Anda di halaman 1dari 20

Konsep Sehat Dan Sakit

(Paradigma)
Oleh :
KELOMPOK 2
ANDHIKA WAHYU UTOMO
EKA SRI WANDA WARDANI
MARIANI
NURLYANTI

Tk.I – D-III KEPERAWATAN BALIKAPAN


POLTEKKES KEMENKES KALTIM
Konsep Sehat Dan Sakit
(Paradigma)
Tahapan Sakit

Perilaku dan Peran Pencegahan


Sakit penyakit

Dampak sakit
Perubahan tingkah terhadap
laku karena sakit
keluarga
A. Tahapan sakit

1. Tahap I (Mengalami Gejala)


Pada tahap ini pasien menyadari bahwa” ada sesuatu yang salah” Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa
tertentu
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat,terjadi perubahan emosional.


3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,
mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi
penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien
bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan
gejala yang ada Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari
berbagai tuntutan dan stress hidupnya.

5. V (Pemulihan dan Rehabilitasi)


Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara
tiba-tiba, misalnya penurunan demam.
B. PERILAKU DAN PERAN SAKIT
Pengertian perilaku sakit menurut para ahli :

 Menurut Solita Sarwono (1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah segala bentuk
tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan.

 Menurut Suchman perilaku sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau
rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu

 Menurut Kasl dan Cobb, perilaku sakit adalah aktivitas apapun yang dilakukan oleh
individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya dan untuk

menemukan pengobatan mandiri yang tepat.


 Penyebab Perilaku Sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa penyebab
perilaku sakit itu sebagai berikut :
1. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan normal.
2. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan keluarga, hubungan
kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat dilihat.
5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
6. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
7. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
8. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
9. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas , tenaga, obat-obatan, biaya,
dan transportasi.
 Peran Orang Sakit

Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan berubahnya peranan orang
tersebut di dalam masyarakat. Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan
peranannya di dalam masyarakat maupun di dalam lingkungan keluarga.
C. Perubahan Tingkah laku karena Sakit
Terhadap Individu

Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perubahan

tingkah laku terhadap orang sakit yang dapat diamati, yaitu :


Fearfullness
Merasa ketakutan
Regresi
Berkurangnya
ansietas
(kecemasan)
minat

Perubahan
tingkah laku
Perubahan Perpepsi
Egosentris terhadap orang lain

Terlalu Reaksi
memperhatikan
persoalan kecil Emosional tinggi
D. Dampak Sakit Terhadap Keluarga

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien


Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

2. Terhadap Peran Keluarga


Perubahan klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang
berkepanjangan dalam jangka pendek klien memerlukan proses
penyesuaian. Akan tetapi pada perubahan jangka panjang yang sama
dengan ’Tahap Berduka’.Peran perawat adalah melibatkan keluarga
dalam pembuatan rencana keperawatan.
3. Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya.
Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan
klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.

4. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana
mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

5. Terhadap Dinamika Keluarga

Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang
baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.
E. Pencegahan Penyakit
1. Pencegahan sekunder

diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
pembatasan cacat cacat (disability limitation) dan pencegahan tersier (rehabilitasi)

2. Pencegahan primer :
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection)
upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan
imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan
untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
3. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
tujuan utama dari tindakan ini ialah :

1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit


menular.
2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan
orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.

b. Pembatasan cacat (disability limitation)


pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk
lagi.
4. Pencegahan tersier

a. Rehabilitasi
pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat
berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai