RUMAH NEGARA
GOLONGAN III
DASAR HUKUM
1. UU No. 72/1957 tentang Penetapan UU Drt No. 19/1955 tentang Penjualan Rumah-
Rumah Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai UU;
2. UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
3. PP No. 40/1994 tentang Rumah Negara;
4. PP No. 31/2005 tentang Perubahan Atas PP No. 40/1994;
5. Perpres No. 11/2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan
Status, dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara;
6. Perpres No. 73/2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
7. Kepmen Kimpraswil No. 373/KPTS/M/2001 tentang Sewa Rumah Negara;
8. Permen PU No. 22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan, Penetapan
Status, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara;
9. PMK No. 138/PMK.06/2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah
Negara;
10. Perdirjen Perbendaharaan No. PER-85/PB/2011 tentang Penatausahaan PNBP pada
Satuan Kerja Kementerian/Lembaga;
11. PMK No. 246/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik
Negara.
DEFINISI RUMAH NEGARA
Berdasarkan PP Nomor 40/1994 Tentang Rumah Negara
Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang
pelaksanaan tugas Pejabat dan/atau Pegawai Negeri.
a. Pembangunan
b. Pembelian
c. Tukar Menukar
d. Tukar Bangun
e. Hibah
LUAS (m2)
TIPE PENGGUNA
BANGUNAN TANAH
KHUSUS Menteri
400 1.000
Pimpinan Lembaga Tinggi Negara
Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal/Inspektur Jenderal
A 250 600
Pejabat yang setingkat
Anggota Lembaga Tinggi Negara/Dewan
Direktur/Kepala Pusat/Kepala Biro
B Pejabat yang setingkat 120 350
Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/d dan IV/e
C Kepala Sub Direktorat/Kepala Bagian/Kepala Bidang
Pejabat yang setingkat 70 200
Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/a dan IV/c
D Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian/Kepala Sub Bidang
Pejabat yang setingkat 50 120
Pegawai Negeri Sipil Gol. III
E Pegawai Negeri Sipil Gol I dan Gol II 36 100
2. PENDAFTARAN
Pendaftaran adalah kegiatan pencatatan/inventarisasi Rumah
Negara baik yang berdiri sendiri dan/atau berupa satuan
rumah susun beserta atau tidak beserta tanahnya yang
dilaksanakan untuk tertib administrasi kekayaan negara.
Pimpinan Instansi wajib melaksanakan pendaftaran rumah
negara kepada Menteri Pekerjaan Umum dalam hal ini Direktur
Jenderal Cipta Karya.
Tujuan:
a. mengetahui status dan penggunaan rumah negara;
b. mengetahui jumlah secara tepat dan rinci jumlah aset
berupa rumah negara;
c. menyusun program kebutuhan pembangunan rumah
negara;
d. mengetahui besarnya pemasukan keuangan kepada
negara dari hasil sewa dan pengalihan hak rumah
negara;
e. menyusun rencana biaya pemeliharaan dan perawatan.
PENDAFTARAN
3. PENETAPAN STATUS
Setiap pimpinan instansi wajib menetapkan status rumah negara yang
berada di bawah kewenangannya menjadi Rumah Negara Golongan I
atau Rumah Negara Golongan II;
RNG II
Alhli waris Ahli waris wajib mengosongkan rumah
negara yang dihuninya selambat-lambatnya 2
(dua) bulan sejak diterima keputusan pencabutan
izin penghunian dan menyerahkan rumah dalam
keadaan lengkap kepada pimpinan instansi atau
pejabat yang ditunjuk
RNG III
Penghunian dapat dialihkan kepada Janda/ Duda,
anak sah dari Pegawai Negeri Sipil
PROSES PENATAUSAHAAN
RUMAH NEGARA GOLONGAN III
ALIH STATUS
RUMAH NEGERA GOLONGAN II
menjadi
RUMAH NEGARA GOLONGAN III
5. ALIH STATUS RNG I MENJADI RNG II
KIB – K/L
PU-PR
SK – RNG III
dari
KEM-PUPR
RUMAH NEGARA GOLONGAN II YANG TIDAK DAPAT DIALIHKAN STATUSNYA
MENJADI RUMAH NEGARA GOLONGAN III
12. Surat pernyataan belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah
dan/atau tanah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan;
13. surat pernyataan kesanggupan membeli Rumah Negara oleh penghuni;
14. surat izin dari pemegang hak atas tanah apabila Rumah Negara tersebut berdiri
di atas tanah pihak lain;
15. surat keterangan Rumah Negara Golongan II tidak termasuk aset yang
diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
16. surat keterangan Rumah Negara Golongan II tidak terletak dalam lingkungan
kantor instansi;
17. KIB (Kartu Identitas Barang) Bangunan dan Tanah serta Izin Pengalihan Status
Penggunaan (PSP) dari Kementerian Keuangan.
18. Persetujuan tertulis dari Menteri, atas kelebihan luas tanah yang melebihi
standar sesuai Permen PU nomor 22/PRT/M/2008.
Pengalihan hak Rumah Negara Golongan III dilakukan DJCK dalam hal
ini Direktur Bina Penataan Bangunan setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk.
Penghuni rumah negara yang telah dialihkan hak nya dibebaskan dari
kewajiban pembayaran sewa.
PMK No. 246/PMK.06/2014
Dokumen Tambahan Syarat Penetapan Status Penggunaan
SERTIFIKASI TANAH
Berdasarkan pasal 3 ayat (1) butir a Keputusan Menteri Negara
Agraria/ Kepala BPN Nomor 2 Tahun 1998 Tentang Pemberian Hak
Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal Yang Telah Dibeli Oleh
Pegawai Negeri Dari Pemerintah,
menerangkan bahwa
tanah yang di atasnya berdiri
Rumah Negara Golongan III yang telah dialihkan haknya,
dalam permohonan sesuatu hak atas tanah harus dilampirkan
antara lain Surat Pelepasan Hak Atas Tanah
BPN akan melakukan konfirmasi kebenaran dan keaslian dokumen
pengajuan sertifikat tanah kepada Direktorat Bina Penataan Bangunan,
antara lain :
• Surat Penyerahan Hak Milik Rumah Negara Golongan III dan
Pelepasan Hak Atas Tanah Pekarangannya;
• Surat Keterangan Tanda Lunas Sewa Beli; dan
• Perjanjian Sewa Beli.