Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN PENULARAN

TUBERKULOSIS PARU KONTAK SERUMAH


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG III

SKRIPSI

Oleh :
Kadek Sri Sudiartini Sangging
NIM. 16060145027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis di Dunia
Tuberkulosis paru merupakan masalah di dunia
Indonesia peringkat ketiga setelah India dan China
Tuberkulosis Paru di Indonesia
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular
 Kasus TB BTA (+), Notifikasi kasus (CNR) , &
angka kematian tahun 2015
Tuberkulosis Paru di Provinsi Bali

 Buleleng (40 kasus) menempati urutan ketiga untuk kasus Tuberkulosis BTA (+) setelah
Jembranan (43 kasus) dan kota Denpasar (50 kasus) tahun 2015

Tuberkulosis Paru di Kab. Buleleng

 Puskesmas Buleleng III menempati urutan kelima dengan jml kasus TB Paru BTA (+) sebanyak
16 kasus tahun 2016

 Total kasus TB BTA (+) di Buleleng adalah 275 kasus

Tuberkulosis Paru di Puskesmas Buleleng III

 tahun 2016 hanya ditemukan sebanyak 16 kasus Tuberkulosis BTA Positif diantara 29 kasus

 Januari s/d Juni 2017 diperoleh data sebanyak 21 kasus Tuberkulosis Paru BTA Positif
diantara 31 Kasus . Terjadi kenaikan sebanyak 13% dari 55 % menjadi 68 %.

 Proporsi pasien Tuberkulosis anak diantara seluruh kasus Tuberkulosis Januari s/d Juli 2017
meningkat pada tahun 2016 ditemukan hanya 3 % meningkat menjadi 8 % pada tahun 2017,
 Kasus TB BTA (+) meningkat
 Penemuan Kasus BTA (+) melalui
strategi DOTS masih dibawah target WHO
 Kasus TB Anak meningkat
 Faktor resiko kepadatan hunian
untuk penularan kasus TB
HUBUNGAN KEPADATAN
HUNIAN DENGAN
PENULARAN TUBERKULOSIS
PARU KONTAK SERUMAH DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BULELENG III
A. Kerangka Teori

B. Kerangka
Faktor Teori
lingkungan :
1. Ventilasi Droplet
2. Kepadatan Nuclei/
Konsentrasi kuman
hunian Pajanan
Lama Kontak
3. Faktor
perilaku

Inhalasi Mycobacterium Tuberkulosis

Kuman Fagisitosis oleh makrofag alveolus


Mati paru
Kuman Hidup

Pembetukan fokus primer Masa Inkubasi


Penyebaran limfogen (2-12 minggu)
Penyebaran hematogen

Kompleks primer
Uji Tuberkulin (+)
terbentuk imunitas
seluler

Sakit Tuberkulosis Infeksi Tuberkulosis

Komplikasi kompleks primer


Imunitas Optimal
Komplikasi penyebaran hematogen
Komplikasi penyebaran limfogen
Penyakit
Kalau imunitas Immuno-
turun , Supresan:
Reaktivasi/ 1. DM
reinfeksi 2. HIV
3. Malnutrisi
Sembuh
Sakit Tuberkulosis
Sembuh
Meninggal

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Kepadatan Hunian dengan Penularan


Tuberkulosis Paru Kontak Serumah di Wilayah Kerja Puskesmas
Buleleng III ( Siti, S. 2014).
BAB III
KERANGKA KONSEP

Kasus TB paru
BTA (+)
1. Padat :
luas lantai
rumah/jml
FAKTOR penghuni
LINGKUNGAN : < 9 m2/org

2. Tidak PENYAKIT
1. Kepadatan IMMUNO-SUPRESAN:
Padat :
hunian 1. DM
luas lantai
2. Ventilasi rumah/jml 2. HIV
3. Faktor perilaku penghuni 3. MALNUTRISI
≥ 9 m2/org

Kontak Serumah Penularan TB

Konsentrasi kuman 1. Ada Penularan : skor TB Anak ≥ 6

Lama Kontak 2. Tidak Ada Penularan : skor TB Anak < 6

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Hubungan Kepadatan
Hunian dengan Penularan Tuberkulosis Paru Kontak Serumah di
Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III.

Definisi Definisi Alat Jenis


No Variabel Indikator Skala
Konseptual Operasional Ukur Data

1 Kepadatan Kepadatan Hasil bagi 1. Luas rumah Meteran Data Nominal :


Hunian hunian adalah antara luas responden Primer 1. Padat :
perbanding lantai rumah 2. Jumlah hasil bagi
an antara luas responden penghuni luas rumah
lantai rumah dengan dalam satu dengan
dengan jumlah rumah. jumlah
jumlah penghuni penghuni
anggota dalam satu < 9 m2
keluarga rumah. /orang
dalam satu
rumah tinggal
2. Tidak
(Wahid dan
padat: hasil
Chayatin,
bagi luas
2009).
rumah
dengan
jumlah
penghuni
≥ 9 m2/
orang (UU
No. 1 Tahun
2011).

2 Penularan Penularan Adanya 1. Pemerik Lembar Data Nominal :


Tuber Tuberkulosis diagnosis saan gejala Skoring primer 1. Ada
kulosis Paru kontak Tuberkulosis Tuberku Tuber penularan:
paru serumah pada balita losis pada kulosis Hasil
kontak adalah kondisi yang balita yang Anak skoring
serumah. dimana ditegakkan tinggal Tuberkulo
adanya oleh dokter dalam satu
sis Anak
riwayat kontak berdasarkan rumah
≥ 6
serumah hasil skoring dengan
dengan Tuberkulosis penderita 2. Tidak Ada
penderita Anak. Paru BTA Penularan :
Tuberkulosis (+) Hasil
Paru BTA (+), skoring
hasil uji 2. Diagnosis Tuberkulo
tuberkulin Tuberkulosis sis Anak
positif dan Anak oleh < 6.
diketahui dokter (Kemenkes
memiliki 1 berdasarkan RI, 2016).
atau lebih hasil skoring
gejala klinis Tuberkulosis
Tuberkulosis Anak.
(Kemenkes
RI, 2016).
Populasi penelitian

Keluarga yang di dalamnya terdapat penderita Tuberkulosis Paru dewasa

yang dinyatakan dengan hasil BTA Positif yang tercatat dan melakukan

pengobatan di Puskesmas Buleleng III dari bulan Januari s/d September

2017 yaitu sebanyak 30 orang.

Sampel Penelitian

Keluarga yang didalamnya terdapat balita yang tinggal serumah dengan

penderita Tuberkulosis Paru dewasa BTA Positif yang tercatat dan

melakukan pengobatan di Puskesmas Buleleng III dari bulan Januari s/d

September 2017 yaitu sebanyak 30 orang dengan teknik TOTAL

SAMPLING
LEMBAR OBSERVASI KEPADATAN HUNIAN

A. Petunjuk Pengisian :

1. Mohon Ibu / Bapak memberikan jawaban yang sejujurnya sesuai dengan

apa yang Ibu / Bapak ketahui.

2. Tulislah jawaban pertanyaan pada kotak yang telah disediakan.

B. KODE RESPONDEN

1. Karakteristik Responden

a. Umur :

b. Jenis Kelamin :

c. Pendidikan :

d. Pekerjaan :

2. Kepadatan Hunian Responden

a. Luas Lantai Rumah :

b. Jumlah Penghuni dalam Rumah :

c. Kepadatan Hunian :

Rumus Hitung Kepadatan Hunian :

Luas lantai rumah


Kepadatan Hunian =
Jumlah penghuni rumah

Kriteria Hasil :
1. Padat : Kepadatan hunian < 9 mm2 / orang
2. Tidak Padat : Kepadatan hunian ≥ 9 mm2 / orang
LEMBAR SKORING TUBERKULOSIS ANAK

Skor
No Parameter Total
0 1 2 3
1 Kontak Tidak ada - Laporan BTA (+)
Tuberkulosis keluarga,
BTA(-)
/BTA tidak
jelas/ tidak
tahu
2 Uji Tuberkulin Negatif - - Positif (≥10
mm atau ≥ 5
mm pada
imunokom
promais)
3 Status Gizi Baik BB/TB Klinis gizi -
< 90% atau buruk atau
BB/U BB/TB
< 80% < 70% atau
BB/U
< 60%

4 Demam yang Tidak Demam ≥ 2 minggu - -


tidak diketahui
penyebabnya
5 Batuk Kronik Tidak Batuk ≥ 2 minggu - -

6 Pembesaran Tidak ada pem ≥ 1 cm, lebih - -


kelenjar limfe besaran dari 1 KGB,
kolli, aksila, kelenjar tidak nyeri
inguinal
7 Pembengkakan Tidak ada pem Ada - -
tulang sendi bengkakan pembengkakan
panggul, lutut, sendi
falang
8 Foto toraks Normal/ Gambaran - -
Kelainan sugestif (mendu
Tidak kung)
Tuberkulosis
Total

Diagnosa Dokter : ........................................

Penularan Tuberkulosis Paru : Ada Penularan

Tidak Ada Penularan

Kriteria Hasil :
a. Ada penularan : hasil skoring Tuberkulosis Anak ≥ 6
b. Tidak Ada Penularan : hasil skoring Tuberkulosis Anak < 6 (Kemenkes RI, 2016).
BAB IV.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


PUSKESMAS BULELENG III
LOKASI : PENARUNGAN
Pddk Th 2016: 47.164 Jiwa (L = 23.235 jiwa, P=23.939 jiwa)
KEPADATAN PENDUDUK =16.503 / km 2.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur
Umur Jumlah Persentase
15-35 11 31
36-55 12 40
56-75 5 16
76-95 2 7
TOTAL 30 100
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Jumlah Persentase


Kelamin
Laki-laki 17 56,7
Perempuan 13 43,3

TOTAL 30 100
Distribusi Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase


SD 5 16,7
SMP 2 6,7
SMA 17 56,7
PT 2 6,7
TDK 4 13,3
SEKOLAH
TOTAL 30 100
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
Buruh 4 13,3
Pedagang 2 6,7
Swasta 8 26,7
PNS 1 3,3
IRT 4 13,3
Tidak Bekerja 11 36,7
TOTAL 30 100
Distribusi Responden Menurut Kepadatan Hunian

Kepadatan Jumlah Persentase


Hunian
Padat 12 40
Tidak Padat 18 60

TOTAL 30 100
Distribusi Responden Menurut Penularan
Tuberkulosis Paru Kontak Serumah
Penularan Jumlah Persentase
Tuberkulosis
Paru Kontak
Serumah
Ada Penularan 13 43,3

Tidak Ada 17 56,7


Penularan
TOTAL 30 100
Distribusi Responden Menurut Hubungan Kepadatan Hunian dengan
Penularan Tuberkulosis Paru Kontak Serumah

Penularan Tuberkulosis TOTAL P Value

Ada Tidak Ada


Penularan Penularan
Kepadatan Padat 10 2 12
Hunian 0,001
Tidak padat 3 15 18

TOTAL 13 17 30
Penelitian ini menggunakan teknik analisa statistik non parametrik dengan teknik Chi

Square menggunakan program komputer dengan derajat kemaknaan (α = 0,05). Berdasarkan

hasil analisis diperoleh intepretasi nilai OR = 25 yang mempunyai arti bahwa hunian yang

padat mempunyai peluang 25 kali untuk terjadinya penularan Tuberkulosis Paru kontak

serumah.

Hasil analisis hubungan antara kepadatan hunian dengan penularan Tuberkulosis paru

kontak serumah diperoleh penularan Tuberkulosis lebih banyak terjadi pada hunian

penderita Tuberkulosis yang padat yaitu sebanyak 10 rumah tangga. Sedangkan hunian yang

tidak padat hanya terjadi penularan sebanyak 3 rumah tangga. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian penularan

tuberkulosis paru kontak serumah antara hunian penderita Tuberkulosis yang padat dengan

hunian yang tidak padat. Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kepadatan hunian dengan penularan Tuberkulosis paru kontak serumah.


Program Pemerintah
Rencana strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 telah
menegaskan pelaksanaan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS). Pendekatan Keluarga bukanlah program baru,
melainkan salah satu cara Puskesmas meningkatkan jangkauan sasaran
dan meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan dengan
mendatangi keluarga (Permenkes RI, 2016).
Penelitian-penelitian yang mendukung :
 Kustijadi (2001) : ada hub signifikan antara penularan TB di RT dengan
faktor kepadatan hunian, pencahayaan, di kamar dan ruang klg serta
PHBS
 Dinkes Provinsi Jawa Tengah(2011) : studi kasus kontrol penderita
Tuberkulosis yang berobat di BP4 Yogyakarta faktor lingkungan fisik
rumah 59 % terdapat kontribusi terhadap kejadian Tuberkulosis (Nizar,
2014).

Anda mungkin juga menyukai