah catecholamine, atomoxetine, bupropion, antidepresan
trisiklik (seperti imipramine dan desipramine), agonis adrenergic (seperti
clonidine), serta obat-obatan psikotropik.
2. Nonmedikametosa
 Terapi prilaku
Terapi prilaku dapat berupa pemberian pujian atau hadiah jika anak berhasil
menyelesaikan tugasnya, memberikan hukuman jika anak melakukan kenakalan
atau kesalahan. Hukuman merupakan perintah untuk melakukan sesuatu atau anak
tidak boleh melakukan sesuatu yang disenanginya. Terapi tingkah laku ini dapat
berupa pemberian poin jika berbuat yang baik dan pengurangan poin jika berbuat
kesalahan. Keseluruhan poin akan dihitung akhir minggu untuk melihat berapa
poin yang berhasil untuk mendapat hadiah tertentu.
 Terapi aktivitas fisik (olah raga)
 Konseling terhadap keluarga, guru dan pengasuh
 Terapi edukasi
 Lain-lain: Neurofeedback, terapi cbelation,terapi dengan anti jamur sistemik,
terapi diet, dan terapi vitamin

Anda mungkin juga menyukai