Disusun oleh:
2017-84-040
Pembimbing:
1.Meiyanti, Mulia JI. Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma bronkial. J Kedokteran Trisakti. September-Desember 2000;(19):(3): 125-132.
2.Muchid A, Wurjati R, Chusun, Khomar Z, Purnama NR, Masrul et al. Pharmaceutical care untuk penyakit asma. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI; 2007.
3.Mortaz E, Alipoor SD, Varahram M, Jamaati H, Garseen J, Mumby SE et al. Review Article Exosomes in Severe Asthma: Update in Their Roles and Potential in Therapy. Hindawi BioMed Research International.2018;10 pages. 2
Tinjauan pustaka: Definisi
• Asma Bronkial penyakit
inflamasi kronik saluran napas yang
ditandai dengan obstruksi jalan
napas intermiten yang bersifat
reversibel, dapat hilang dengan
atau tanpa pengobatan akibat
hiper-reaktivitas bronkus terhadap
berbagai stimulus.
• Asma ditandai dengan episodic
berulang mengi, sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk
(terutama malam hari atau dini
hari).
• Istilah lokal: bengek, asma, mengi,
ampek, sasak angok, dan lain-lain
1.Muchid A, Wurjati R, Chusun, Khomar Z, Purnama NR, Masrul et al. Pharmaceutical care untuk penyakit asma. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI; 2007.
2.Mortaz E, Alipoor SD, Varahram M, Jamaati H, Garseen J, Mumby SE et al. Review Article Exosomes in Severe Asthma: Update in Their Roles and Potential in Therapy. Hindawi BioMed Research International.2018;10 pages.
3.Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2008;58:11: hal. 446-447.
3
Tinjauan Pustaka: Patofisiologi
• Faktor host dan lingkungan berperan penting
• Mekanisme dasar: Jalur imunologi dan saraf
otonom
• Konsep baru patofisiologi asma dikaitkan
dengan remodelling saluran napas
1.Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2008;58:11: hal. 446-447.
2.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
3.Pynn MC, Thornton CA, Davies GA. Asthma Pathogenesis. Pulmão RJ 2012;21(2):11-17.
4.Koper I, Hufnagl K, Ehrmann R. Gender aspects and influence of hormones on bronchial asthma – Secondary publication and update. World Allergy Organization Journal (2017) 10:46 .
5.Jayasinghe H, Kopsaftis Z, Carson K. Asthma Bronchiale and Exercise-Induced Bronchoconstriction. Respiration. 2015;89:505–512. DOI: 10.1159/000433559.
6.Keglowich LF, Borger P. The Three A’s in Asthma – Airway Smooth Muscle, Airway Remodeling & Angiogenesis. The Open Respiratory Medicine Journal. 2015;9:70-80.
7.Elias JA. Airway Remodeling in Asthma Unanswered Questions. Am J Respir Crit Care Med. 2000; (161): pp. S168–S171.
4
Konsep dasar
Muchid A, Wurjati R, Chusun, Khomar Z, Purnama NR, Masrul et al. Pharmaceutical care untuk penyakit asma.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI; 2007.
5
Mekanisme AB: Jalur imunologic
de Groot JC, Brinke AT, Bel EHD. Management of the patient with eosinophilic asthma: a new era begins. ERJ Open Res 2015; 1: 00024–2015.
DOI: 10.1183/23120541.00024-2015
6
Jalur saraf otonom
Erle DJ, Sheppard D. The cell biology of asthma. JCB. 2014; 205:5: 11 pages.
7
Interaksi Th2 dan EMTU dalam
pathogenesis Asma
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
8
Tinjauan Pustaka: Tatalaksana
• Tujuan
• Program tatalaksana AB (PDPI)
• Perkembangan terapi baru Bronchial
thermoplasty
•Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2008;58:11: hal. 446-447.
•Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
9
Tujuan tatalaksana AB
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma, agar
kualitas hidup meningkat
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin
4. Mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan
jasmani dan aktivitas lainnya
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara
ireversibel
7. Meminimalkan kunjungan ke gawat darurat
10
Program tatalaksana
• Edukasi
• Menilai dan monitor berat asma secara berkala
• Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
• Merencanakan dan memberikan pengobatan
jangka panjang
• Menetapkan pengobatan pada serangan akut
• Kontrol secara teratur
• Pola hidup sehat
11
Program tatalaksana: EDUKASI
• Pendidikan tentang penyakit bagi pasien dan keluarga
meningkatkan keberhasilan pengobatan
• Edukasi yang dapat diberikan:
1. Memahami sifat-sifat penyakit asma
2. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan serangan atau
memperberat
3. Memahami faktor-faktor yang mempercepat kesembuhan,
membantu perbaikan dan mengurangi serangan
4. Memahami kegunaan, cara kerja dan pemakaiaan obat-obat
AB
5. Menilai kemajuan dan kemunduran keberhasilan terapi
6. Mengetahui kapan self treatment harus diakhiri dan segera
mencari pertolongan dokter
12
“ EDUKASI”
Memahami sifat-sifat dari penyakit asma
bahwa:
• Asma tidak bisa sembuh secara sempurna.
• Asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu
saat oleh karena faktor tertentu bisa kambuh
lagi.
• Kekambuhan penyakit asma minimal bisa
dijarangkan dengan pengobatan jangka
panjang secara teratur.
13
“ EDUKASI”
Memahami faktor yang menyebabkan serangan
atau memperberat serangan, seperti :
• Inhalan: debu rumah, bulu atau serpihan kulit
binatang anjing, kucing, kuda dan spora jamur.
• Ingestan: susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan
obat-obatan tertentu.
• Kontaktan: zalf kulit, logam perhiasan.
• Keadaan udara : polusi, perubahan hawa
mendadak, dan hawa yang lembab.
• Infeksi saluran pernafasan.
• Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.
14
“ EDUKASI”
Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu
perbaikan dan mengurangi serangan :
• Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat individual).
• Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.
• Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.
• Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.
• Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan
lembab.
• Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.
• Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk
dan pilek.
• Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat
simptomatis maupun obat profilaksis.
• Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak
minum air hangat guna membantu pengenceran dahak.
• Manipulasi lingkungan: memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di
lingkungan dengan temperatur hangat.
15
Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui
beberapa pandangan yang salah tentang asma,
seperti :
• Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi,
kecemasan atau stres, padahal keadaan bronkus yang
hiperaktif merupakan faktor utama.
• Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan
• Baru berobat atau minum obat bila sesak napas saja
dan segera berhenti minum obat bila sesak nafas
berkurang atau hilang
16
Program tatalaksana:
Penilaian berat derajat AB (sebelum pengobatan)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
17
Program tatalaksana:
Penilaian berat derajat AB (dalam pengobatan)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
18
Program tatalaksana: Medikasi Asma
Controllers Reliever
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
19
Controllers: Glukokortikosteroid
Inhalasi Sistemik
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
20
Controllers
Kromolin (sodium
kromoglikat dan Metilsantin (Teofilin)
nedokromil sodium)
• Digunakan dengan inhalasi • Konsentrasi tinggi (> 10
pada derajat persisten ringan mg/dl) bronkodilatasi
• Mekanisme: NSAID • Konsentrasi rendah (5-10
• Es minimal: batuk, rasa tidak mg/dl) antiinflamasi
enak di mulut • ES: Nausea-vomit/ efek
• Penelitian: efek sodium kardiopulmoner ( takikardia,
kromoglikat tidak seefektif GI aritmia)
• Intoksikasi: kejang-kematian
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
21
Controllers
Agonis B2 kerja lama Metilsantin (Teofilin)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
22
Controllers
Leukotriene modifiers
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
23
Relievers
Agonis B2 kerja singkat Kortikosteroid sistemik
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
24
Relievers
Antikolinergik Adrenalin
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
25
Relievers
Metilsantin
• Efek bronkodilator lebih lemah dibandingkan b2 agonis kerja
singkat (pertimbangan aminofilin kerja singkat)
• Teofilin efek respiratory drive, perkuat fungsi otot pernapasan,
pertahankan respon terhadap agonis b2 kerja singkat diantara
pemberian satu dengan berikutnya
• Teofilin sebaiknya tidak diberikan pada penderita yang sedang
dalam terapi teofilin
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
26
Tahap penanganan
• Step-up therapy
• Step-down therapy
27
Program tatalaksana:
Pengobatan sesuai berat derajat
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003.
28
Program tatalaksana:
Tatalaksana AB serangan akut
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003. 29
Algoritme
Penatalaksanaan AB di rumah
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003. 30
Algoritme
Penatalaksanaan AB
di Rumah Sakit
31
Kontrol teratur
1. Tindak lanjut (follow-up) teratur
2. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
32
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003. 30
Tatalaksana AB pada kondisi khusus
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 1973-2003. 30
• Pilihan: obat inhalasi dan obat lama
yang terbukti aman
• Pengontrol: kortikosteroid inhalasi;
Kehamilan • Serangan akut: agonis beta2/oksigen/
kortikosteroid
34
• Pilihan: obat inhalasi dan obat lama yang terbukti aman
Asma akibat kerja • Pengontrol: kortikosteroid inhalasi;
• Serangan akut: agonis beta2/oksigen/ kortikosteroid
35
Steroid • Upayakan untuk meminimalisir kebutuhan dan bila
mungkin menghentikannya
Tenda ED. Bronchial Thermoplasty sebagai Terapi Asma. Ina J Chest Crit and Emerg Med. 2014;1:4.p.184-6.
37
• Efek samping terkait sistem respirasi yang dilaporkan
kelompok intervensi dan nonintervensi dengan bronchial
thermoplasty tidak menunjukkan perbedaan signifikan (84%
versus 75% pada tahun pertama, 53% versus 54% pada tahun
kedua).
• Hanya dapat dilakukan oleh Sp.PD subspesialis pulmonologi
yang telah mendapat pelatihan khusus!
• Tidak dapat dilakukan pada semua pasien perhatikan
Indikasi dan KI
Tenda ED. Bronchial Thermoplasty sebagai Terapi Asma. Ina J Chest Crit and Emerg Med. 2014;1:4.p.184-6.
38
Kesimpulan
• Konsep baru patogenesis asma bronkial menunjukkan bahwa
asma bronkial diakibatkan oleh inflamasi kronis saluran napas.
yang melibatkan pelepasan mediator dari sel inflamasi sehingga
menimbulkan berbagai gejala. Manajemen asma bronkial terdiri
dari obat untuk menghilangkan dan mengendalikan inflamasi.
Penatalaksanaan umum sesuai berat derajat asma serta pedoman
tatalaksana pada kondisi khusus.
39
Terima kasih
40