Anda di halaman 1dari 35

PTERYGIUM

Redhy Satya Caesarinka / 20174011001


IDENTITAS
• Nama : Tn. SA
• Usia : 65 th
• Jenis kelamin : Laki - Laki
• Alamat : Bandongan, Magelang
• Pekerjaan : Buruh
• Status : Menikah
• Tanggal kontrol : 01/11/2018
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pandangan kabur

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Tidar Magelang pada
tanggal 01 November 2018 mengeluhkan pandangannya
matanya kabur jika untuk membaca
Pasien tidak merasakan ada yang mengganjal atau tebal tebal.
Pasien mengatakan keluhan sudah di rasakan sejak kurang
lebih 1 bulan yang lalu

Pasien mengatakan sebelum keluhan itu muncul pasien


sempat tertimpa benda asing di bagian dahi pasien sekitar
kurang lebih 3 bulan yang lalu.
Lalu pasien cepat cepat ke klinik atau puskesmas terdekat
untuk mengobati. Pasien mendapatkan obat tetes mata dari
puskesmas tetapi keluhan tidak kunjung membaik.
. Pasien mengeluhkan jika pasien meneteskan tetes mata
mengeluarkan kuning kuning dari mata pasien
Riwayat keluhan serupa (-)
RPD Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat ginjal (+)
Riwayat operasi (-)
Riwayat alergi (-)

Riwayat keluhan serupa (-)


RPK Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat ginjal (-)
Riwayat operasi (-)
Riwayat alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Cukup
TD : 100/70 mmHg
BB : 45 Kg
TB : 155 cm
Tampak
OD membrane
keabuan
melewati
limbus sampai
setengah pupil

OS DBN
PEMERIKSAAN FISIK

REFRAKSI VISUS DEKAT

OD : tidak dilakukan OD : tidak dilakukan


OS : tidak dilakukan OS : tidak dilakukan

VISUS JAUH KOREKSI


VOD : 6/60 OD : tidak dilakukan
VOS : 5/60 OS : tidak dilakukan
Pemeriksaan OD OS
1. Sekitar mata (supersilia) Kedudukan alis baik, scar (-) Kedudukan alis baik, scar (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan N N
- Gerakan N N
- Lebar rima 10 mm 10 mm
- Kulit N N
- Tepi kelopak N N
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula lakrimalis N N
- Sekitar sacus lakrimalis N N
- Uji flurosensi - -
- Uji regurgitasi - -
- Tes Anel - -
4. Bola Mata
- Pasangan N N
- Gerakan N N
- Ukuran N N
5. TIO
Palpasi N N
Tonometer - -
6. Palpebra
- Palpebra superior N N
- Forniks Tenang Tenang
- Palpebra inferior N N
- Bulbi Hiperemis (-), Tampak membrane Hiperemis (-)
keabuan melewati limbus sampai
setengah pupil

7. Sklera Ikterik (-), perdarahan (-) Ikterik (-), perdarahan (-)

8. Kornea
- Ukuran Ø 12 mm Ø 12 mm
- Kecembungan N N
- Permukaan N N
- Uji Flurosensi - -
- Placido - -
- Arcus senilis + +
9. Camera oculi anterior
- Ukuran N N
- Isi Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-) Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-)
10.Iris

- Warna Coklat Coklat

- Bentuk Bulat Bulat

11. Pupil

- Ukuran Ø 4 mm Ø 4 mm

- Bentuk Bulat Bulat

- Tempat Sentral Sentral

- Tepi Reguler Reguler

- Reflek direct + +

- Reflek indirect + +

12. Lensa

- Ada/tidak Ada Ada

- Kejernihan Jernih Jernih

- Letak Sentral, belakang iris Sentral, belakang iris


DIAGNOSIS BANDING

Pinguecula
Psuedopterigium
DIAGNOSIS KERJA

OD Pterigium Grade
III
TERAPI
Farmakologi
C. Lyter 15 ml 3x1 ODS

Non Farmakologi
• Hindari kontak langsung dengan matahari
atau cahaya lampu
• Gunakan pelindung seperti kaca mata
pelindung sinar matahari
DAFTAR PUSTAKA
• Konjungtiva merupakan membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus
ANATOMI permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra
(suatu sambungan mukokutan) dan dengan
epitel kornea dilimbus.
• Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas 3 bagian:
1. Konjungtiva Palpebra
Mulai pada mucocutaneus junction yang
terletak pada bagian posterior kelopak mata
yaitu daerah dimana epidermis bertransformasi
menjadi konjungtiva.
2. Konjungtiva Bulbi
Menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sklera dibawahnya. Konjungtiva bulbi dimulai
dari forniks ke limbus, dan bersifat sangat
translusen sehingga sklera dibawahnya dapat
divisualisasikan.
3. Konjungtiva Forniks
Merupkan tempat peralihan konjungtiva tarsal
dengan konjungtiva bulbi. Lain halnya dengan
konjungtiva palpebra yang melekat erat pada
struktur sekitarnya konjungtiva forniks ini
melekat secara longgar dengan struktur di
bawahnya yaitu fasia muskulus levator
palpebra superior serta muskulus rektus.
DEFINISI

Pterigium adalah suatu penebalan konjungtiva


bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging
yang menjalar ke kornea , pertumbuhan
fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif .
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kasus pterigium sangat bervariasi tergantung pada
lokasi geografisnya. Di daratan Amerika serikat, Prevalensinya berkisar
kurang dari 2% untuk daerah di atas 40o lintang utara sampai 5-15%
untuk daerah garis lintang 28-36o

Di Indonesia yang melintas di bawah garis khatuliswa, kasus-


kasus pterygium cukup sering didapati. Apalagi karena faktor
risikonya adalah paparan sinar matahari (UVA & UVB), dan bisa
dipengaruhi juga oleh paparan alergen, iritasi berulang (misal
karena debu atau kekeringan).

Insiden tertinggi pterygium terjadi pada pasien dengan rentang umur


20 – 49 tahun. Pasien dibawah umur 15 tahun jarang terjadi
pterygium. Rekuren lebih sering terjadi pada pasien yang usia muda
dibandingkan dengan pasien usia tua. Laki-laki lebih beresiko 2 kali
daripada perempuan
FAKTOR RESIKO
Faktor Lain
Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada
area limbus atau perifer kornea
merupakan pendukung terjadinya teori
keratitis kronik dan terjadinya limbal
defisiensi, dan saat ini merupakan teori
baru patogenesis dari pterygium.

Radiasi ultraviolet . Faktor Genetik


Faktor resiko lingkungan yang
utama timbulnya pterygium
adalah paparan sinar matahari.
• Hingga saat ini etiologi pasti pterigium masih
ETIOLOGI belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor
resiko pterigium antara lain adalah paparan
ultraviolet, mikro trauma kronis pada mata,
infeksi mikroba atau virus.
• Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa
etiologi pterigium merupakan suatu fenomena
iritatif akibat pengeringan dan lingkungan
dengan banyak angin karena sering terdapat
pada orang yang sebagian besar hidupnya
berada di lingkungan yang berangin, penuh
sinar matahari, berdebu dan berpasir.
PATOFISIOLOGI
UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p53 yang terdapat pada
stem sel basal di limbus. Ekspresi berlebihan sitokin seperti TGF-β dan VEGF (vascular
endothelial growth factor) menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi sel, dan
angiogenesis.

Jaringan subkonjungtiva mengalami degenerasi elastoid (degenerasi basofilik)


dan proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular di bawah epitel yaitu substansi
propia yang akhirnya menembus kornea. Kerusakan kornea terdapat pada
lapisan membran Bowman yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan
fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi ringan.

Kerusakan membran Bowman ini akan mengeluarkan substrat yang


diperlukan untuk pertumbuhan pterigium. Epitel dapat normal, tebal atau tipis
dan kadang terjadi displasia. Limbal stem cell adalah sumber regenerasi
epitel kornea. Pada keadaan defisiensi limbal stem cell, terjadi
konjungtivalisasi pada permukaan kornea.

Tanda ini juga ditemukan pada pterigium dan oleh karena itu banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa pterigium merupakan manifestasi dari defisiensi atau
disfungsi localized interpalpebral limbal stem cell
KLASIFIKASI
TIPE I : Pterigium kecil, dimana lesi hanya terbatas
pada limbus atau menginvasi kornea pada tepinya
saja. Lesi meluas < 2 mm dari kornea.

TIPE II : di sebut juga pterigium tipe primer advanced atau ptrerigium


rekuren tanpa keterlibatan zona optik. Pada tubuh pterigium sering
nampak kapiler-kapiler yang membesar. Lesi menutupi kornea
sampai 4 mm, dapat primer atau rekuren setelah operasi,
berpengaruh dengan tear film dan menimbulkan astigmat.

Tipe III: Pterigium primer atau rekuren dengan keterlibatan zona optik.
Merupakan bentuk pterigium yang paling berat. Keterlibatan zona optik
membedakan tipe ini dengan yang lain. Lesi mengenai kornea > 4 mm dan
mengganggu aksis visual.
KLASIFIKASI
Stadium II
ika pterigium sudah melewati limbus dan belum
mencapai pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati
kornea.
Berdasarkan Stadium
Pterigium

Stadium III
jika pterigium sudah
melebihi stadium II
Stadium I tetapi tidak melebihi
jika pterigium hanya
pinggiran pupil mata
terbatas pada limbus
kornea dalam keadaan cahaya
normal (diameter pupil
sekitar 3-4 mm).

Stadium IV
jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.
KLASIFIKASI
Pterigium progresif
tebal dan vaskular dengan Contents Title
beberapa infiltrat di kornea di
depan kepala pterigium (disebut
cap dari pterigium)

Contents Title
Pterigium regresif
tipis, atrofi, sedikit vaskular.
Akhirnya menjadi bentuk
membran, tetapi tidak pernah
hilang.
Berdasarkan perjalanan
penyakitnya
KLASIFIKASI

• T1 (atrofi) : pembuluh darah


episkleral jelas terlihat
• T2 (intermediet) : pembuluh darah
episkleral sebagian terlihat
• T3 (fleshy, opaque) : pembuluh darah
tidak jelas.

Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di


pterigium dan harus diperiksa dengan slit lamp pterigium
GAMBARAN • mata sering berair dan tampak
merah
KLINIK • merasa seperti ada benda asing
• timbul astigmatisme akibat kornea
tertarik oleh pertumbuhan pterygium
• pada pterygium derajat 3 dan 4
dapat terjadi penurunan tajam
penglihatan.
• Dapat terjadi diplopia sehingga
menyebabkan terbatasnya
pergerakan mata.
Pterigium memiliki tiga bagian :
1. Bagian kepala atau cap, biasanya datar, terdiri atas
zona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas
fibroblast. Area ini menginvasi dan menghancurkan
lapisan Bowman pada kornea. Garis zat besi (iron
line/Stocker’s line) dapat dilihat pada bagian anterior
kepala. Area ini juga merupakan area kornea yang
kering.
2. Bagain whitish.Terletak langsung setelah cap,
merupakan sebuah lapisan vesikuler tipis yang
menginvasi kornea seperti halnya kepala.
3. Bagian badan atau ekor, merupakan bagian yang mobile
(dapat bergerak), lembut, merupakan area vesikuler
pada konjungtiva bulbi dan merupakan area paling
ujung. Badan ini menjadi tanda khas yang paling penting
untuk dilakukannya koreksi pembedahan
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata
merah, gatal, mata sering berair, ganguan penglihatan. Selain itu perlu
juga ditanyakan adanya riwayat mata merah berulang, riwayat banyak
bekerja di luar ruangan pada daerah dengan pajanan sinar mathari yang
tinggi, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.

Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi pterigium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular
pada permukaan konjuntiva. Pterigium dapat memberikan
gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium yang
avaskuler dan flat. Perigium paling sering ditemukan pada
konjungtiva nasal dan berekstensi kr kornea nasal, tetapi dapt pula
ditemukan pterigium pada daerah temporal.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterigium adalah
topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa
astigmtisme ireguler yang disebabkan oleh pterigium.
PENATALAKSANAAN • Konservatif Menurut Ziegler :
Penanganan pterigium a) Mengganggu visus
pada tahap awal adalah b) Mengganggu pergerakan bola
mata
berupa tindakann
c) Berkembang progresif
konservatif seperti d) Mendahului suatu operasi
penyuluhan pada pasien intraokuler
untuk mengurangi iritasi e) Kosmetik
maupun paparan sinar Menurut Guilermo Pico :
ultraviolet dengan a) Progresif, resiko rekurensi >
menggunakan kacamata luas
anti UV dan pemberian b) Mengganggu visus
c) Mengganggu pergerakan bola
air mata buatan/topical
mata
lubricating drops. d) Masalah kosmetik
e) Di depan apeks pterigium
terdapat Grey Zone
f) Pada pterigium dan kornea
sekitarnya ada nodul pungtat
g) Terjadi kongesti (klinis) secara
periodik
TEKNIK OPRASI
Sliding flap
dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka
bekas eksisi untuk memungkinkan dilakukannya
penempatan flap.

Conjungtival graft
menggunakan free graft
yang biasanya diambil dari
Rotational flap
Bare sclera dibuat insisi berbentuk konjungtiva bulbi bagian
bertujuan untuk huruf U di sekitar luka superior, dieksisi sesuai
menyatukan kembali bekas eksisi untuk dengan ukuran luka
konjungtiva dengan Simple closure membentuk seperti lidah kemudian dipindahkan dan
pada konjungtiva yang dijahit atau difiksasi dengan
permukaan sklera. menyatukan langsung kemudian diletakkan pada
sisi konjungtiva yang bahan perekat jaringan
bekas eksisi.
terbuka, diman teknik ini (misalnya Tisseel VH,
dilakukan bila luka pada Baxter Healthcare,
konjuntiva relatif kecil. Dearfield, Illionis).
KOMPLIKASI
• Gangguan penglihatan
• Mata kemerahan
• Iritasi
• Gangguan pergerakan bola mata.
• Timbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan kornea
• Pada pasien yang belum di eksisi terjadi distorsi dan
penglihatan sentral berkurang
• Timbul jaringan parut pada otot rektus medial yang dapat
menyebabkan diplopia
• Dry Eye sindrom
• Keganasan epitel pada jaringan epitel di atas pterigium
KOMPLIKASI POST OPERATIF
• Rekurensi
• Infeksi
• Perforasi korneosklera
• Jahitan graft terbuka hingga terjadi pembengkakkan dan perdarahan
• Korneoscleral dellen
• Granuloma konjungtiva
• Epithelial inclusion cysts
• Conjungtiva scar
• Adanya jaringan parut di kornea
• Disinsersi otot rektus
PROGNOSIS
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Rasa
tidak nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi.
Sebagian besar pasien dapat beraktivitas kembali setelah 48 jam
postoperasi. Pasien dengan rekuren pterygium dapat dilakukan
eksisi ulang dengan conjungtiva autograft atau transplantasi
membran amnion. Umumnya rekurensi terjadi pada 3-6 bulan Pasien dengan resiko
pertama setelah operasi. A tinggi timbulnya pterygium
seperti riwayat keluarga
atau karena terpapar sinar
Pterigium adalah suatu D B matahari yang lama
neoplasma yang benigna. dianjurkan memakai
C
Umumnya prognosis baik.
Kekambuhan dapat dicegah
E kacamata sunblock dan
mengurangi intensitas
dengan kombinasi operasi dan terpapar sinar matahari.
sitotastik tetes mata atau beta
radiasi.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai