Anda di halaman 1dari 25

Kejahatan sexual

pada anak
Ika salamah
102014151
B3
Skenario 7
• Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang bersama orang
tua dan polisi untuk meminta dilakukan visum et repertum.
Anak ini mengaku lubang pelepasannya dimasukan alat
kelamin. Pelaku yang merupakan tetangganya kemarin sore.
Dari pemeriksaan ditemukan adanya luka lecet pada dinding
luar lubang pelepasan arah jam 6 dan 8. tampak kemerahan
pada dinding luar lubang pelepasan dan kekuatan otot lubang
pelepasan dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan swab
lubang pelepasan ditemukan adanya sel sperma
Rumusan masalah
• Anak laki-laki usia 9 tahun diduga disodomi
Aspek Medikolegal
Kewajiban Dokter Membantu Peradilan :

Pasal 133 KUHAP


• Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
• Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
• Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan
pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang

kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat


bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melalukannya
Aspek Hukum

Pasal 290 KUHP


Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang pada hal diketahui, bahwa orang itu pingsan
atau tidak berdaya.
1. barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang padahal diketahui atau sepatutnya
harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa
belum mampu dikawin;
2. barang siapa membujuk seorang yang diketahio atau sepatutnya haru diduga, bahwa umurnya
belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan
dengan orang lain.
Pasal 292 KUHP
“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum
dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau patut harus
disangkanya hal belum dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya lima
tahun
Aspek Hukum

UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak


1. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan
orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah).
2. Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain.
Aspek Hukum

Pasal 81 UU 23/2002 Tentang Perlindungan Anak


Dengan kekerasan atau ancaman memaksa anak ( belum 18 tahun ) bersetubuh
dengannya atau orang lain dipidana maksimum 3 hingga 15 tahun dan denda Rp 60 juta
hingga Rp 300 juta.

Pasal 82 UU 23/2002 Tentang Perlindungan Anak


Dengan kekerasan atau ancaman tipuan, kebohongan, bujukan, terhadap anak ( belum
18 tahun ) berbuat cabul dengannya atau orang lain, dipidana maksimum 3 hingga 15
tahun dan denda Rp 60 juta hingga Rp 300 juta.
Pemeriksaan anamnesis
• Anamnesis umum
- Identitas pasien  nama,umur, tanggal lahir
- Penyakit lain terutama penyakit kelamin
- Riwayat persetubuhan

• Anamnesis khusus ( sebelum ,semasa, selepas)


- Waktu kejadian
- Dimana terjadinya
- Apakah korban melawan?
- Apakah korban pingsan?
- Apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi
- Apakalah setelah kejadian korban mencuci, mandi dan mengganti
pakaian?
Pemeriksaan medis
• Pemeriksaan fisik umum • Pemeriksaan tambahan
1. Kondisi umum
1. TTV 2. Lengan atas,lengan bawah
2. Keadaan umum dan dan tangan
kesadaran 3. Muka, telinga, bibir
3. Emosi 4. Kepala
4. Pakaian 5. Leher
5. Fisik umum 6. Perut
7. Paha dan kaki
8. Pinggang dan pantat

Hasil pemeriksaan
didapatkan luka lecet pada dinding luar lubang pelepasan arah jam 6 dan 8 tampak
kemerahan pada dinding luar lubang pelepasan dan kekuatan otot lubang pelepasan
dbn
Pemeriksaan labotorium
• Pemeriksaan cairan mani
1. Penentuan spermatozoa (mikroskopis)
- tanpa pewarnaan  perhatikan pergerakan spermatozoa
- Dengan pewarnaan ( malachite green)  ter;ihat gambaran sperma
: kepala (merah). Leher (merah muda), ekor (hijau)

2. Reaksi fosfatase asam


- Tes ini tidak spesifik ,hasil positif(+) semua dapat terjadi pada feses
,air teh, kontrasepsi, sari buah dan tumbuh-tumbuhan
- Bercak yang didak mengandung enzim fosfatase memberikan warna
serentak dengan intensitas tetap. Sedangkan bercak yang
mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna unggu
secara berangsur-angsur
3. Reaksi barberio
- Menentukan adanya sperma dalam semen
- Hasil (+) bila didapatkan kristal sperma pikrat kekuningan berbentuk
jarum dengan ujung tumpul

4. Reaksi florence
- Dilakukan bila terdapat azoospermia
- Tes ini tidak khas untuk cairanj mani
- Bila tredapat mani , tampak kristal kolin periodida coklat berbentuk
jarum dengan ujung terbelah
Aspek Psikososial
Perubahan Psikologis pada Korban Penganiayaan Seksual
1) Fase pertama atau akut (beberapa hari setelah kejadian):
• Anak sering menangis atau diam sama sekali.
• Anak merasa tegang, takut, khawatir, malu, terhina, dendam dan
sebagainya
2) Fase kedua atau adaptasi :
• Rasa takut atau marah dapat dikendalikan dengan represi atau
rasionalisasi
3) Fase ketiga atau fase reoganisasi
• Depresi yang dapat berlangsung lama
• Sering sulit tidur, mimpi buruk dan sulit melupakan kejadian yang telah
menimpanya
• Takut melihat orang banyak atau orang yang berada dibelakangnya
• Takut terhadap hubungan seksual
Tindakan terhadap korban dengan kekerasan seksual adalah:
1. Mengamankan untuk sementara ke tempat yang tenang
2. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang
memberikan pelayanan konseling untuk korban kekerasan
seksual
3. Menyerahkan pelayanan medis ke dokter atau rumah sakit
yang dapat dipercaya dan dapat menjaga privasi korban
4. Melapor kepada yang berwajib dan memberikan bantuan
hukum
5. Memberikan advokasi kepada keluarga yang sedang panik dan
bingung
KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
Peran (Pasal 76) :Melakukan sosialisasi Perundangan, mengumpulkan data dan
informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan,
evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.Memberikan
laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada presiden dalam rangka perlindungan
anak.

Komisi Nasional Perlindungan Anak


•Pemantauan dan Pengembangan Perlindungan Anak
•Advokasi dan Pendampingan pelaksanaan Hak-Hak Anak
•Kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut Kepentingan Terbaik
Anak
•Kordinasi antar Lembaga, baik tingkat Regional, Nasional maupun Internasional
Pembuatan visum
Visum Et repertum

Laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan


atas permintaan tertulis dari pihak penyidik mengenai apa yang dilihat
dan diperiksa berdasarkan keilmuannya untuk kepentingan peradilan
• Syarat pembuatan visum et repertum

1. Diminta penyidik
2. Tertulis (resmi)
3. Dilakukan terhadap korban, bukan tersangka
4. Diduga terkait dengan pidana
5. Dibuat oleh dokter
6. Digunakan untuk kepentingan peradilan saja, tidak boleh untuk
asuransi atau sebagainya
RUMAH SAKIT JAKARTA
BAGIAN/SMF/INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
Telp : 227912 – 227915 Ext. 111

Nomor : 3456-SK.III/2345/2-95---------------------------------------------------
--
Lamp : Satu sampul tersegel------------------------------------------------------
-
Perihal : Hasil Pemeriksaan Visum Kasus Percabulan ---------------------

PROJUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
NO: KF 24/VR/VIII/2018
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ika Salamah, SpF, dokter pemerintah pada
Bagian Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit jakarta , menerangkan bahwa
atas permintaan tertulis dari Agus Santoso, BRIPDA, NRP: delapan empat nol
sembilan nol tiga enam empat, Nomor Polisi B garis miring tiga ratus dua puluh
sembilan garis miring enam romawi garis miring dua ribu enam garis miring
Sek.Mgs, maka pada tanggal Satu Januari tahun dua ribu tiga belas, pukul dua
belas tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang jenazah
Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah
melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor rekam medis nol tiga
puluh lima yang berdasarkan surat tersebut-----------------------------------

Nama : An X------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : laki-laki---------------------------------------------------
Umur : Sembilan tahun -----------------------------------------------
Kewarganegaraan : Indonesia-----------------------------------------------------
Pekerjaan : Pelajar---------------------------------------------------------
Alamat : Jalan tanjung duren jakarta -------------------------------------
---------------------------------------------------
Pada pemeriksaan ditemukan:

a) Laki-laki tersebut adalah seorang laki-laki berumur sembilan tahun


dengan kesadaran baik, terlihat ekspresi ketakutan dan segan untuk
berinteraksi dengan orang lain akan tetapi sikap selama pemeriksaan
membantu, rambut rapi, penampilan bersih --------------------------------------
b) Pakaian rapi, tanpa robekan-----------------------------------------------------------
c) Tanda kelamin sekunder mulai berkembang---------------------------------------
d) Keadaan umum jasmani baik, tekanan darah seratus sepuluh per tujuh
puluh milimeter air raksa, denyut nadi sembilan puluh dua kali per
menit, pernapasan dua puluh kali per menit--------------------------------------
e) Luka-luka : ditemukan adanya luka lecet pada dinding luar lubang
pelepasan arah jam 6 dan 8, tampak kemerahan pada dinding pelepasan
dan kekuatan otot lubang pelepasan dalam batas normal-------------------
f) Pemeriksaan Kandungan:
• Rahim: ----------------------------------------
g) Pemeriksaan Alat Kelamin:
• Mulut alat kelamin:-------------------------------------------------------------------------
---
• Selaput dara : ----------------------------------------------------------------
• Jaringan vulva: ----------------------------
• Leher rahim: ----------------------------------------------------
h)Pada pemeriksaan laboratorium dengan bahan pulasan swab anus ,
dilakukan pemeriksaan metode Berberio dan memberikan hasil positif
berupa terbentuknya jarum erwarna kekuningan dengan ujung tumpul.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan metode Florence dan ditemukan adanya
kristal cholyn peryodida berwarna coklat berbentuk jarum dengan ujung
terbelah. Hal ini sesuai dengan adanya cairan mani pada anus atau lubang
pelepasan------
i) Pada pemeriksaan laboratorium dengan reaksi fosfatase dilakukan
pemeriksaan inhibisi dengan I(-) Tartrat memberikan hasil positif berupa
bercak ekstrak disemprot dengan reagens I berwarna ungu sedangkan
dengan reagens II tak timbul warna. Hal ini sesuai dengan adanya cairan
mani dalam ekstrak-------------------------------------------------------------------------
Kesimpulan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya luka lecet pada dinding luar
lubang pelepasan arah jam eman dan delapan tampak kemerahan pada
dinding luar lubang pelepasan dan kekuatan otot lubang pelepasan dalam
batas normal dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukan adanya
sperma di lubang pelepasan menandakan memang telah terjadi
percabulan -------------------------------------------------

Demikian Visum et Repertum ini saya buat dengan sebenar-benarnya


dengan mengingat sumpah jabatan berdasarkan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana-----------------------------------------------------------------------

Jakarta, tanggal sepuluh desember dua ribu delapan belas


Dokter Pemeriksa,

dr. Ika Salamah ,Sp.F.


NIP. 765 315. 995
Kesimpulan
• Untuk menyelesaikan permasalahan kasus kejahatan seksual ,tidak
hanya membutuhkan intervensi medis semata-mata tapi menuntut
diambilnya langkah penanganan yang holistik dan komprehensif
termasuk dukungan psikososial yang secara otomatis membutuhkan
dukungan optimal dari keluarga dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai