Anda di halaman 1dari 32

IDENTITAS

• Nama : ny. K
• Usia : 57 tahun
• Jenis kelamin : perempuan
• Alamat : permitan, magelang
• Pekerjaan : petani
• Status : menikah
• Tanggal kontrol : 02/11/2018
ANAMNESIS
• Keluhan utama :
Kesulitan membuka mata

• Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke poliklinik mata RSUD tidar magelang pada tanggal 02 november 2018
mengeluhkan kesulitan membuka mata. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak setengah bulan
yang lalu. Selain kesulitan untuk membuka mata pasien juga mengeluhkan nyeri saat memnbuka
mata. Selain nyeri pasien juga merasakan bengkak dan gatal pada kening sebelah kanan. Pasien
juga merasakan demam yang mengganggu aktifitas pasien. Sebelumnya pasien kontrol ke dokter
kulit dan sudah mendapatkan obat dari dokter tersebut dan didiagnosis herpes zooster.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Riwayat keluhan serupa (+) • Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat hipertensi (+) • Riwayat hipertensi (+) ayah
• Riwayat DM (-) • Riwayat DM (-)
• Riwayat trauma (-) • Riwayat trauma (-)
• Riwayat ginjal (-) • Riwayat ginjal (-)
• Riwayat operasi (-) • Riwayat operasi (-)
• Riwayat alergi (-) • Riwayat alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran : Compos mentis
• Keadaan umum : Cukup
• TD : 110/80 mmhg
• BB : 48 kg
• TB : 155 cm
Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra
(OD) (OS)

Visus Jauh 6/60 6/12

Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Pemeriksaan Od Os Penilaian
1. Sekitar mata (supersilia) Kedudukan alis baik, scar (-) Kedudukan alis baik, scar (-) Simetris, scar (-)
2. Kelopak mata
Pasangan N N Simetris

Gerakan Gangguan membuka mata (+) N Gangguan gerak membuka dan


menutup (-), spasme (-)

Lebar rima 11 mm 11 mm Normal 9-13 mm


Kulit Hiperemis (+) N Hiperemi (-), edema (-), massa (-)
Tepi kelopak N N Trikiasis (-), entropion (-), ekstropion
(-)
3. Apparatus lakrimalis
Sekitar glandula lakrimalis N N Dakriosistitis (-)
Sekitar sacus lakrimalis N N Dakriosistitis (-)
Uji flurosensi - - Tidak dilakukan
Uji regurgitasi - - Tidak dilakukan
Tes anel - - Tidak dilakukan
4. Bola mata
Pasangan N N Simetris
Gerakan N N Tidak ada gangguan gerak (saraf dan
otot penggerak bola mata normal)
Ukuran N N Makroftalmus (-), mikroftalmus (-)
6. Konjungtiva

Palpebra superior Cobble stone (-) Cobble stone (-) Hiperemis (-), hordeolum (-), cobble stone (-)

Forniks Cekung, dalam Cekung, dalam Cekung, dalam

Palpebra inferior N N Hiperemis (-), hordeolum (-), cobble stone (-)

Bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-) Injeksi konjungtiva (-), injeksi perikornea (-), corpal (-), hiperemis (-)

7. Sklera Ikterik (-), perdarahan (- Ikterik (-), perdarahan (-) Ikterik (-), perdarahan (-)
)

8. Kornea

Ukuran 12 mm 12 mm

Kecembungan N N Lebih cembung dari sklera

Limbus N N Arkus senilis (-), injeksi perikornea (-)

Permukaan N N Licin (+), jernih (+)

Uji flurosensi - - Tidak dilakukan

Placido - - Tidak dilakukan

9. Camera oculi anterior

Ukuran N N Dalam

Isi N N Hifema (-), hipopion (-)


10. Iris
Warna Coklat Coklat Coklat

Pasangan Simetris Simetris Simetris

Bentuk Bulat Bulat Bulat, reguler


11. Pupil
Ukuran 4 mm 4 mm Pada ruangan dengan cahaya cukup, 3-5 mm.

Bentuk Bulat Bulat Isokhor


Tempat Sentral Sentral Sentral

Tepi Regular Regular DBN

Reflek direct + + DBN


Reflek indirek + + DBN
12. Lensa
Ada/tidak Ada Ada DBN
Kejernihan Keruh Jernih Jernih

Letak Sentral, belakang Sentral, belakang iris DBN


iris
DIAGNOSIS BANDING

•Herpes zooster facialis


•Herpes simplek
•Ulkus blefaritis
DIAGNOSIS

•OD Herpes Zooster Oftalmicus


TERAPI
•C. Hervis eo 5x1 OD
•Dexaton ed 4x1 OD
•Rujuk spesialis kulit dan kelamin (untuk penanganan Herpes
Zooster)
DEFINISI
• HERPES ZOSTER MERUPAKAN INFEKSI UMUM YANG DISEBABKAN OLEH HUMAN
HERPES VIRUS 3 (VARISELA ZOSTER VIRUS), VIRUS YANG SAMA MENYEBABKAN
VARISELA (CHICKEN POX). VIRUS INI TERMASUK DALAM FAMILI HERPES VIRIDAE,
SEPERTI HERPES SIMPLEX, EPSTEIN BARR VIRUS, DAN CYTOMEGALOVIRUS.
• HERPES ZOSTER OFTALMIKUS (HZO) ADALAH KELAINAN PADA MATA YANG
MERUPAKAN HASIL REAKTIVASI DARI VARISELA ZOSTER VIRUS (VZV) PADA NERVUS
TRIGEMINAL (N.V). SEMUA CABANG DARI NERVUS TERSEBUT BISA TERPENGARUH,
DAN CABANG FRONTAL DIVISI PERTAMA N.V MERUPAKAN YANG PALING UMUM
TERLIBAT. CABANG INI MENGINERVASI HAMPIR SEMUA STRUKTUR OKULAR DAN
PERIOKULAR.
ETIOLOGI

• HERPES ZOSTER DISEBABKAN OLEH VARISELA ZOSTER VIRUS (VZV). VZV


MEMPUNYAI KAPSID YANG TERSUSUN DARI 162 SUB UNIT PROTEIN DAN
BERBENTUK SIMETRI ISOHEDRAL DENGAN DIAMETER 100 NM.
• HZO MERUPAKAN REAKTIVASI DARI VZV DI N.V DIVISI OFTALMIK (N.V1).
EPIDIOMOLOGI
• HZO KHAS MEMPENGARUHI 10-20 % POPULASI. HZO BIASANYA BERPENGARUH
PADA USIA TUA DENGAN MENINGKATNYA PERTAMBAHAN USIA. DARI DATA
INSIDEN TERJADINYA HZO PADA POPULASI CAUCASIAN ADALAH 131 : 100.000.
• FAKTOR RESIKO UNTUK PERKEMBANGAN HZ INI IALAH KEKEBALAN IMUN
SISTEM YANG RENDAH BERASOSIASI JUGA DENGAN PROSES PENUAAN YANG
NORMAL. BAGAIMANAPUN, INSIDENS INI TERJADI PADA INDIVIDU BERUSIA DI
ATAS 75 TAHUN RATA – RATANYA IAITU 10 KASUS PER 1000 ORANG
FAKTOR PREDISPOSISI
• KONDISI IMUNOCOMPROMISE • FAKTOR REAKTIVASI
(PENURUNAN IMUNITAS SEL T) • TRAUMA LOKAL
• USIA TUA • DEMAM
• HIV • SINAR UV
• KANKER • UDARA DINGIN
• KEMOTERAPI • PENYAKIT SISTEMIK
• MENSTRUASI
• STRES DAN EMOSI
PATOFISIOLOGI
Virus varicella
Replikasi virus Viremia primer
zooster

Tanda Viremia
Lesi kulit khas
Hutchinson sekunder
Tanda Hutchinson
PATOFISIOLOGI HZO
Bermultiplikasi
Varicella Infeksi laten Reaktivasi virus
dan peradangan

Menyebar ke Timbul
Penyebaran ke
sumsung tulang manifestasi
N. Trigeminus
dan batang otak klinis
MANIFESTASI KLINIS
a. Prodormal (didahului ruam sampai
beberapa hari)
b. Dermatitis
c. Nyeri mata
d. Lakrimasi
e. Perubahan visual
DEFEK EPITEL DAN INFEKSI SEKUNDER f. Mata merah unilateral
VARICELLA-ZOSTER VIRUS.
KELAINAN PADA MATA
• Kelainan Akut
• Keratitis epitelia akut
• Keratitis epitel akut berkembang di lebih dari 50% dari pasien dalam waktu 2 hari dari
timbulnya ruam dan biasanya sembuh secara spontan dalam beberapa hari.

• Konjungtivitis
• Konjungtivitis adalah salah satu komplikasi terbanyak pada HZO. Pada konjungtiva sering
terdapat injeksi konjungtiva dan edema, dan kadang disertai timbulnya petechie.

• Episkleritis
• Episkleritis terjadi pada awal ruam dan biasanya sembuh secara spontan.
• Skleritis dan sklerokeratitis
• Skleritis dan sclerokeratitis jarang terjadi dan dapat berkembang pada akhir minggu pertama.
• Keratitis numularis
• Keratitis numular biasanya berkembang di lokasi lesi epitel sekitar 10 hari setelah onset ruam.
• Keratitis stromal (intersisial)
• Keratitis diciform
• Keratitis disciform kurang umum daripada dengan herpes simpleks infeksi, tetapi dapat menyebabkan
dekompensasi kornea.
• Uveitis anterior
• Iop
• TIO harus dipantau sebagai elevasi umum, termasuk steroid diinduksi. Sering menyebabkan
peningkatan TIO.

• Komplikasi neurologik
Herpes zoster oftalmika
mengenai cabang
nervus oftalmikus
• KELAINAN KRONIK

• Keratitis neurotropik
• Neurotropik keratitis berkembang pada sekitar 50% kasus, meskipun biasanya relatif ringan dan mengendap selama
beberapa bulan.

• Skleritis
• Skleritis dapat menjadi kronis dan menyebabkan athropy scleral

• Mucous plaque keratitis


• Hal ini ditandai dengan kemunculan tiba-tiba plak mukosa tinggi yang diwarnai dengan bengal rose.

• Degenerasi lipid
• Degenerasi lipid dapat berkembang pada mata dengan nummular persisten berat atau keratitis disciform.

• Lipid-filled granulomata
• Lipid-filled granulomata dapat berkembang di bawah konjungtiva tarsal, bersama-sama dengan jaringan parut
subconjunctival.

• Sikatrik palpebra
• Jaringan parut kelopak mata dapat mengakibatkan ptosis, entropion cicatricial dan kadang-kadang ektropion,
trichiasis, lid notching dan madarosis.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Periksa struktur eksternal/superfisial
• Periksa keadaan integritas motorik ekstraokular dan defisiensi lapang pandang
• Lakukan pemeriksaan funduskopi dan coba untuk mengeradikasi fotofobia
• Lesi epitel kornea dapat dilihat setelah diberikan fluorescein. Defek epitel dan ulkus kornea
akan jelas terlihat dengan pemeriksaan ini.
• Pemeriksaan slit lamp untuk melihat sel dalam segmen anterior dan kewujudan infiltrat
stroma
• Ukur tekanan intraokular (tekanan normal ialah dibawah 12 – 15 mmhg).
• Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik
• Kerokan palpebra diwarnai dengan giemsa, untuk melihat adanya sel-sel raksasa berinti
banyak (tzanck) yang khas dengan badan inklusi intranukleus asidofil
• Pemeriksaaan serologik.
• Hz dapat terjadi pada individu yang terinfeksi dengan hiv yang kadangkala asimtomatik,
pemeriksaan serologik untuk mendeteksi retrovirus sesuai untuk pasien dengan faktor
resiko untuk hz (individu muda daripada 50 tahun yang nonimunosupres).
• Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik polymerase chain reaction.
DIAGNOSIS BANDING
• Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama
• Herpes simplek
• Ulkus blefaritis

• Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri


• Tic douloureux3
• Migrain
• Pseudotumor orbita
• Selulitis orbita
• Nyeri akibat sakit gigi

• Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea


• Epstein-barr virus
• Sifilis
KOMPLIKASI
• Myelitis

• Kemosis yang ada hubungannya dengan pembengkakan palpebral

• Timbul infiltrat yang berbentuk tidak khas dengan batas yang tidak tegas

• Adanya lesi diujung hidung sangat penting untuk diperhatikan karena kemungkinan besar iris akan ikut terkena
mengingat n. Nasociliaris merupakan cabang dari n.Ophthalmicus yang juga menginervasi daerah iris, corpus ciliaze dan
cornea.

• Skleritis

• Ocular palsy

• Kelainan retina berupa choroiditis dan perdazahan retina, yang umumnya disebabkan adanya retinal vasculitis.

• Neuritis optik
PENATALAKSANAAN
• Acyclovir (5 x 800 mg sehari) selama 7-10 hari.

• Valacyclovir (3x1000 mg) selama 7 hari

• Untuk neuralgia pasca herpetik obat yang direkomendasikan di antaranya gabapentin dosisnya 1,800 mg - 2,400 mg
sehari.

• Pada blefarokonjungtivitis, untuk blefaritis dan konjungtivitisnya, diterapi secara paliatif, yaitu dengan kompres dingin
dan topikal lubrikasi, serta pada indikasi infeksi sekunder oleh bakteri (biasanya s. Aureus).

• Pada keratitis, jika hanya mengenai epitel bisa didebridemant, jika mengenai stromal dapat digunakan topikal steroid,
pada neurotropik keratitis diterapi dengan lubrikasi topikal, serta dapat digunakan antibiotik jika terdapat infeksi sekunder
bakteri.
PENCEGAHAN
• Tidak mengusap-usap mata
• Tidak menyentuh lesi kulit
• Tidak menggaruk luka untuk menghindari penyebaran gejala
• Obat-obatan antiviral seperti asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir merupakan terapi utama yang
lebih efektif dalam mencegah keterlibatan okuler terutama jika obat diberikan tiga hari pertama
munculnya gejala
• Hindari alergen/kontak langsung dengan penderita HZO bagi orang orang sekitar

Anda mungkin juga menyukai