Anda di halaman 1dari 28

Jurnal Reading

Giant Perineal Condyloma Acuminatum (Buschke-


Löwenstein Tumour): A Case Report

Disusun Oleh : Titis Cresnaulan Desiyanti (1102013286)


Pembimbing : dr. Umi Rinasari, MARS, Sp.KK
TEORI KONDILOMA ACUMINATUM
DEFINISI
Kondiloma acuminatum (bila
banyak disebut dengan kondilomata
akuminata), atau disebut dengan kutil
kelamin merupakan lesi berbentuk
papilomatosis dengan permukaan
verukosa disebabkan yang disebabkan
oleh human papilloma virus (HPV)
terutama tipe 6 dan 11.
EPIDEMIOLOGI
• Termasuk infeksi menular seksual (IMS)  98% penularan melalui kontak
seksual
• Frekuensi pada laki-laki dan perempuan sama
• Tersebar secara kosmopolit
• Transmisi melalui kontak kulit langsung
ETIOLOGI
• Disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yaitu virus DNA yang
tergolong dalam papovavirus.
• Kondiloma akuminatum 70-100% disebabkan oleh tipe 6 dan 11 dan
beberapa tipe tertentu berpotensi menjadi onkogenik tinggi yaitu tipe 16
dan 18.
PATOFISIOLOGI
HPV menginvasi
Penetrasi Mikroabrasi
sel basal
di Kulit Mukosa
epidermis

Fase Virus Laten


dimulai :
Timbul atipikal - Tidak menimbulkan
Sel Host
morfologis gejala
menjadi
koilocytosis dari - Produksi DNA virus,
terinfeksi
kondiloma Kapsid, dan Pertikel
akuminata. dimulai
GEJALA KLINIS
• Terutama terjadi di daerah lipatan yang lembab (Genital Eksterna)
• Pada kondisi lembab. Contoh : pada wanita dengan fluor albus dan
pada laki laki yang tidak di sirkumsisi
• Saat kondisi imunitas yang menurun : Orang HIV dan orang dengan
transplantasi organ
• Terasa gatal pada lesi
• Nyeri, berbau tidak enak, serta berdarah  infeksi sekunder
BENTUK KLINIS
• Lesi seperti kembang kol, berwarna seperti daging/ sama dengan mukosa
• Ukuran beberapa millimeter/ centimeter
• Bentuk lain berupa lesi keratotik dengan permukaakn kasar dan tebal
• Lesi bias berupa papul atau plak verukisa atau keratotik soliter
Perineum
PREDILEKSI
Sekitar anus

Laki-laki
Sulkus
koronarius

Predileksi Meatus uretra

Daerah vulva
dan
sekitarnya
Perempuan

Porsio uteri
DIAGNOSIS

Uji asam
asetat • menggunakan as.asetat3- 5%  (+) acetowhite

• Stereoscopic microscopy

Kolposkopi • (+) as. Asetat  lesi dilihat menggunakan


sumber cahaya yangg kuat dan lensa
binokular

Histologi • Gambaran papilomatosis, akantosis, “rete


ridges” yang memanjang dan menebal,
(PA) parakeratosis dan koilositosis
DIAGNOSIS BANDING
• Benign Penile Pearly Papules
• Veruka vulgaris
• Kondiloma lata
• Karsinoma verukosa
TATALAKSANA
Kemoterapi Tindakan Bedah Interferon Imunoterapi

• Tingtur podofilin • Bedah skalpel • interferon alfa • Imunostimulator


• Podofilotoksin 0,5% (eksisi) • Interferon beta
• Asam • Bedah listrik
trikloroasetat (elektrokauterisasi)
• 5- fluoroasil • Bedah beku (N2
cair, N2O cair)
• Bedah laser
ABSTRAK
• Giant Condyloma Acuminatum (Buschke Lowenstein Tumor)
• Merupakan penyakit menular seksual yang jarang terjadi
• Disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV)
• Tujuan :
1. Mempresentasikan mengenai giant condyloma acuminatum
2. Pentingnya reseksi intoto
3. Memprediksi kemungkinan kekambuhan
4. Seberapa besar berpotensi menjadi ganas
PENDAHULUAN
Giant condyloma acuminatum disebut juga dengan Buschke
Lowenstein tumor (BLT) merupakan penyakit menular seksual yang
insidensinya 0,1% dari populasi umum dan disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV).
BLT memiliki cirikhas yaitu pertumbuhannya invasive, memiliki
kekambuhan yang tinggi saat pengobatan dan berpotensi menjadi
ganas.
STUDI KASUS (1)
Seorang wanita berusia 52 tahun datang dengan lesi tumor raksasa
di daerah vulvo perineum yang berwarna pucat dan cenderung rapuh.
Pasien baru pertama kali memeriksakan lesi tersebut ke layanan kesehatan,
walaupun lesi tersebut sudah muncul sejak 10 tahun yang lalu. Pasien
memeriksakan lesi tersebut karena 1 tahun terakhir lesi tersebut dirasakan
pertumbuhannya semakin cepat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan ulseratif tumor yang vegetatif,
berbau, dan berdarah pada regio vulvo-anal dengan ukuran sekitar 25/15
cm yang meluas sampai ke pangkal paha dan menutupi lubang anus
sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan colok dubur.

Next..
Gambar 1. Gambaran Lesi pada pasien
STUDI KASUS (2)
Pada riwayat penyakit, pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis
ataupun meminum obat-obatan yang menekan system kekebalan tubuh.
Saat dilakukan pemeriksaan laboratorium, didapatkan Hb 6,14 gr/dl
dengan anemia mikrositik hipokrom berat dan pada pemeriksaan ELISA
didapatkan antibodi HIV 1/ HIV 2 negative. Kemudian dilakukan pemeriksaan
rontgen pelvis dengan hasil tidak ditemukan adanya invasif ke tulang dan
pada pemeriksaan USG tidak ditemukan determinasi sekunder.

Next..
STUDI KASUS (3)
Selanjutnya pasien mendapatkan transfusi darah sebanyak tujuh
kantong dan Hb nya meningkat menjadi 10,16 gr/dl mendekati nilai normal
(12 gr/dl).
Setelah itu dilakukan informed consent dan pasien di anastesi umum
untuk melakukan tindakan eksisi per primam dengan menggunakan scapel
elektrik hingga jaringan yang sehat. Saat dilakukan operasi, ditemukan 6
tumor lainnya yang serupa di bagian labial dan perianal bilateral sehingga
dilakukan eksisi serupa.

Next..
STUDI KASUS (4)
Setelah selesai, tepi kulit dirapihkan dilakukan penjahitan per prinam
dengan benang khusus ke intagumen. Pada saat yang bersamaan diberikan
antibiotic spektrum luas secara intavena sebelum dan sesudah operasi, serta
diberikan analgetik dan antiinflamasi.
Evaluasi pasca operasi dilakukan setiap hari sambal dilakukan pembersihan
dan hasilnya semakin membaik.
Jaringan yang di eksisi diberikan ke laboratorium dan di dapatkan hasil
berupa kondiloma akuminatum papiler tanpa tanda-tanda invasive, dysplasia
ataupun transformasi keganasan lainnya.

Next..
STUDI KASUS (5)
Pada hari ke 15 terjadi wound dehiscene. Hal tersebut mungkin terjadi
karena adanya penekan intagumen saat BAB ataupun karena gerakan paha
kiri, atau karena tumor yang ada sudah terinfeksi.
Luka tersebut dibersihkan dan ditutup setiap harinya sampai luka
granular eutrofik siap untuk di cangkok. Kemudian dilakukan skin graft yang
diambil dari paha kiri. Hasilnya berjalan dengan baik dan tidak ada
komplikasi. Pasien di pulangkan setelah kondisi mulai membaik.
Cek up dilakukan seminggu sekali pada bulan pertama, selanjutnya
sebulan sekali selama tiga bulan.

Next..
Gambar 2. Gambaran lesi Gambar 3. Gambaran
eutropik wound rekonstruksi dengan skin graft
DISKUSI (1)

• Kasus ini merupakan salah satu kasus condyloma acuminata yang


berevolusi seperti tumor di daerah vulvo-perineum karena ukurannya yang
besar dan mengganggu kualitas hidup pasien.

• Pada kasus ini, pasien mengalami anemia berat disebabkan karena


perdarahan berulang pada lesi. Selain itu, karena lokasi lesi yang
berdekatan dengan anal, maka menyebabkan lesi tersebut mudah
terinfeksi hingga menimbulkan bau.
• Menurut literatur condyloma acuminatum dapat di terapi dengan :

Bedah Klasik

Bedah Bedah listrik

Keduanya
Terapi
Condyloma
Acuminata
Aplikasi larutan asam trikolorasetat 80-
90%

Non-Bedah Larutan pdophyllotoxin 0,5%

Radioterapi, imunoterapi, kemotrapi,


cryoterapi, dll
• Terapi non-bedah efisiensinya masih kontrovesial.

• Seperti contohnya pada pemberian topical podofilin memiliki hasil yang


kurang baik untuk Giant Condyloma Acuminata tetapi hasilnya baik untuk
condyloma acuminatum yang biasa.

• Tidak ada gold standar untuk terapi giant condyloma acuminata, oleh
karena itu tindakan bedah asih menjadi pilihan perawatan yang paling
umum.
• Hasil riset menunjukan hasil yang memuaskan melalui monoterapi
ataupun kombinasi, tetapi hal tersebut tidak dapat di aplikasikan pada
kasus ini karena dimensi tumor yang besar.

• Selain itu terapi tambahan seperti radioterapi mungkin memiliki efek yang
menguntungkan, tetapi efektivitasnya belum di buktikan.
DISKUSI (2)
• Pada pasien ini terjadi infeksi pada luka yang terjadi karena luka
berdekatan dengan lubang anal  Pembuatan anus buatan pada
tingkat kolon sigmoid
• Condyloma acuminate biasanya dikaitkan dengan jenis HPV yang non
onkogenik yaitu genotype 6 dan 11  Tidak dilakukan tes HPV pada
pasien
• Wanita dengan Giant condyloma cuminata biasanya memiliki defisiensi
imun  dilakukan tes ELISA pada pasien dan hasil nya antibody HIV 1 atau
pun 2 negatif
KESIMPULAN
• Keterlambatan pasien dating ke dokter biasanya disebabkan oelh karena
rasa takut, malu, dan kelalaian pasien sehingga dapt mempengaruhi
kulaitas hidup serta meningkatkan resiko degenerasi ganas dan komplikasi
menjadi infeksi sekunder.
• Eksisi bedah in toto serta autografting dengan pemantauan operasi yang
ketat, merupakan solusi yang baik untuk pengobatan condyloma
acuminata
DAFTAR PUSTAKA
1. Badiu, D.C., et all. 2016. Giant Perineal Condyloma Acuminatum (Buschke-
Löwenstein Tumour): A Case Report Vol.111: 435-438 No. 5. Chirugia
2. Indriatmi, W., dan Handoko.,R.P. 2015. Kondiloma Akuminatum dalam Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI
3. Gadishah dan Brenner. 2018. Condyloma Acuminatum (Genital Warts).
Diakses : https://medscape.com

Anda mungkin juga menyukai