Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Cukup
TD : 100/70 mmHg
BB : 45 Kg
TB : 155 cm
Tampak
OD membrane
keabuan
melewati
limbus sampai
setengah pupil
OS DBN
PEMERIKSAAN FISIK
8. Kornea
- Ukuran Ø 12 mm Ø 12 mm
- Kecembungan N N
- Permukaan N N
- Uji Flurosensi - -
- Placido - -
- Arcus senilis + +
9. Camera oculi anterior
- Ukuran N N
- Isi Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-) Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-)
10.Iris
11. Pupil
- Ukuran Ø 4 mm Ø 4 mm
- Reflek direct + +
- Reflek indirect + +
12. Lensa
Pinguecula
Psuedopterigium
DIAGNOSIS KERJA
OD Pterigium Grade
III
TERAPI
Farmakologi
C. Lyter 15 ml 3x1 ODS
Non Farmakologi
• Hindari kontak langsung dengan matahari
atau cahaya lampu
• Gunakan pelindung seperti kaca mata
pelindung sinar matahari
DAFTAR PUSTAKA
• Konjungtiva merupakan membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus
ANATOMI permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra
(suatu sambungan mukokutan) dan dengan
epitel kornea dilimbus.
• Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas 3 bagian:
1. Konjungtiva Palpebra
Mulai pada mucocutaneus junction yang
terletak pada bagian posterior kelopak mata
yaitu daerah dimana epidermis bertransformasi
menjadi konjungtiva.
2. Konjungtiva Bulbi
Menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sklera dibawahnya. Konjungtiva bulbi dimulai
dari forniks ke limbus, dan bersifat sangat
translusen sehingga sklera dibawahnya dapat
divisualisasikan.
3. Konjungtiva Forniks
Merupkan tempat peralihan konjungtiva tarsal
dengan konjungtiva bulbi. Lain halnya dengan
konjungtiva palpebra yang melekat erat pada
struktur sekitarnya konjungtiva forniks ini
melekat secara longgar dengan struktur di
bawahnya yaitu fasia muskulus levator
palpebra superior serta muskulus rektus.
DEFINISI
Tanda ini juga ditemukan pada pterigium dan oleh karena itu banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa pterigium merupakan manifestasi dari defisiensi atau
disfungsi localized interpalpebral limbal stem cell
KLASIFIKASI
TIPE I : Pterigium kecil, dimana lesi hanya terbatas
pada limbus atau menginvasi kornea pada tepinya
saja. Lesi meluas < 2 mm dari kornea.
Tipe III: Pterigium primer atau rekuren dengan keterlibatan zona optik.
Merupakan bentuk pterigium yang paling berat. Keterlibatan zona optik
membedakan tipe ini dengan yang lain. Lesi mengenai kornea > 4 mm dan
mengganggu aksis visual.
KLASIFIKASI
Stadium II
ika pterigium sudah melewati limbus dan belum
mencapai pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati
kornea.
Berdasarkan Stadium
Pterigium
Stadium III
jika pterigium sudah
melebihi stadium II
Stadium I tetapi tidak melebihi
jika pterigium hanya
pinggiran pupil mata
terbatas pada limbus
kornea dalam keadaan cahaya
normal (diameter pupil
sekitar 3-4 mm).
Stadium IV
jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.
KLASIFIKASI
Pterigium progresif
tebal dan vaskular dengan Contents Title
beberapa infiltrat di kornea di
depan kepala pterigium (disebut
cap dari pterigium)
Contents Title
Pterigium regresif
tipis, atrofi, sedikit vaskular.
Akhirnya menjadi bentuk
membran, tetapi tidak pernah
hilang.
Berdasarkan perjalanan
penyakitnya
KLASIFIKASI
Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi pterigium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular
pada permukaan konjuntiva. Pterigium dapat memberikan
gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium yang
avaskuler dan flat. Perigium paling sering ditemukan pada
konjungtiva nasal dan berekstensi kr kornea nasal, tetapi dapt pula
ditemukan pterigium pada daerah temporal.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterigium adalah
topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa
astigmtisme ireguler yang disebabkan oleh pterigium.
PENATALAKSANAAN • Konservatif Menurut Ziegler :
Penanganan pterigium a) Mengganggu visus
pada tahap awal adalah b) Mengganggu pergerakan bola
mata
berupa tindakann
c) Berkembang progresif
konservatif seperti d) Mendahului suatu operasi
penyuluhan pada pasien intraokuler
untuk mengurangi iritasi e) Kosmetik
maupun paparan sinar Menurut Guilermo Pico :
ultraviolet dengan a) Progresif, resiko rekurensi >
menggunakan kacamata luas
anti UV dan pemberian b) Mengganggu visus
c) Mengganggu pergerakan bola
air mata buatan/topical
mata
lubricating drops. d) Masalah kosmetik
e) Di depan apeks pterigium
terdapat Grey Zone
f) Pada pterigium dan kornea
sekitarnya ada nodul pungtat
g) Terjadi kongesti (klinis) secara
periodik
TEKNIK OPRASI
Sliding flap
dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka
bekas eksisi untuk memungkinkan dilakukannya
penempatan flap.
Conjungtival graft
menggunakan free graft
yang biasanya diambil dari
Rotational flap
Bare sclera dibuat insisi berbentuk konjungtiva bulbi bagian
bertujuan untuk huruf U di sekitar luka superior, dieksisi sesuai
menyatukan kembali bekas eksisi untuk dengan ukuran luka
konjungtiva dengan Simple closure membentuk seperti lidah kemudian dipindahkan dan
pada konjungtiva yang dijahit atau difiksasi dengan
permukaan sklera. menyatukan langsung kemudian diletakkan pada
sisi konjungtiva yang bahan perekat jaringan
bekas eksisi.
terbuka, diman teknik ini (misalnya Tisseel VH,
dilakukan bila luka pada Baxter Healthcare,
konjuntiva relatif kecil. Dearfield, Illionis).
KOMPLIKASI
• Gangguan penglihatan
• Mata kemerahan
• Iritasi
• Gangguan pergerakan bola mata.
• Timbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan kornea
• Pada pasien yang belum di eksisi terjadi distorsi dan
penglihatan sentral berkurang
• Timbul jaringan parut pada otot rektus medial yang dapat
menyebabkan diplopia
• Dry Eye sindrom
• Keganasan epitel pada jaringan epitel di atas pterigium
KOMPLIKASI POST OPERATIF
• Rekurensi
• Infeksi
• Perforasi korneosklera
• Jahitan graft terbuka hingga terjadi pembengkakkan dan perdarahan
• Korneoscleral dellen
• Granuloma konjungtiva
• Epithelial inclusion cysts
• Conjungtiva scar
• Adanya jaringan parut di kornea
• Disinsersi otot rektus
PROGNOSIS
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Rasa
tidak nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi.
Sebagian besar pasien dapat beraktivitas kembali setelah 48 jam
postoperasi. Pasien dengan rekuren pterygium dapat dilakukan
eksisi ulang dengan conjungtiva autograft atau transplantasi
membran amnion. Umumnya rekurensi terjadi pada 3-6 bulan Pasien dengan resiko
pertama setelah operasi. A tinggi timbulnya pterygium
seperti riwayat keluarga
atau karena terpapar sinar
Pterigium adalah suatu D B matahari yang lama
neoplasma yang benigna. dianjurkan memakai
C
Umumnya prognosis baik.
Kekambuhan dapat dicegah
E kacamata sunblock dan
mengurangi intensitas
dengan kombinasi operasi dan terpapar sinar matahari.
sitotastik tetes mata atau beta
radiasi.
THANK
YOU