Anda di halaman 1dari 54

Tetraparesis et

causa Hipokalemia
Pendahuluan

• Kalium  kation mayor dalam tubuh

• Kadar intrasel 150-160 mmol/L


• Kadar ekstrasel 3,5-5.0 mmol/L

• Hipokalemi  dapat menyebabkan kelemahan anggota


gerak, otot jantung hingga otot pernafasan

• Keseimbangan kalium  terutama oleh regulasi


ekskresi renal
LAPORAN KASUS
Identitas

• Nama : Ny. R
• Umur : 26 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tanggal masuk : 01/11/2018
• Nomor RM : 137084
Anamnesis

• Keluhan utama : Lemas di kaki dan tangan


• RPS :
• Lemas mendadak kedua kaki dan tangan sejak 1 hari SMRS
• Muncul setelah bangun tidur pagi
• Tidak mampu berdiri dan berjalan
• 3 hari SMRS kurang nafsu makan
• 2 hari SMRS ada muntah-muntah, isi makanan dan air sebanyak 4-5
kali sehari
• Pusing (-), nyeri kepala (-), bicara pelo (-), pingsan (-) demam (-),
riwayat terjatuh/terbentur bagian kepala (-) batuk/pilek (-)
• RPD / RPK :
• Riwayat sakit dengan keluhan serupa diakui pasien. Keluhan
serupa dirasakan muncul sejak 3 tahun terakhir. Pasien hanya
berobat ke mantri di dekat rumah, di berikan infus dan keluhan
membaik. Keluhan serupa muncul terakhir 3 bulan yang lalu,
pasien dirawat di RS Kapuas selama 4 hari dan diperbolehkan
pulang
• Keluhan serupa di keluarga disangkal
• Riwayat sosial :
• Pasien ibu rumah tangga.
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : tampak lemas


• Kesadaran : compos mentis
• Tanda Vital :
• Tekanan darah : 100/70
• Nadi : 68x/menit
• Suhu : 36,0oC
• Pernafasan : 22x/menit
• Kepala dan Leher :
• Conjunctiva anemis (-), skelra ikterik (-)
• Pembesaran KGB (-)
• Thoraks
• Pulmo : vesikuler, tidak ada rhonki dan wheezing
• Cor : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, bising (-) gallop (-)
• Abdomen
• Inspeksi : datar, supel
• Auskultasi : bising usus (+) normal
• Palpasi : nyeri tekan (+) liver span 9,5cm, lien teraba
(+) schufner 1
• Perkusi : timpani seluruh abdomen
• Ekstremitas :
• Akral hangat, CRT <2”, edema (-)
Pemeriksaan neurologis
• Kesadaran : Compos mentis E4 M6 V5
• Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-), laseque
(-), kernig (-)
• Refleks patologis : babinsky (-) chaddock (-),
openheim (-)
• Refleks fisiologis : biseps (+), triseps (+), patella (+)
• Kekuatan Motorik dan Sensorik
3 4 + +
2 2 + +
Nervus Penciuman kanan
Kranialis N. I dan kiri sama

N. II Penglihatan
kanan dan kiri
baik

N. III, IV Gerakan bola


mata tidak ada
dan VI masalah
Nervus Pasien dapat
Kranialis N. V mengunyah
dengan baik
Simetris
N. VII
Tidak dilakukan
N. VIII
Nervus Dapat berbicara
Kranialis N. IX dan X dengan baik

Tidak ada
N. XI masalah

Tidak ada deviasi


N. XII pada lidah.
Laboratorium
• Darah lengkap : • Kimia darah :
• Hb : 15,6 • GDS : 108 gr/dL
• Ht : 37,8
• WBC : 7.460
• PLT : 245.000 • Elektrolit
• Natrium : 142
• Kalium : low
• Clorida : 112
Diagnosis

• Diagnosa Klinis : Tetraparesis tipe LMN


• Diagnosa topis : Neuromuscular junction
• Diagnosa Etiologi : Periodik paralisis hipokalemia
Penatalaksanaan
Terapi awal IGD : Konsul dokter Spesialis Penyakit
• Inf. RL 20 tpm Dalam
• Inj. Ondancentron 8mg IV • Inf. RL 500 cc + KCl 50 mEq
20tpm
• Inj. Omeprazole 40mg IV
• Po. Spironolacton 50mg 1x1
• Po. KSR 3x1
• Cek ulang elektrolit per 12 jam
setelah pengambilan sampel
Prognosis

• Quo ad Vitam : Dubia ad bonam


• Quo ad Sanam : Dubia ad bonam
• Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

HIPOKALEMIA
Definisi

• Hipokalemia  konsentrasi kalium plasma kurang


dari 3,5 mmol/L
• 2 % kalium tubuh berada di ekstrasel.
Etiologi

• 1).Intake yang berkurang


• 2).Pengeluaran yang banyak
• 3).Perpindahan kalium ke sel
Manifestasi Klinis

• Muncul jika kadar kalium <3 mmol/L


• Fatigue, mialgia, dan kelemahan otot pada ekstrimitas
inferior
• kelemahan progresif, hipoventilasi oleh karena
keterlibatan otot pernapasan, dan akhirnya terjadi
paralisis komplit
• EKG repolarisasi ventrikel yang berkepanjangan
(delayed)
• gelombang T mendatar atau inverse, gelombang U yang nyata,
dan depresi segmen ST, serta interval QU memanjang
Diagnosis
• Anamnesis :
• Riwayat muntah, penggunaan diuretik
• Riwayat rendah kalium
• Aktivitas dibawah lingkungan panas, kering
• Riwayat penggunaan NGT
• Pemeriksaan fisik :
• Pemeriksaan neurologis termasuk kekuatan motorik
dan sensorik harus dilakukan
• Pemeriksaan refleks, membedakan lesi UMN dan LMN
Penatalaksanaan

• Koreksi kemungkinan penyebab dengan obat-


obatan simptomatik
• Pemberian suplementasi KCl per oral atau
parenteral
Tinjauan Pustaka
PARALISIS PERIODIK HIPOKALEMIA
Pendahuluan

• Salah satu spektrum klinis akibat hipokalemia

• Kelemahan episodik tiba-tiba dengan gangguan


kadar kalium serum
Definisi

• Periodik paralisis hipokalemia adalah kelainan


yang ditandai dengan kadar kalium rendah (<3,5
mmol/L)
• Disertai riwayat episode kelemahan hingga
kelumpuhan
Etiologi dan Patofisiologi

• Kalium  pertahankan membran potensial


elektrik

• Terutama pada otot jantung dan otot skeletal

• Kadar normal intrasel 135 – 150 mEq/L dan


ekstrasel 3,5 – 5,5 mEq/L
• Hipokalemia dapat terjadi pada :
• Setelah olahraga
• Hiperninsulin
• Obat-obatan
• Cushing syndrome
• Kalium loss
• Genetik autosomal dominan
Manifestasi Klinis

• Mual dan muntah


• Diare
• Poliuria
• Fatigue
• Kram/nyeri otot
• Kelemahan otot-otot skeletal
• tungkai biasanya terjadi lebih dulu daripada lengan
• Tidak ada gangguan sensoris atau kognitif
• Jantung berdebar
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :


• Refleks tendon menurun
• Kelemahan anggota gerak
• Kekuatan otot menurun
• Rasa sensoris masih baik
• Aritmia jantung
Laboratorium

• Kadar kalium serum


• Fungsi ginjal
• pH darah
• Hormon tiroid
• Kadar Creatini Phospokinase
EKG

• Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada


kadar kalium serum dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L.
Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang
T, timbulnya gelombang U dan ST depresi,
pemanjangan dari PR, QRS, dan QT interval
• Gambar A. ST Segmen yang normal
• Gambar B. Gelombang T yang memendek dan flattening, tanda awal dari
hipokalemia
• Gambar C dan D. Gelombang T semakin flat, tampak gelombang U dan segment ST
mulai depresi serta interval QT memanjang
• Gambar E dan F. ST Depresi semakin nampak, dan gelombant T dan U menyatu
serta interval QT atau QU memanjang
Diagnosis dan Diagnosis Banding

• Kadar kalium darah rendah


• Riwayat episode kelemahan anggota gerak atas
dan bawah dengan pemeriksaan lain dalam batas
normal
• Kelemahan umumnya berlokasi di bahu dan
panggul meliputi juga tangan dan kaki
• Biasanya berakhir sebelum 24 jam
Periodik Paralisis Gullian Barre Syndrome Mysthenia Gravis
Hiperkalemia

Gejala lebih ringan kelumpuhan akut yang disertai Kelemahan otot terjadi
dibandingkan paralisis hilangnya refleks-refleks seiring penggunaan otot
periodik hipokalemia. tendon dan didahului parestesi secara berulang, dan
Serangan lebih sering terjadi dua atau tiga minggu setelah semakin berat dirasakan di
pada siang hari dan biasanya mengalami demam disertai akhir hari. Gejala membaik
terjadi waktu istirahat disosiasi sitoalbumin pada dengan istirahat, otot
likuor dan gangguan sensorik kelopak mata dan gerakan
dan motorik perifer bola mata terserang lebih
dahulu

Biasanya kurang dari 1 jam kelemahan pada anggota Kelemahan menghilang atau
gerak dalam 1 sampai 2 membaik dengan istirahat
minggu atau bisa lebih lama.

kadar kalium darah tinggi meningkatnya jumlah protein Antistriated muscle (anti-
atau bisa normal (100-1000 mg/dL) dalam CSS SM) antibody hasilnya
positif
Penatalaksanaan

• Selama serangan, suplemen oral kalium lebih


baik dari suplemen IV, namun dapat di berikan
untuk pasien yang mual atau tidak bisa menelan
• Garam kalium oral pada dosis 0,25 mEq/kg dapat
diberikan setiap 30 menit sampai kelemahan
membaik
Analisa Kasus

• Dilaporkan pasien Ny. R usia 26 tahun yang di


rawat di bangsal Kenanga masuk tanggal 1
November 2018
Anamnesis

• lemas yang dirasakan • Keluhan utama menunjukkan


terutama pada kedua kelemahan akut daerah
kaki sejak 1 hari SMRS. ekstremitas. keluhan pasien
Lemas muncul tiba-tiba yang bersifat motorik dan
setelah os bangun tidur timbul secara berkala, dapat
pagi. Lemas dirasakan mengarah kepada kelemahan
hingga pasien tidak bisa tipe LMN, adapun penyakit
berdiri maupun berjalan. yang dapat menimbulkan
Keluhan lemas juga kelemahan tipe LMN adalah
dirasakan pada kedua paralisis periodik, gullian
tangan namun tidak barre sindrom, miastenia
seberat kaki gravis.
Anamnesis
• tidak adanya tanda peningkatan
• Pasien menyangkal intrakranial, dan gangguan fungsi
adanya keluhan sakit otonom yang semakin melemahkan
kepala, gangguan diagnosa stroke dan mempertegas
menelan, riwayat bahwa kelemahan yang dialami
penurunan kesadaran pasien bersifat murni motorik
maupun • melemahkan diagnosa GBS
trauma/terjatuh, menyangkal demam maupun batuk-
demam, batuk-pilek pilek
• Melemahkan myastenia gravis,
kelemahan terutama terjadi pada
otot yang sering digunakan seperti
otot bola mata, otot – otot untuk
menelan dan berbicara
Anamnesis

• Pasien mengeluhkan • Berdasarkan keluhan pasien


kelemahan muncul sesuai dengan gejala paralisis
pagi hari setelah periodik, dimana kelemahan
bangun tidur pada paralisis periodik dapat
terjadi pada pagi hari sehabis
bangun tidur, setelah aktivitas
fisik yang berat maupun setelah
memakan makanan dengan
kandungan tinggi karbohidrat
Anamnesis

• Pasien ada • Kondisi ini dapat menyebabkan


sebelumnya mual penurunan asupan kalium serta
muntah 2 hari peningkatan ekskresi kalium
terakhir, serta pasien oleh ginjal akibat alkalosis
tidak nafsu makan 3 metabolik serta peningkatan
hari terakhir sekresi aldosteron melalui
mekanisme renin-angiotensin-
aldosteron
Anamnesis

• Pasien mengeluhkan • Hal ini semakin


sudah beberapa kali menguatkan diagnosis
mengalami keluhan paralisis periodik,
serupa sejak 3 tahun dimana onset awal
terakhir saat muda, dan
serangan sudah
terjadi berulang
Pemeriksaan Fisik

• Pada pemeriksaan • Berdasarkan teori pada


fisik ditemukan periodik paralisis ini
kelemahan pada ditandai dengan
kedua lengan dan kelemahan dari otot-otot
tungkai skeletal episodik tanpa
• Pada refleks fisiologis gangguan dari sensoris
tidak didapatkan ataupun kognitif
peningkatan refleks • Tidak ada peningkatan
refleks ini menyingkirkan
semua diagnose banding
dari lesi UMN
Laboratorium

• hipokalemia • bisa disebabkan akibat


muntah yang
mengakibatkan
peningkatan ekskresi
kalium oleh ginjal
• Hasil lab hipokalemia
menegaskan penyebab
dari kelemahan otot
pada pasien
EKG
EKG-interpretasi

• Irama sinus, HR 72 • perubahan pada EKG ini dapat


x/m, QT Interval mulai terjadi pada kadar
600ms, U wave lead kalium serum dibawah 3,5 dan
V1-V6 3,0 mEq/L. Kelainan yang
terjadi berupa inversi
gelombang T, timbulnya
gelombang U dan ST depresi,
pemanjangan dari PR, QRS,
dan QT interval
Penatalaksanaan

• IVFD RL dengan KCl 50 • Prinsip tatalaksana adalah


mEq 20 tpm, serta mengembalikan jumlah
obat-obatan kalium tubuh ke normal baik
simptomatik dengan oral maupun parenteral
jalur intravena • Pemberian KCl dalam larutan
• KSR tablet oral 3 kali normal saline mencegah
sehari terjadinya hipertonisitas
Penatalaksanaan

• Pasien mendapat • Secara teori pemberian


spironolakton 50mg spironolakton terbukti efektif
1x1 mencegah terjadinya serangan
pada penderita periodik paralisis
hipokalemia
• Spironolakton bersaing dengan
aldosteron untuk
memperebutkan reseptor di
tubulus distal ginjal  cegah
ekskresi kalium di ginjal
2-11-2018 S: Kelemahan pada kedua kaki (+) Inf. RL + KCl 50 mEq 20
Hari I berkurang. Kelemahan kedua tangan sudah tpm
membaik. nyeri di kedua paha (+) Po. Spironolacton 50mg
O: CM, 1-0-0
TD 90/60. N 100, S 36,2, RR 22 Po. KSR 3x1
Motorik : Cek elektrolit per 12 jam
4 4
3 3
Kalium : 2,1

A: Tetraparesis et causa hipokalemia

3-11-2018 S: Kelemahan kedua kaki dan tangan (-) nyeri Inf. RL + KCl 50 mEq 20
Hari II daerah paha (+) tpm
O: CM, Po. KSR 3x1
TD 100/60 mmHg, N 82x/menit, S 36,2, RR Po. Spironolacton 50mg 1-
20x/menit 0-0
Motorik :
5 5
5 5 BLPL
Kalium : 3.0 Po. KSR 3x1
Po. Spironolacton 50mg 1-0-
A: Tetraparesis et causa hipokalemia 0
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai