Anda di halaman 1dari 28

TEKNIK KONSELING PADA USEKREM

TEKNIK KONSELING PADA USEKREM


CURICULUM VITAE

Nama Lengkap : Henny Hastuty


Dinas Kesehatan Provinsi
Unit Kerja :
Aceh
Staf Seksi Kesga dan Gizi
Jabatan :
Dinas Kesehatan Aceh
Jl. Syech Mudawali No.6
Alamat Kantor :
Banda Aceh
Email : hennyhastuty@ymail.com
HP / WA : 085372347384
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum

• Peserta mampu melakukan KIE dan konseling


bagi usia sekolah dan remaja

Tujuan Pembelajaran Khusus

• Melakukan KIE
• Menggunakan konsep PKHS bagi usia sekolah
dan remaja
• Melakukan konseling bagi anak usia sekolah dan
remaja.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
Konsep Dasar Konseling
Konsep Dasar Konseling

A. Pengertian Konseling

• Konseling adalah proses pemberian bantuan dari seorang konselor kepada


seorang atau sekelompok orang (klien) agar dapat memahami masalahnya dan
mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

• Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan


oleh konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan masalahnya.

Komponen
konseling
kesehatan remaja

Suasana/atmosfer
Konselor untuk
Klien remaja konseling
remaja
kesehatan remaja
Konsep Dasar Konseling

B. Tujuan

 Membantu remaja agar mampu memahami masalah


 Memberi informasi yang berkaitan dengan masalah remaja
 Mendorong remaja menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah
 Membantu remaja untuk mengambil keputusan sendiri dan melaksanakan
keputusannya serta bertanggung jawab terhadap keputusannya
 Memberikan dukungan emosi, mengurangi kekhawatiran dan penderitaan.

c. Manfaat

 Timbulnya pemahaman dan pengertian diri sehingga menemukan jalan keluar bagi
dirinya dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
 Remaja mencapai perkembangan yang optimal, baik secara akademis, psikologis
dan sosial
D. Teknik

Membina hubungan
yang saling Hadir dalam
mempercayai dengan percakapan
klien

Gunakan komunikasi
Teknik Konseling Mendengar aktif
terapeutik

Akhiri konseling pada


Empati
saat klien merasa aman
Langkah-Langkah Proses Konseling (GARTHER-SATU TUJU)

• Bertujuan untuk membangun hubungan dan mencairkan


Greet – Salam suasana agar klien merasa aman dan nyaman dalam
mengemukakan masalah

• Bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang


Ask – Tanyakan perasaan, alasannya datang dan mengidentifikasi
masalah klien

• Bertujuan untuk memberikan informasi


Tell – Ungkapkan sesuai dengan kebutuhan klien sebaya

• Bertujuan untuk mendiskusikan alternative pemecahan


Help – Bantu masalah beserta konsekuensinya sehingga klien bias
membuat keputusan

• Bertujuan untuk menjelaskan kepada klien sebaya apa


Explain – Jelaskan yang perlu dilakukan setelah mengambil keputusan,
termasuk konsekuensinya

• Bertujuan untuk mengevaluasi proses konseling dengan


Return – Undang tetap membuka kesempatan bagi klien untuk tindak
lanjut atau kembali jika diperlukan
Menerima klien apa adanya
E. Prinsip-prinsip Konseling
Bersifat Optimis

Mampu simpan rahasia

Sensitif Menilai

Mampu memberi informasi

Rahasia Fleksibel

Dapat menghargai orang lain

Terbuka dan jujur

Bersikap tidak menilai


Prinsip
Kerjasama Terbuka
Konseling
Percaya diri

Punya rasa humor

Pendengar yang baik

sukarela Terampil dalam membantu

Dapat berempati

F. Syarat Konselor
Berikut merupakan teknik konseling
Konseling Kasus Kesehatan kasus-kasus kesehatan remaja

1. Kesulitan Belajar

Topik Kesulitan belajar


Tujuan Mengenali permasalahan kesulitan belajar, Mencari penyebab gangguan belajar, Membantu mencari solusi permasalahan

Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal) untuk mencairkan suasana

Ask Mengidentifikasi mulainya kesulitan belajat, Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar, baik secara
fisik, psikologis maupun sosioekonomi, Mengidentifikasi upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalahnya
Tell Memberikan informasi tentang gaya belajar, penyebab gangguan konsentrasi dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan remaja

Help Mendiskusikan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan setelah mengambil keputusan untuk mengatasi kesulitan belajar
Mendorong klien remaja melakukan pilihan perubahan yang telah disepakati
Explain Mendiskusikan langkah-langkah untuk mengambil keputusan, Setelah itu, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah
diambil
Return Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien,
Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
 Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seorang ahli seperti dokter, psikolog atau psikiater. Pakah konselor perlu
memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orangtua atau keluarga dekat lainnya
 Apakah konseling perlu dirujuk pada pelayanan rujukan
Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja untuk mengatasi kesulitan belajar
pada akhir sesi ke-2 dan sesi berikutnya (control)
Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan
2. Masalah Gizi

Topik Masalah Gizi

Tujuan Mengenali permasalahan gizi, Mencari penyebab masalah gizi, Membantu mencari solusi permasalahan

Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana

Ask Mengidentifikasi mulai timbulnya masalah gizi, Mengidentifikasi faktor yangmempengaruhi timbulnya masalah gizi, Pola makan,
Psikologis/stress, meniru idola, Keluhan penyakit (kecacingan, malaria, TB, dan infeksi kronis)

Tell Memberikan informasi gizi yang dibutuhkan klien remaja


Help Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi sehingga remaja mampu menentukan pilihan upaya
yang bias dilakukan untuk mengatasi masalah gizi dan Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi yang telah disepakati

Explain Mendiskusikan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan klien remaja setelah mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
gizi
Setelah klien remaja mengambil kepuitusan, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah diambil
Return Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja untuk mengatasi masalah gizi
pada akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
3. Kesehatan Reproduksi (Pubertas)

Topik Tumbuh Kembang Remaja (Pubertas)


Tujuan Mengenali permasalahan tumbuh kembang remaja, Mencari penyebab masalah tumbuh kembang remaja, Membantu mencari
solusi permasalahan
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana
Ask Mengidentifikasi mulai timbulnya masalah tumbuh kembang remaja, Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi timbulnya
masalah tumbuh kembang remaja, yaitu: factor genetic, kecukupan gizi, olahraga, psikososial, Upaya yang sudah dilakukan untuk
mengatasi masalahnya

Tell Memberikan informasi tumbuh kembang remaja, sesuai dengan yang dibutuhkan klien remaja
Help Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tumbuh kembang sehingga klien remaja mampu
menentukan pilihan upaya yang bias dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi
Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi yang telah disepakati
Explain Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakuakn klien remaja setelah mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
tumbuh kembang, Setelah klien remaja mengambil keputuan, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah diambil

Return Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja untuk mengatasi masalah
tumbuh kembangakhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
3. Kesehatan Reproduksi

Topik Kesehatan Reproduksi Seperti: gangguan menstruasi, IMS


Tujuan Mengenali permasalahan kesehatan reproduksi Mencari penyebab masalah kesehatan reproduksi, Membantu mencari solusi
permasalahan
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana
Ask Mengidentifikasi mulai timbulnya masalah kesehatan reproduksi
Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan reproduksi yaitu Anatomi dan fisiologis organ,
Kebersihan diri, Perilaku seksual, Psikologis/stress

Tell Memberikan informasi kesehatan reproduksi, sesuai dengan yang dibutuhkan klien remaja
Help Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi sehingga klien remaja mampu
menentukan pilihan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi
Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi yang telah disepakati
Explain Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakuakn klien remaja setelah mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi
Setelah klien remaja mengambil keputuan, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah diambil
Return Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi pada akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
4. NAPZA

Topik Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif (NAPZA)


Tujuan Konseling  Penyalahgunaan NAPZA mampu mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan dirinya menyalahgunakan
NAPZA
 Penyalahguna NAPZA mampu mengmbil langkah-langkah menyelesaikan masalah interpersonal dan
emosionalnya
 Penyalahgunaan NAPZA mampu mengambil keputusan untuk mengatasi ketergantungan
 Penyalahguna NAPZA memahami jenis-jenis dan dampak dari penyalahguna NAPZA

Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana
Ask  Mengidentifikasi perilaku berisiko klien remaja
 Konselor dapat melakukan penggalian latar belakang klien remaja menyalahgunakan NAPZA, jenis yang
digunakan, intensitas penggunaan, tahapan penggunaan dan mengidentifikasi orang-orang terdejat klien remaja
yang dapat memberikan dukungan emosional terhadap klien remaja.

Tell  Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah penyalahgunaan NAPZA sehingga klien
remaja mampu menentukan pilihan upaya yang bias dilakukan untuk mengatasi penyalahgunaan NAPZA
 Mendorong klien remaja melakuakn pilihan solusi yang telah disepakati

Help  Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi sehingga klien remaja mampu
menentukan pilihan upaya yang bias dilakukan untuk mengatasi masalah gizi
 Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi yang telah disepakati
Lanjutan teknik konseling napza

Explain  Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakuakn klien remaja setelah mengambil
keputusan untuk mengatasi penyalahgunaan NAPZA
 Setelah klien remaja mengambil keputuan, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan
yang telah diambil

Return  Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
 Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog
dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau orang
terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
 Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien
remaja untuk mengatasi penyalahgunaan NAPZA pada akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya
(control)
 Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
5. KEHAMILAN

Topik Kehamilan Tidak Diinginkan


Tujuan Klien remaja mampu menerima dan menjaga kesehatan diri dan kehamilannya

Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana

Ask Mengidentifikasi kesiapan klien menghadapi kehamilannya


Tell  Memberikan informasi konsekuensi melanjutkan kehamilan
 Memberikan informasi konsekuensi melakukan aborsi
 Memberikan informasi pentingnya menjaga kehamilan, seperti control kehamilan secara rutin, dan lain-lain sesuai
kebutuhan klien remaja

Help  Menentukan pilihan upaya yang bisa dilakukan klien remaja untuk menjaga kesehatan diri dan kehamilannya
 Mendorong klien berani melakukan pilihan solusi yang telah disepakati

Explain  Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakuakn klien remaja setelah mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kehamilan tidak diinginkan
 Setelah klien remaja mengambil keputuan, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah diambil
Return  Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
 Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
 Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja untuk mengatasi
masalah kehamilan tidak diinginkan akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
 Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
6. Masalah Emosional Depresi

Topik Depresi Yang ditandai dengan suasana hati yang murung dan sedih, merasa putus asa dalam wktu sekurang-kurangnya 2
minggu
Tujuan Mengenali kondisi depresi yang sedang dihadapi klien remaja, Mencari penyebab depresi, Membantu mencari solusi
permasalahan

Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana
Ask Mengidentifikasi mulai timbulnya depresi , Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi timbulnya depresi, baik fisik, psikologis,
maupun sosioekonomi, Mengidentifikasi ada tidaknya keinginan atau upaya bunuh diri. Bila ditemukan, segera lakukan rujukan
ke psikiater, dan jika tidak, lanjutkan ke poin berikutnya, Menentukan pilihan upaya yang bias dilakukan untuk mengatasi depresi

Tell Memberikan informasi mengenai tanda-tanda, penyebab, dampak depresi, dan lain-lain yang dibutuhkan klien remaja
Help Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah depresi sehingga klien remaja mampu menentukan pilihan
upaya yang bias dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
Explain Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakukan klien remaja setelah mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
depresi, Setelah klien remaja mengambil keputuan, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan yang telah diambil

Return Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi, psikolog dan psaaikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien remaja untuk mengatasi masalah
depresiakhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
Pengertian DEPRESI
• Gangguan depresi adalah perasaan sedih atau tertekan yang menetap.Perasaan
tertekan sedemikian beratnya sehingga yang bersangkutan tak dapat melaksanakan
fungsi sehari-hari sebagaimana mestinya.Ia merasa putus asa dan tak ada lagi
kenikmatan untuk melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan

Gejala dan Tanda-tanda DEPRESI


• Suasana perasaan Merasa sedih, murung, kehilangan minat dan rasa senang terhadap
pekerjaan yang biasa dilakukan
• Pikiran cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap kegagalan yang terjadi.Sulit
memusatkan perhatian dan daya ingat menjadi terganggu
• Keluhan fisik Rasa lelah berkepanjangan, gangguan tidur (sulit tidur atau terlalu banyak
tidur atau bangun dini hari dan tidak dapat tidur kembali), gangguan makan (tidak nafsu
makan atau terlalu banyak makan), kehilangan minat seksual, rasa sakit dan nyeri di leher
dan punggung, sakit kepala, nyeri di dada dan keluhan di perut serta keluhan fisik lainnya
dari ujung rambut ke ujung kaki
• Kegiatan (aktivitas) kegiatannya menjadi menurun, hanya ingin berbaring di tempat tidur
sepanjang hari atau menarik diri dari pergaulan.
• Khusus untuk anak dan remaja Depresi sering muncul dalam bentuk gangguan
tingkah laku, misalnya menantang, kebut-kebutan, berkelahi atau tingkah laku mencederai
diri sendiri.
7. HIV (Pre Test HIV)

Topik Konseling Pre Tes HIV


Dialog antara klien remaja dan konselor yang mambahas tentang tes HIVdan kemungkinan dampak yang terjadi bila
klien remaja/orang lain mengetahui hasil tes HIV klien remaja secara khusus

Tujuan  Dilaksanakan untuk membantu klien remaja dalam membuat keputusan yang baik tentang apakah akan menjalani tes
HIV atau tidak
 Memberikan informasi dasar HIV-AIDS secara singkat
 Memberikan Informasi pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV-AIDS
 Menyampaikan masalah stigma dan diskriminasi di lingkungan keluarga dan masyarakat setempat.
 Memastikan bahwa remaja memahami kekurangan dan implikasi hasil tes sebelum memutuskan untuk melakukan tes
 Memberikan klien remaja waktu yang cukup untuk mempertimbangkan apakah akan menjalani tes atau tidak
 Mempersiapkan/membantu klien remaja dalam menghadapi hasil tes dengan sikap yang baik bila terbukti terinfeksi HIV.
Namun bila hasilnya negative, dapat mengarahkan klien remaja untuk menjaga agar tetap negatif
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana

Ask Mengidentifikasi apakah klien remaja mungkin pernah berada dalam risiko tertular HIV
Menggali kemungkinan berbagai kerahasiaan memberitahu hasil tes kepada pasangan, teman atau keluarga dekat

Tell Memberi informasi umum tentang tes HIV, masa jendela (window period), penurunan risiko penularan HIV, pengobatan yang
tersedia, kekurangan dan implikasi hasil tes sebelum memutuskan untuk melakukn tes HIV
Menjelaskan bagaimana kerahasiaan akan dijaga
Menginformasikan pentingnya memberitahu hasil pre tes kepada pasangan atau keluarga terutama bila hasilnya positif
Lanjutan teknik konseling HIV (Pre Test HIV)

Help  Mendiskusikan alternative pemecahan masalah beserta konsekuensinya sehingga klien


remaja bias membuat keputusan
 Mengatur strategi dalam menghadapi tes HIV
Explain  Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakuakn klien remaja setelah mengambil
keputusan untuk melakukan pre test
 Konselor perlu mengingatkan risiko jika nanti hasil tesnya positif maupun dampaknya,
dalam hal ini pasangan dan keluarga jika mengetahuinya
Return  Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
 Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi,
psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau
orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
 Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
HIV (Post Test HIV utk hasil tes negatif)

Topik Konseling Postes (Hasil Tes Negatif)

Tujuan Konseling  Memberi dukungan kepada orang yang telah menjalani tes HIV
 Menyampaikan pesan pencegahan penularan HIV, melalui diskusi hasil tes, berbagi informasi, menyediakan
dukungan dan menyarankan perilaku seks yang lebih aman pada masa datang
 Petugas menyampaikan hasil tes adalah petugas yang sama dengan petugas konseling atau informasi pra
test

Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana

Ask Menanyakan secara mendalam tentang perasaan klien remaja, dan situasi klien setelah melakukan pre tes

Tell  Membacakan hasil tes:


- Konselor harus memberikan perhatian dengan menanyakan kembali kesiapannya untuk mengetahui
hasil
- Bacakan dengan nada datar, mulai dengan identitas klien remaja, jangan menambah komentar, jangan
menunjukkan ekspresi muka tertentudan jangan tergesa-gesa
- Memunggu reaksi klien ramaja dengan cara berdiam diri kurang lebih 15-30 detik
 Memberikan informasi tentang penularan dan pencegahan penularan HIV
 Menginformasikan pentingnya memberitahu hasil post tes kepada pasangan atau keluarga

Help  Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah perilaku berisikonya sehingga
terhindar dari penularan HIV
 Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi yang telah disepakati
Lanjutan teknik konseling HIV (Post Test HIV utk hasil tes negatif)

Explain  Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakuakn klien remaja setelah mengambil
keputusan tentang masalah perilakunya yang berisiko terhadap penularan HIV
 Setelah klien remaja mengambil keputusan, konselor perlu mengingatkan risiko keputusan
yang telah diambil
Return  Evaluasi/penilaian kebutuhan tes ulang untuk menentukan tingkat risiko penularan HIV
dalam masa 6 bulan mendatang
 Memotivasi agar klien remaja mau melakukan tes ulang dalam masa 6 bulan mendatang,
terutama bila klien remaja masih mempunyai kebiasaan berperilaku berisiko
 Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi,
psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau
orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
 Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan klien
dalam mengatasi masalah perilakunya yang berisiko terhadap penularan HIV pada akhir sesi
ke 2 dan sesi berikutnya (control)
 Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
HIV (Post Test HIV utk hasil tes positif)

Topik Konseling Postes (Hasil Tes Positif)


Tujuan  Member idukungan kepada orang yang telah menjalani tes HIV
 nformasi pentingnya perawatan dan pengobatan HIV
 Rujuk untuk pemeriksaan CD4 dan Penyiapan pengobatan ARV
 Menyampaikan pesan pencegahan penularan HIV melalui diskusi hasil tes, berbagi informasi, menyediakan dukungan dan
menyarankan perilaku seksa yang lebih aman pada masa datang
Greet Mengucapkan salam dan berkenalan (jika belum saling kenal), untuk mencairkan suasana
Ask Menanyakan secara mendalam tentang perasaan klien remaja, dan situasi klien setelah melakukan pre tes
Tell  Membacakan hasil tes
 Mengingatkan klien remaja bahwa hasil positif tidak selalu disertai gejala sehingga tidak perlu pengobatan
 Mengingatkan bahwa infeksi HIV tidak membunuh segera dan ada berbagai alternative terapi untuk menghadapinya
 Menginformasikan pentingnya memberitahu hasil post tes kepada pasangan atau keluarga

Help  Mendiskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi infeksi HIV termasuk kebutuhan konsultasi dengan dokter yang
kompeten dalam bidang ini dengan alas an:
- Memahami status keuangan klien remaja, apakah punya asuransi atau tidak untuk kepentingan pembiayaan perawatnya
- Bahwa perawatan kesehatan sangat penting sebab bias memberikan peluang memperpanjang waktu kemungkinan menjadi AIDS
- Perlunya segera dilakukan pemeriksaan CD4 dan pemeriksaan laboratorium lainnya untuk mendapatkan obat ARV
 Mendiskusikan berbagai implikasi dari hasil tes positif terhadap pergaulan, pekerjaan dan kesehatan di masa mendatang
 Mendiskusiakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah perilaku berisikonya sehingga dapat menghindari penularan
HIV kepada orang lain.
 Mendorong klien remaja melakukan pilihan solusi yang telah disepakati
Lanjutan teknik konseling HIV (Post Test HIV utk hasil tes positif)

Explain  Mendiskusikan langkah-langkah yang perlu dilakuakn klien remaja setelah mengambil
keputusan tentang upaya yang dilakukan untuk menghadapi hasil tes positif
 Setelah klien remaja mengambil keputusan, konselor perlu mengingatkan risiko
keputusan yang telah diambil termasuk risiko jika pasangan dan keluarga
mengetahuinya

Return  Mengevaluasi apakah proses konseling sudah sesuai dengan kebutuhan klien remaja
 Mengidentifikasi informasi berkelanjutan konseling dan rujukan:
- Apakah klien remaja perlu dirujuk kepada seseorang ahli seperti dokter, ahli gizi,
psikolog dan psikiater
- Apakah konselor perlu memfasilitasi komunikasi antara lain dengan orang tua atau
orang terdekat lainnya
- Apakah konseling perlu dirujuk pada layanan rujukan
 Mengukur keberhasilan dan perubahan positif terhadap upaya yang telah dilakukan
klien dalam menghadapi infeksi HIV pada akhir sesi ke 2 dan sesi berikutnya (control)
 Membuka kesempatan klien remaja untuk kembali konseling jika diperlukan.
Langkah role play konseling (2)
 Fasilitator membagi peserta menjadi 13 kelompok. Masing-masing kelompok
maksimal 6 orang,
 Masing -masing peserta dalam kelompok mengambil peran sebagai : 1 orang sebagai
konselor, 1 orang klien, 2 orang berperan sebagai orangtua, dan 2 orang sebagai
pengamat/observer selama konseling berlangsung.
 Fasilitator membagikan satu kasus kepada masing masing kelompok yang akan
diperankan dalam role play konseling, yaitu kasus :
1. Remaja telat menstruasi (remaja hamil)
 Seorang remaja datang ke Puskesmas, namanya Ratna. Ia mengemukakan bahwa ia sudah dua kali
mengalami keterlambatan haid dan ada kemungkinan mengalami kehamilan. Sebelum itu Ratna
memang pernah mengadakan hubungan intim dengan pacarnya. Sebetulnya ia tidak bersedia untuk
melakukan hubungan itu namun ia terhanyut oleh rayuan pacarnya sehingga ia melakukannya juga.
Ratna merasa bersalah, menyesal dan merasa takut bahwa ia betul-betul mengalami kehamilan.
Ratna masih ingin sekolah dan melanjutkan pelajaran. Saat ini Ratna tidak bisa berkonsentrasi untuk
belajar dan sulit tidur. Ratna tidak berani menceritakan permasalahannya kepada orangtuanya atau
anggota keluarga yang lain. Ia juga tidak berani menceritakan keadaannya kepada pacarnya karena
ia takut ditinggalkan. Ia menyesal sekali, tidak ingin gagal sekolah dan juga tidak ingin
mengecewakan orangtuanya.
 Putri, usia 14 tahun datang dengan kehamilan 4 bulan diantar oleh ibunya. Riwayat klien seks
pranikah, kehamilan tidak diinginkan, putus sekolah dan tidak punya suami (pacarnya tidak mau
bertanggungjawab) sehingga klien ingin menggugurkannya dengan minum-minuman bersoda
(contoh ‘sprite’) dan makan buah nanas muda.
2. Remaja merokok dan NAPZA
• Kasus : Ramadan 16 tahun kelas dua SMK mempunyai kebiasaan merokok sejak SMP. Dia dikeluarkan dari
pesantren karena kedapatan merokok. Dia juga pernah memakai ganja dan minum-minuman beralkohol
(Intisari). Dia sekolah di pesantren atas dorongan orang tua. Ibunya memiliki karakter cerewet dan selalu
mendominasi terhadap anaknya.
3. Remaja IMS
• Kasus : Dewi seorang remaja kelas tiga SMK datang bersama teman sekolahnya mengeluh keputihan, gatal-
gatal dan teraba bintik-bintik dan kutil di kemaluan. Dia aktif seksual dengan pacarnya sudah selama
setahun. Dan sudah putus dengan pacarnya. Pacarnya adalah pengguna narkoba dan pernah bercerita
kepada Dewi bahwa dia pernah menderita penyakit sifilis. Untuk mengobati penyakitnya, Dewi minta agar
pacarnya mau bertanggungjawab terhadap penyakit yang dideritanya, namun pacarnya menolak dan tidak
mau peduli lagi. Dewi berasal dari keluarga kurang mampu dan ayah ibunya bercerai. Saat ini, ia tinggal
bersama dengan ibu, ayah tiri dan dua saudara tiri.
• Dewi terlihat sangat sedih dan saat dilakukan anamnesis sering menangis. Ia mengatakan pernah mencoba
bunuh diri dengan menyayat tangannya dengan pisau (observasi bekas sayatan dilengan terlihat tidak pada
pembuluh darah).
4. Kesulitan belajar karena kecanduan gadget, kecanduan pornografi
• Anton berusia 14 tahun, siswa SMP kelas 2 sering bolos sekolah dan pelajarannya semakin
menurun, sehingga ia dipanggil menghadap guru BP. Anton kecanduan main internet yang dia
lakukan pada jam sekolah. Ayah dan ibu Anton sibuk bekerja yang berangkat dari pagi sampai jam 7
malam baru pulang ke rumah dalam keadaan lelah. Belakangan ini ayah dan ibu Anton sering
bertengkar di depan anaknya.
• Amir siswa SMA berusia 17 tahun. Sekolah sering menugaskan siswa untuk aktif mencari ilmu
melalui internet. Suatu saat tanpa disengaja Amir membuka video porno dan karena keingin
tahuannya, ia menonton sampai habis. Sejak itu dia menjadi sering menonton video porno dan
terdorong untuk melakukan masturbasi. Amir menjadi cemas dan merasa bersalah ketika guru
mengajinya mengatakan bahwa masturbasi itu dosa, namun dia sulit untuk melepaskan diri dari
masalah tersebut
5. Obesitas
• Kasus : Ani siswa SMA kelas 2 berumur 16 tahun. Belakangan ini Ani merasa malu bila bertemu
dengan teman-temannya, ia lebih banyak tinggal di rumah dan sudah tidak mau bersekolah. Ia
merasa malu dengan berat badannya yang semakin meningkat, namun dia tidak bisa
mengurangi makan. Ani juga mengalami sulit tidur, bangun dini hari dan tidak bisa tidur lagi, ia
hanya berbaring sehingga pagi hari ia merasa lemas, menjelang tengah hari baru dia bangkit
dari tempat tidurnya.
 Setelah selesai melakukan role play, pengamat/observer tiap kelompok memberikan
tanggapan
 Setelah selesai, fasilitator mereview praktek konseling yang dilakukan oleh masing-masing
kelompok. Review dilakukan terhadap proses konseling yang meliputi:
o Apakah konselor sudah membina rapport dengan baik? (perkenalan diri, menjelaskan prosedur,
menjaga kerahasiaan)
o Apakah konselor sudah menjadi pendengar yang aktif
o Apakah konselor sudah menggali permasalahan klien secara holistik menggunakan HEEEADSSS?
o Apakah konselor sudah menggali potensi klien dalam menyelesaikan masalah?
o Apakah konselor menawarkan alternatif solusi (KIE)?
o Apakah konselor mendorong klien untuk mengambil keputusan?
o Apakah konselor menutup proses konseling dengan baik?(membuka kesempatan untuk konseling
lanjutan)
 Fasilitator menyempurnakan atau mengklarifikasi dan menarik kesimpulan hasil role play
secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai