Laki-laki
Sulkus
koronarius
Daerah vulva
dan
sekitarnya
Perempuan
Porsio uteri
DIAGNOSIS
Uji asam
asetat • menggunakan as.asetat3- 5% (+) acetowhite
• Stereoscopic microscopy
Next..
Gambar 1. Gambaran Lesi pada pasien
STUDI KASUS (2)
Pada riwayat penyakit, pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis
ataupun meminum obat-obatan yang menekan system kekebalan tubuh.
Saat dilakukan pemeriksaan laboratorium, didapatkan Hb 6,14 gr/dl
dengan anemia mikrositik hipokrom berat dan pada pemeriksaan ELISA
didapatkan antibodi HIV 1/ HIV 2 negative. Kemudian dilakukan pemeriksaan
rontgen pelvis dengan hasil tidak ditemukan adanya invasif ke tulang dan
pada pemeriksaan USG tidak ditemukan determinasi sekunder.
Next..
STUDI KASUS (3)
Selanjutnya pasien mendapatkan transfusi darah sebanyak tujuh
kantong dan Hb nya meningkat menjadi 10,16 gr/dl mendekati nilai normal
(12 gr/dl).
Setelah itu dilakukan informed consent dan pasien di anastesi umum
untuk melakukan tindakan eksisi per primam dengan menggunakan scapel
elektrik hingga jaringan yang sehat. Saat dilakukan operasi, ditemukan 6
tumor lainnya yang serupa di bagian labial dan perianal bilateral sehingga
dilakukan eksisi serupa.
Next..
STUDI KASUS (4)
Setelah selesai, tepi kulit dirapihkan dilakukan penjahitan per prinam
dengan benang khusus ke intagumen. Pada saat yang bersamaan diberikan
antibiotic spektrum luas secara intavena sebelum dan sesudah operasi, serta
diberikan analgetik dan antiinflamasi.
Evaluasi pasca operasi dilakukan setiap hari sambal dilakukan pembersihan
dan hasilnya semakin membaik.
Jaringan yang di eksisi diberikan ke laboratorium dan di dapatkan hasil
berupa kondiloma akuminatum papiler tanpa tanda-tanda invasive, dysplasia
ataupun transformasi keganasan lainnya.
Next..
STUDI KASUS (5)
Pada hari ke 15 terjadi wound dehiscene. Hal tersebut mungkin terjadi
karena adanya penekan intagumen saat BAB ataupun karena gerakan paha
kiri, atau karena tumor yang ada sudah terinfeksi.
Luka tersebut dibersihkan dan ditutup setiap harinya sampai luka
granular eutrofik siap untuk di cangkok. Kemudian dilakukan skin graft yang
diambil dari paha kiri. Hasilnya berjalan dengan baik dan tidak ada
komplikasi. Pasien di pulangkan setelah kondisi mulai membaik.
Cek up dilakukan seminggu sekali pada bulan pertama, selanjutnya
sebulan sekali selama tiga bulan.
Next..
Gambar 2. Gambaran lesi Gambar 3. Gambaran
eutropik wound rekonstruksi dengan skin graft
DISKUSI (1)
Bedah Klasik
Keduanya
Terapi
Condyloma
Acuminata
Aplikasi larutan asam trikolorasetat 80-
90%
• Tidak ada gold standar untuk terapi giant condyloma acuminata, oleh
karena itu tindakan bedah asih menjadi pilihan perawatan yang paling
umum.
• Hasil riset menunjukan hasil yang memuaskan melalui monoterapi
ataupun kombinasi, tetapi hal tersebut tidak dapat di aplikasikan pada
kasus ini karena dimensi tumor yang besar.
• Selain itu terapi tambahan seperti radioterapi mungkin memiliki efek yang
menguntungkan, tetapi efektivitasnya belum di buktikan.
DISKUSI (2)
• Pada pasien ini terjadi infeksi pada luka yang terjadi karena luka
berdekatan dengan lubang anal Pembuatan anus buatan pada
tingkat kolon sigmoid
• Condyloma acuminate biasanya dikaitkan dengan jenis HPV yang non
onkogenik yaitu genotype 6 dan 11 Tidak dilakukan tes HPV pada
pasien
• Wanita dengan Giant condyloma cuminata biasanya memiliki defisiensi
imun dilakukan tes ELISA pada pasien dan hasil nya antibody HIV 1 atau
pun 2 negatif
KESIMPULAN
• Keterlambatan pasien dating ke dokter biasanya disebabkan oelh karena
rasa takut, malu, dan kelalaian pasien sehingga dapt mempengaruhi
kulaitas hidup serta meningkatkan resiko degenerasi ganas dan komplikasi
menjadi infeksi sekunder.
• Eksisi bedah in toto serta autografting dengan pemantauan operasi yang
ketat, merupakan solusi yang baik untuk pengobatan condyloma
acuminata
DAFTAR PUSTAKA
1. Badiu, D.C., et all. 2016. Giant Perineal Condyloma Acuminatum (Buschke-
Löwenstein Tumour): A Case Report Vol.111: 435-438 No. 5. Chirugia
2. Indriatmi, W., dan Handoko.,R.P. 2015. Kondiloma Akuminatum dalam Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI
3. Gadishah dan Brenner. 2018. Condyloma Acuminatum (Genital Warts).
Diakses : https://medscape.com