Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN
Sepanjang perkembangannya, korda spinalis dan kolumna vertebralis tumbuh dalam waktu
yang tidak bersamaan, dengan pertumbuhan columna vertebralis lebih cepat dibandingkan korda
spinalis. Nervus spinalis keluar dari kolumna vertebralis secara progresif dengan sudut-sudut yang
lebih oblique karena peninggian jarak antara segmen korda spinalis dan penyesuaian dari vertebra.
Nervus lumbalis dan nervus sacralis berjalan menurun kebawah melalui kanalis spinalis untuk
mencapai jalan keluar foramennya.
Korda spinalis melancip pada ujung yang dekat dengan vertebra lumbal pertama,
membentuk konus medullaris. Perpanjangan fibrosa dari korda ini merupakan filum terminal.
Gumpalan dari radik saraf di dalam rongga subarachnoid distal yang membentuk konus medullaris
adalah cauda equina.
Cauda equina sindrom berasal dari pemadatan atau penyempitan yang simultan dari radik
saraf lumbosacral multipel dibawah konus medullaris, sehingga menghasilkan gangguan
neuromuscular dan gejala-gejala urogenital.

II. PATOFISIOLOGI
Cauda equina sindrom disebabkan oleh berbagai pengempitan dari kanalis spinalis yang
menekan radik saraf dibawah korda spinalis. Beberapa penyebab cauda equina sindrom yang
dilaporkan, yaitu termasuk luka trauma, herniasi diskus, stenosis spinal, schwannoma,
ependimoma, keadaan inflamasi, kondisi infeksi dan penyebab iatrogenik.

Trauma
 Terjadinya fraktur yang menyebabkan subluxatio dapat menimbulkan kompresi dari cauda equina.
 Trauma tembus dapat menyebabkan kerusakan atau kompresi dari cauda equina.
 Manipulasi spinal menimbulkan subluxatio yang menyebabkan cauda equina sindrom.
Herniasi diskus
 Laporan insiden dari cauda equina sindrom berasal dari herniasi diskus lumbal yang berkisar antara
1-15%.
 90% dari herniasi diskus lumbal terjadi antara L4-L5 atau L5-S1.
 71 % Kasus dari herniasi diskus menjadi cauda equina sindrom terjadi pada pasien dengan riwayat
Low Back Pain (LBP) kronik dan 30 % perkembangan cauda equina sindrom merupakan gejala
pertama dari herniasi diskus lumbal.
 Laki-laki usia 40 sampai 50 tahun cenderung banyak menderita cauda equina sindrom sebagai akibat
dari herniasi diskus.
 Kebanyakan kasus dari cauda equina sindrom berasal dari herniasi diskus yaitu masuknya partikel
besar membentuk tonjolan material diskus, yang diperkirakan sekitar satu per tiga dari diameter
canalis.

Stenosis Spinal
 Penyempitan ujung dari canalis spinalis dapat berasal dari perkembangan abnormal atau proses
degeneratif.
 Kasus-kasus berat dari spondylolistesis dan Paget disease dapat menjadi cauda equina sindrom.

Neoplasma
 Cauda equina sindrom dapat disebabkan oleh neoplasma spinal primer atau metastase
yang biasanya berasal dari prostat pada laki-laki.
 96 % Dari cauda equina sindrom berasal dari perkembangan neoplasma spinal yang segera ditandai
dengan gejala nyeri yang berat.
 Penemuan terakhir termasuk kelemahan ekstermitas bawah berasal dari keterlibatan dari radik
ventral.
 Pasien biasanya menunjukkan gejala hipotonus dan hiporeflek.
 Kehilangan sensorik dan disfungsi spinchter sering ditemukan.

Schwannoma
 Schwannoma adalah neoplasma berkapsul jinak yang secara struktur identik dengan sinsitium dari
sel schwan.
 Pertumbuhan-pertumbuhan ini dapat timbul dari nervus perifer atau nervus simpatis.
 Schwannoma dapat dilihat menggunakan myelografi, tetapi standar patokannya adalah MRI.
Schwannoma menunjukkan gambaran isointense pada gambaran T1, hiperintense pada gambaran
T2, dan enhanced dengan kontras gadolinium.

Ependimoma
 Ependimoma adalah glioma yang berasal dari sel ependim undifferentiated.
 Sel ini biasanya berawal dari kanalis spinalis dari korda spinalis dan cenderung berubah menyerupai
pembuluh darah.
 Ependimoma lebih sering ditemukan pada pasien usia sekitar 35 tahun.
 Ependimoma dapat menimbulkan peningkatan TIK dan peningkatan protein pada cairan
serebrospinal.
 MRI diketahui dapat digunakan untuk menolong dokter dalam menegakkan diagnosa dari cauda
equina sindrom. Lesi memperlihatkan isointense pada gambaran T1, hipointense pada gambaran
T2, dan enhanced dengan kontras gadolinium.

Kondisi inflamasi
 Kondisi inflamasi jangka panjang dari tulang belakang termasuk Paget disease dan ankylosing
spondilitis dapat menjadi cauda equina sindrom karena penyakit-penyakit tadi menyebabkan
stenosis spinal.

Kondisi Infeksi
 Kondisi infeksi dapat menyebabkan deformitas dari radik saraf dan korda spinalis.
 MRI dapat menunjukkan gambaran abnormal berupa penekanan pada radik saraf ke satu sisi dari
saccus dura.
 Gejala-gejala umumnya termasuk nyeri punggung berat dan kelemahan gerakan motorik yang cepat
dan progresif.

Penyebab Iatrogenic
 Kelainan dari susunan saraf spinal telah dilaporkan menjadi penyebab kasus cauda equina sindrom,
termasuk kesalahan penempatan pedicle screw dan pengait laminar.
 Pemberian anastesi spinal yang terus menerus juga telah dikaitkan dengan kasus cauda equina
sindrom.
 Beberapa kasus melibatkan penggunaan hiprbarik 5 % lignocain.
 Beberapa rekomendasi menyarankan agar hiperbarik lignocain sebaiknya tidak diberikan pada
konsentrasi lebih dari 2 % dengan total dosis tidak melebihi 60 mg.

III. GEJALA
Gejala dari cauda equina sindrom termasuk berikut :
 Low Back Pain
 Sciatika unilateral atau bilateral
 Saddle perineal atau perineal hipoestesi atau anastesi
 Gangguan berkemih dan defekasi
 Kelemahan motorik ekstermitas bawah dan defisit sensorik
 Pengurangan atau tidak adanya refleks ekstermitas bawah.

Low back pain dapat dibagi dalam nyeri lokal dan radikular :
 Nyeri lokal biasanya sangat nyeri dan dalam, yang berasal dari jaringan lunak dan iritasi badan
vertebra.
 Nyeri radikular umumnya seperti nyeri tusukan benda tajam yang dihasilkan dari penekanan radik
saraf dorsal. Nyeri radik menunjukkan adanya distribusi dermatomal.

Manifestasi pengeluaran urin pada cauda equina sindrom berupa :


 Retensi
 Sulit memulai miksi
 Penurunan sensasi urethra

Manifestasi defekasi termasuk hal-hal berikut :


 Inkontinensia
 Konstipasi
 Kehilangan tonus dan sensasi anal
Nyeri dan defisit dihubungkan dengan masuknya radik saraf terlihat pada tabel berikut.

Radik Defisit
Nyeri Defisit motorik Defisit reflek
Saraf sensorik

Kelemahan
quadricep
Paha Medial Paha Penyusutan ringan
L2 ringan, fleksi
Anterior atas suprapatella
panggul,
adduksi paha

Kelemahan
Paha lateral Paha quadricep,
L3 Patella atau suprapatella
anterior bawah ekstensi lutut,
adduksi paha

Paha
Kaki Ekstensi pedis
L4 Posterolateral, Patella
medial dan lutut
anterior tibia

Dorsum Dorsofleksi dari


L5 Dorsum pedis Hamstrings
pedis pedis dan tumit

Plantar fleksi
Lateral
S1-2 Lateral pedis dari pedis dan Achiles
pedis
tumit

S3-5 Perineum Saddle Sphincter Bulbocavernosus; anal

IV. GAMBARAN RADIOGRAFI DAN LABORATORIUM


Diagnosa cauda equina sindrom bisa didapatkan dari riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik yang ditemukan. Radiologi dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengetahui letak
patologi dan penyebab kasus tersebut.
Karena didapat kemungkinan bahwa penyakit ini berasal dari jaringan lunak, MRI dapat
menjadi pemeriksaan yang lebih disukai oleh tenaga medis. Meskipun begitu, tidak ada
pemeriksaan radiologi yang spesifik sebagai standar dalam mendiagnosa cauda equina sindrom.
Myelografi, CT, dan MRI masing-masing digunakan pada kasus yang spesifik, dan
masing-masing alat tersebut mempunyai derajat akurasi terbaik.
Pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimia, kadar
gula darah, sedimen, sifilis dan lyme serologies. Pemeriksaan liquid cerebrospinal (LCS) harus
dilakukan jika ada indikasi, berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik yang ditemukan.
Human leucocyt antigen (HLA)-B27 dapat diperiksa jika ankylosing spondilitis atau
berbagai spondyloarthropati seronegatif diyakinkan sebagai diagnosa banding.
Pemeriksaan urodinamik sangat berguna untuk menilai derajat dan sebab dari disfungsi
sphingter, sebaiknya pantau pemulihan dari fungsi kandung kemih yang disebabkan oleh operasi
dekompresi.
Pemantauan intraoperatif dari somatosensorik dan motor evoked potensial dapat dilakukan
untuk evaluasi dari radikulopati dan neuropati.

V. PENATALAKSANAAN MEDIKAMENTOSA
Iskemik radik saraf sebagian dapat memungkinkan timbulnya nyeri dan penurunan
kekuatan otot yang dihubungkan dengan cauda equina sindrom. Berdasarkan penelitian, terapi
vasodilator sangat berguna untuk beberapa pasien.
Terapi dengan Lipoprostaglandin E1 dan derivatnya telah dilaporkan lebih efektif dalam
meningkatkan aliran darah di bagian cauda equina dan mengurangi gejala nyeri dan kelemahan
motorik. Pilihan terapi sebaiknya diberikan pada pasien dengan gejala stenosis spinal ringan
dengan klaudikasio neurogenik. Dari laporan, tidak ada keuntungan menggunakan terapi ini pada
pasien dengan gejala-gejala berat atau pasien dengan gejala-gejala radikular.
Pilihan terapi medik lain berguna penuh untuk kepentingan pasien, bergantung pada
penyebab dari cauda equina sindrom. Obat-obat anti inflamasi dan steroid dapat efektif pada pasien
dengan proses inflamasi, termasuk ankylosing spondilitis.
Pasien dengan cauda equina sindrom yang penyebabnya berasal dari infeksi sebaiknya
diberikan terapi antibiotik. Pasien dengan neoplasma spinal sebaiknya dievaluasi untuk
kemoterapi yang cocok dan terapi radiasi.
Sebaiknya perlu diperhatikan dalam menggunakan obat-obatan untuk manajemen terapi
dari cauda equina sindrom. Beberapa pasien dengan true cauda equina sindrom dengan gejala
anastesi saddle dan atau kelemahan anggota gerak bawah bilateral atau kehilangan kontrol
berkemih atau defekasi sebaiknya mendapatkan terapi medis awal tidak lebih dari 24 jam pertama.
Jika tidak ada keringanan gejala yang diperlihatkan selama periode ini, dekompresi bedah perlu
secepatnya dilakukan untuk meminimalisir kesempatan luka neurogenik yang permanen.

VI. PENATALAKSANAAN BEDAH


Pada beberapa kasus dari cauda equina sindrom, dekompresi segera dari kanalis spinalis
adalah pilihan terapi yang tepat. Tujuannya adalah untuk memebebaskan tekanan saraf pada cauda
equina dengan memindahkan alat-alat yang mengkompresi dan meningkatkan ruang kanalis
spinalis. Dulunya, pada penderita cauda equina sindrom diyakini perlu dilakukan bedah segera
dengan dekompresi bedah selama 48 jam dari awal onset gejala.
Pada pasien dengan herniasi diskus sebagai penyebab cauda equina sindrom, dianjurkan
melakukan laminektomi untuk melepaskan penekanan dari kanalis, diikuti dengan retraksi terbaik
dan laminektomi.
Banyak tim medis dan peneliti melaporkan telah mempresentasikan data fungsional dengan
melakukan dekompresi bedah. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam derajat penyembuhan fungsional dengan melakukan dekortikasi bedah.
Walaupun demikian, masih banyak anjuran untuk dilakukan dekompresi bedah sesegera mungkin
bila timbul gejala-gejala dalam onset tertentu sebagai pilihat terbaik dari penyembuhan neurologi
komplit.
Peneliti telah mencoba untuk mengidentifikasi kriteria speifik yang dapat membantu dalam
memprediksi prognosa pasien dengan cauda equina sindrom.
Pasien dengan sciatica bilateral telah dilaporkan mempunyai prognosa yang kurang baik
dibandingkan dengan pasien dengan nyeri unilateral.
Pasien dengan anastesi perineal komplit lebih diyakini mengalami paralisa permanen pada
fungsi berkemih.
Luas defisit sensorik dari perineal atau saddle telah dilaporkan menjadi aktor penting dalam
memprediksi prognosa atau pemeliharaan penyembuhan penyakit. Pasien dengan defisit unilateral
memiliki prognosa lebih baik daripada pasien dengan defisit bilateral.

Anda mungkin juga menyukai