Anda di halaman 1dari 20

ISLAM DAN PESOALAN

EKONOMI
Dipresentasikan oleh,

Nadia Angestie (201610200311158)


Jati Sudrajad (201610200311159)
Apakah islam berperan dalam
bidang ekonomi ?
◦ Ketika Syu'aib Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?,
Sesungguhnya Aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.
Maka bertakwalah kepada Allah dan 'taatlah kepadaku; Dan Aku sekali-kali tidak
minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta
alam. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang
merugikan; Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan .(QS. asy-Syuara : 177-183)
Ayat berikut tadi merupakan salah satu contoh bahwa di Makah,
bahkan sebelum terbentukanya masyarakat Muslim di Madinah, ayat-
ayat al-Qur`an sudah menampilkan pandangan Islam mengenai
hubungan antara agama dan keimanan terhad apa adanya Allah
dan Hari Kiamat, di satu pihak, dan perilaku ekonomi dan sistem
ekonomi, di pihak lain.

Dan hari ini ekonomi islam sudah sangat berkembang dan diminati di
berbagai negara dan diterapkan di banyak negara, bahkan berbagai
universitas nasionalmaupun internasional yang membuka jurusan
ekonomi islam. karena manfaatnya yang dirasakan tidak merugikan
pihak manapun.
Pengertian Ekonomi Islam
◦ Menurut Umar Chapra, Ilmu ekonomi Islam menurutnya adalah suatu cabang pengetahuan
yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi
sumberdaya alam yang langka yang sesuai dengan Maqashid, tanpa mengekang
kebebasan individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi dan ekologi yang
berkesinambungan, membentuk solidaritas keluarga, sosial dan jaringan moral masyarakat.

◦ Bagi Mannan ekonomi Islam merupakan studi tentang masalah-masalah ekonomi dari setiap
individu dalam masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap nilai-nilai kehidupan Islam.
Secara keseluruhan gagasan ekonomi M.A Mannan dapat
dikategorikan sebagai gagasan Islamisasi ekonomi konvensional. Lebih lanjut Ia mengatakan
bahwa ekonomi Islam merupakan bagian dari suatu tata kehidupan lengkap, berdasarkan
empat bagian nyata dari pengetahuan, yaitu: al-Quran, as-Sunnah, Ijma dan Qiyas.
PRINSIP-PRINSIP
DALAM EKONOMI
ISLAM
Menurut Metwally, prinsip-prinsip ekonomi Islam secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:

◦ Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia, sehingga pemanfaatannya
haruslah bisa dipertanggungjawabkan di akherat kelak. Implikasinya adalah manusia harus
menggunakannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

◦ Kepemilikan pribadi diakui dalam batas-batas tertentu yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat dan tidak mengakui pendapatan yang diperoleh secara tidak sah.

◦ Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi Islam. Islam mendorong manusia
untuk bekerja dan berjuang mendapatkan materi/harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti
aturan yang telah ditetapkan. Hal ini dijamin oleh Allah bahwa Allah telah menetapkan rizki setiap
makhluk yang diciptakan-Nya.

◦ Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang-orang kaya, dan harus
berperan sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
◦ Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya dialokasikan untuk kepentingan
orang banyak. Prinsip ini didasari oleh sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa masyarakat
mempunyai hak yang sama atas air, padang rumput, dan api.

◦ Seorang muslim harus tunduk pada Allah dan hari pertanggungjawaban di akherat (QS. 2:281).
Kondisi ini akan mendorong seorang muslim menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan
dengan maisir, gharar, dan berusaha dengan cara yang bathil, melampaui batas dan sebagainya.

◦ Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). Zakat ini merupakan
alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang
membutuhkan. Menurut pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5% untuk semua kekayaan yang
tidak produktif, termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, dan
10% dari pendapatan bersih investasi.

◦ Islam melarang riba dalam segala bentuknya. Secara tegas dan jelas hal ini tercantum dalam QS
30:39, 4:160-161, 3:130, dan 2:278-279.
BEBERAPA
PERSOALAN
EKONOMI DALAM
ISLAM
1. Perbankan Syari’ah

◦ Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak
dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya.
Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka
Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base
income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
2. Takaful / asuransi
◦ Menurut Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa
DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah bagian pertama
menyebutkan pengertian Asuransi Syariah (ta’mîn, takâful’ atau tadhâmun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi
dalam bentuk set dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
mengehadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan syariah.

◦ Akad atau perjanjian yang menjadi dasar bagi setiap transaksi, termasuk dalam asuransi atau
yang lazim disebut dengan polis juga harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah, Untuk
itu maka dalam pembuatan polis asuransi dapat menerapkan akad-akad tradisional Islam.
Berdasarkan fatwa DSN-MUI, jenis-jenis akad yang dapat diterapkan dalam asuransi syari’ah
adalah : akad mudhârabah, akad mudhârabah musytarakah, akad wakâlahbil-ujrah, dan
akad tabarru’.
3. penggadaian
◦ Adapun boleh tidaknya transaksi gadai menurut Islam diatur dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan
Ijtihad. Dari ketiga sumber hukum tersebut disajikan dasar hukum sebagai berikut:
1. Al-Qur’an : Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah Q.S
Al-Baqarah ayat 282 dan 283. Inti dari dua ayat tersebut adalah: “Apabila kamu bermu’amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskan, yang dipersaksikan
dua orang saksi laki-laki atau satu seorang saksi laki-laki dan dua orang saksi perempuan”.
◦ 2. As-Sunnah : Dalam hadist berasal dari ‘Aisyah disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah
membeli makanan dari seorang Yahudi dengan harga yang diutang, sebagai tanggungan atas
utangnya itu Nabi Muhammad SAW menyerahkan baju besinya (HR. Bukhari).
Secara umum lembaga pegadaian mempunyai produk jasa berupa
◦ Sistem operasional produk Pegadaian syari’ah dilakukan melalui prinsip-prinsip sebagai berikut :
◦ 1) Prinsip Wadi’ah (Simpanan);
◦ 2) Prinsip Tijarah (Jual Beli atau Pengembalian Bagi Hasil);
◦ 3) Prinsip Ijarah (Sewa);
◦ 4) Prinsip al-Ajr wa al-Umulah (Pengembalian Fee);
◦ 5) Prinsip al-Qard (Biaya Administrasi)
4. Baitul Mâl wa Tamwîl (BMT)
◦ Adapun ciri dari BMT adalah :
◦ Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama
◦ Bukan lembaga sosial tapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan
zakat, infak dan sadaqoh.
◦ Ditumbuhkan dari bawah dan berlandaskan pada peran serta masyarakat.
◦ Milik masyarakat secara bersama, bukan milik perorangan.
◦ Dalam melakukan kegiatannya para pengelola BMT bertindak aktif, dinamis,
berpandangan proaktif.
◦ Melakukan upaya peningkatan wawasan dan pengamalan nilai-nilai Islam kepada
semua personil dan nasabah BMT. Biasanya dilakukan dengan pengajian-pengajian atau
diskusi-diskusi dengan topik-topik yang terencana.
◦ Manajemen BMT dikelola secara profesional dan Islami.
5. Pasar Modal Syariah
◦ Pasar modal syari’ah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-
prinsip syari’ah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang
seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.

◦ Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena
dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan
manfaat bagi orang lain. Al-Quran dengan tegas melarang aktivitas penimbunan
(iktinaz) terhadap harta yang dimiliki (9:33). Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw
bersabda,”Ketahuilah, Siapa yang memelihara anak yatim, sedangkan anak yatim itu
memiliki harta, maka hendaklah ia menginvestasikannya (membisniskannya), janganlah ia
membiarkan harta itu idle, sehingga harta itu terus berkurang lantaran zakat”
BEKERJA SEBAGAI
KEWAJIBAN DAN
IBADAH
2 Tahapan agar prestasi kerja meningkat
dan bernilai ibadah

◦ Pertama, Kerja Ikhlas. Betapa banyak para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya
dengan tekun, cerdas, gigih dan penuh tanggungjawab namun jauh dari nilai-nilai
keikhlasan akhirnya menjadi petaka. Bekerja dengan dilandasi keikhlasan adalah suatu
keharusan agar materi dari hasil kerja didapat sementara pahala diraih. Sesuai dengan
doa yang seringkali dibaca ‘fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah…”Dan katakanlah
: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan
yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan” (al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 105)
◦ Kedua, Kerja keras dan cerdas. Ukuran kerja keras adalah kesempatan berbuat, tanpa pamrih,
bekerja maksimal dan Kepasifan dalam menghadapi pekerjaan membatasi seseorang tidak
berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya. Profesionalisme biasanya dijadikan
ukuran dalam peningkatan prestasi di setiap pekerjaan. Dalam mengerjakan sesuatu, seorang
muslim selalu melandasinya dengan mengharap ridha Allah. Ini berimplikasi bahwa ia tidak boleh
melakukan sesuatu dengan sembrono, sikap seenaknya, dan secara acuh tak acuh. Sehubungan
dengan ini, optimalisasi nilai hasil kerja berkaitan erat dengan konsep ihsan. Ihsan berkaitan dengan
etos kerja, yaitu melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin, sesempurna mungkin atau
seoptimal mungkin

◦ “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah apa yang
ada pada dirinya. (Q.S. Ar-Ra’du ayat 11).

◦ “dan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya”. (Q.S. Al-Najm ayat 39).
4 AKHLAK (ETOS)
BEKERJA DALAM
ISLAM
1. Niat dan Tauhidullah
Rasululloh Bersabda,
‫◦ إنما األعمال بالنية وإنما لكل امرئ ما نوى‬
"Sesungguhnya setiap amal itu dengan niatnya, dan setiap perkara tergantung pada apa
yang ia niatkan".
2. Ihsan dan Itqan
rasululloh Bersabda,
‫إن هللا يحب أحدكم إذا عمل عمال أن يتقنه‬ ◦
"Sesungguhnya Allah menyukai seseorang jika melakukan suatu kerja dengan ber-itqan"

3. Memahami Pentingnya bekerja dalam Islam


Bekerja dengan semangat beramal soleh dalam rangka kejayaan diri, agama dan bangsa
merupakan jargon yang tak akan pernah padam karena merupakan semangat utama yang bisa
menjadikan pemeluk agama ini berada pada tingkatan tertinggi dalam peradaban manusia. Dan itu
pernah terjadi pada masa sahabat dan daulah Islamiyah.
4. Mukmin yang Kuat lebih dicintai Allah

Alloh Berfirman,
ِ ّ ِ‫ون ب‬ َ ‫م‬
َ ‫نك ِر َوتُ ْْ ِم ُن‬ ُ ‫ن ْال‬ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ْ ِ‫ون ب‬
َ ُ ُ ْ َ‫َت لل َّناس ت‬
ْ ْ ُ َّ ُ ْ َ ْ ُ ُ
‫الل‬ ِ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ت‬‫و‬ ‫ف‬
ِ ‫و‬ ‫ر‬ ‫َع‬‫م‬‫ال‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫أ‬ ِ ِ ‫ج‬ ‫ر‬
ِ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫ة‬
ٍ ‫◦ كنتم خي َر أم‬
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…." (QS. Ali-Imran :
110)
Rasululloh Bersabda,
‫المْمن القوي خير وأحب إلى هللا من المْمن الضعيف وفي كل خير‬ ◦
"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang
lemah, dan dalam berbagai hal (nyata) lebih baik“

‫◦ اإلسالم يعلو وال يعلى عليه‬


"Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya"
JAZAAKUMULLOH
KHOIRON...

Anda mungkin juga menyukai