Anda di halaman 1dari 26

 Tanah non kohesif (granuler)

contoh : - kerikil
- pasir
parameter tanah : - berat volume tanah ()
- sudut gesek dalam ()

 Tanah kohesif
contoh : - lanau
- lempung
parameter tanah : - berat volume tanah ()
- kohesi (c)
• Kuat geser besar Material yang baik untuk
• Kapasitas dukung besar bangunan dan perkerasan
• Penurunan kecil jalan

• Tekanan lateral kecil Material yang baik untuk


• Mudah dipadatkan tanah urug pada dinding
penahan tanah

Material yang baik untuk


• Permeabilitas besar
saluran drainase

Material yang buruk


• Permeabilitas besar untuk bahan tanggul,
bendung, dan kolam
• Kuat geser kecil
• Kapasitas dukung kecil Material yang buruk
• Penurunan tergantung untuk bangunan dan
pada sejarah tegangan perkerasan jalan
•Kembang susut besar

• Tekanan lateral besar Material yang buruk


• Sulit dipadatkan untuk tanah urug pada
dinding penahan tanah

Material yang buruk


• Permeabilitas kecil
untuk saluran drainase

Material yang baik untuk


• Permeabilitas kecil
bahan tanggul, bendung,
(kedap air)
dan kolam
bagian terendah dari bangunan yang
meneruskan beban bangunan ke tanah atau
batuan yang ada di bawahnya

PONDASI

Pondasi dangkal Pondasi dalam

- pondasi memanjang - pondasi sumuran


- pondasi telapak - pondasi tiang
- pondasi telapak gabungan
- pondasi rakit
 Pondasi memanjang :
pondasi yang mendukung
dinding memanjang atau
sederetan kolom

 Pondasi telapak :
pondasi yang berdiri
sendiri dalam memikul
kolom (beban struktur)

 Pondasi rakit :
pondasi yang mendukung
bangunan pada tanah
lunak atau pada bangunan
dengan kolom yang
jaraknya dekat pada segala
arah
 Pondasi sumuran :
pondasi yang digunakan
bila tanah keras berada
pada kedalaman yang
relatif dalam (merupakan
pondasi peralihan antara
pondasi dangkal dan
pondasi dalam)

 Pondasi tiang :
pondasi yang digunakan
bila tanah keras berada
pada kedalaman yang
sangat dalam
 Jenis fondasi tergantung pada kedalaman (Df ) dan
lebar pondasi (B)

Menurut Peck (1953) :


 Bila Df/B  1 digunakan fondasi dangkal
 Bila Df/B > 4 digunakan fondasi sumuran
 Bila Df/B > 10 digunakan fondasi tiang

 Pondasi dangkal : mengandalkan tahanan ujung


 Pondasi dalam : mengandalkan tahanan ujung dan
tahanan gesek dinding
a. Pondasi memanjang c. Pondasi telapak gabungan
b. Pondasi telapak d. Pondasi rakit
Pondasi Cakar Ayam
 Pondasi cakar ayam dapat digunakan pada tanah
dengan kapasitas dukung 0,15 - 0,35 kg/cm2 atau
1,5 – 3,5 t/m2. Hak paten pondasi cakar ayam dipegang
oleh PT. Cakar Bumi.
 Terdiri dari plat beton bertulang relatif tipis dengan
mutu beton K 225 atau K 300 yang didukung oleh
buis-buis beton bertulang vertikal. Buis beton
disatukan secara monolit dengan plat beton (sebagai
pengaku) pada jarak 200-250 cm.
 Tebal pelat beton 10-20 cm, sedangkan dimensi pipa
buis beton bertulang adalah diameter 120 – 150 cm,
tebal 8 – 10 cm dan panjang 150-250 cm.
 Pelat beton akan mengapung di atas tanah lunak dan
pipa-pipa beton yang masuk dalam tanah akan
menjaga agar pelat di atasnya tetap datar dan kaku.
 Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton
dan tanah yang terkurung di dalam pondasi
menciptakan suatu sistem komposit yang identik
dengan pondasi rakit (raft foundation).
Pembebanan Pondasi dan Bentuk Bidang Geser
Menurut Vesic (1963) :

 Keruntuhan geser umum (general shear failure)


 Keruntuhan geser lokal (local shear failure)
 Keruntuhan penetrasi (penetration failure)
 Suatu baji tanah (A) terbentuk tepat di dasar pondasi yang
menyebabkan aliran tanah secara plastis pada zona (B)
 Gerakan ke arah luar di kedua zona tersebut ditahan oleh
tahanan tanah pasif di zona (C). saat terlampaui, terjadi
gerakan tanah yang mengakibatkan penggembungan
tanah sekitar pondasi
 Umumnya terjadi dengan tiba-tiba/mendadak yang diikuti
dengan penggulingan pondasi
 Zona plastis tidak terbentuk
 Bidang runtuh yang terbentuk tidak sampai mencapai
permukaan
 Pondasi tenggelam akibat bertambahnya beban yang
sehingga tanah di dekatnya mampat.
 Mampatnya tanah menyebabkan sedikit penggembungnya
di sekitar pondasi namun tidak menyebabkan
penggulingan pondasi.
 Keruntuhan geser tanah tidak terjadi
 Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi hanya
menyebabkan tanah menyisih
 Pondasi hanya menembus dan menekan tanah ke
sampingnya yang menyebabkan pemampatan
 Menurut Coduto (1994) :
- keruntuhan geser umum dialami oleh pondasi pada tanah
pasir padat (Dr > 67%)
- keruntuhan geser lokal dialami oleh pondasi pada tanah
pasir dengan kepadatan sedang (30% < Dr < 67%)
- keruntuhan penetrasi dialami oleh pondasi pada tanah
pasir sangat longgar (Dr < 30%)
Menurut Vesic (1936) :
Tipe keruntuhan pondasi
tergantung pada kerapatan
relatif (Dr) dan nilai Df/B
- keruntuhan geser
umum terjadi pada
pondasi dalam tanah
pasir padat (’ > 36o)
- keruntuhan geser lokal
terjadi pada pondasi
dalam tanah pasir
kurang padat (’ < 29o)
 Jika tanah tidak mudah mampat dan kuat gesernya
tinggi, umumnya pondasi akan mengalami tipe
keruntuhan geser umum
 Jika tanah mudah mampat seperti pasir tidak padat
dan lempung lunak, umumnya pondasi akan
mengalami tipe keruntuhan penetrasi
(Bearing Capacity)

 Kapasitas dukung:
- menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan
penurunan akibat pembebanan
- Kemampuan tanah untuk mendukung beban tanpa
mengalami keruntuhan geser

 Analisis kapasitas dukung tanah :


mempelajari kemampuan tanah dalam mendukung beban
pondasi yang berasal dari struktur yang ada di atasnya
 Tanah memiliki sifat untuk meningkatkan kepadatan
dan kekuatan gesernya apabila mendapat tekanan
berupa beban. Apabila beban yang bekerja pada tanah
pondasi telah melampaui daya dukung batasnya,
tegangan geser yang ditimbulkan di dalam tanah
melampaui ketahanan geser pondasi, maka akan
terjadi keruntuhan geser pada tanah pondasi.

 Daya dukung tanah merupakan salah satu faktor


penting dalam perencanaan pondasi beserta struktur
di atasnya. Daya dukung tanah yang diharapkan
untuk mendukung pondasi adalah daya dukung yang
mampu memikul beban struktur, sehingga pondasi
mengalami penurunan yang masih berada dalam batas
toleransi.
 Tahapan perancangan pondasi :

- menghitung jumlah beban efektif yang akan


ditransfer ke tanah di bawah pondasi.
- menentukan nilai daya dukung ijin (qa).
- menghitung luas dasar pondasi dengan membagi
jumlah beban efektif dengan daya dukung ijin.
- perancangan struktural pondasi dilakukan dengan
menghitung momen lentur dan gaya geser yang
terjadi pada pondasi.
 Perancangan pondasi harus memperhatikan :
- Keruntuhan geser → kriteria stabilitas
- Penurunan yang berlebihan → kriteria penurunan

 Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam


perancangan pondasi adalah:
- Faktor aman terhadap keruntuhan akibat
terlampauinya daya dukung harus dipenuhi.
- Penurunan pondasi harus masih dalam batas-batas
nilai yang ditoleransikan. Khusus untuk penurunan
tak seragam (differential settlement) tidak boleh
mengakibatkan kerusakan struktur.
 Analisis kapasitas dukung dilakukan dengan cara
pendekatan untuk memudahkan perhitungan
 Persamaan yang dibuat dikaitkan dengan sifat-sifat
tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat
keruntuhan
 Analisis dilakukan dengan menganggap tanah sebagai
bahan yang bersifat plastis
 Konsep analisis diperkenalkan oleh Prandtl (1921),
yang kemudian dikembangkan oleh Terzaghi (1943),
Meyerhof (1955), dan Vesic (1958)
Persamaan Mohr - Coulomb
 Persamaan-persamaan kapasitas dukung tanah
umumnya berdasarkan pada persamaan Mohr –
Coulomb

  c   . tg 

dimana :
 = tahanan geser tanah
c = kohesi tanah
 = tegangan normal
 = sudut gesek dalam tanah

Anda mungkin juga menyukai