Anda di halaman 1dari 19

1.

ALMA AISYAH PUTRI


2. AFRYATIE AYU FRIDA
3. M. YUSRIL MAHENDRA
4. OULIA FEBRIANOOR
5. REZA ELLANDA
6. RICKY SYAH RAMADHAN
7. RIZKY MAULIDIE
8. M. HAIRULLAH
9. DESSY ANA ANGGRAINI Kelompo
10. DITA DWI AYU NURANI k
11. FEBRIYANTI RIZQA SARI
12. MUNAWARAH ~
13. NISA HESTIANA
14. NINDA UTARI II
15. NINA NORYULITA
16. PUPUT ANNISA KUNIAWATI
17. RINDAYANTARI
18. SITI NURVIYAH
19. WANDHA AGUSTINA
20. ZULFAN NOR HALIDI

INTERAKSI OBAT PADA SISTEM SARAF


Interaksi obat
 adalah situasi di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat, yaitu meningkatkan atau menurunkan
efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak
diinginkan atau direncanakan. Interaksi dapat
terjadi antar-obat atau antara obat dengan
makanan serta obat-obatan herbal.
 Perubahan aktivitas farmakologi suatu obat dengan
adanya pemakaian bersama dengan obat lain >
bisa meningkatkan efek, mengurangi efek, atau
meningkatkan toksisitas
Ada beberapa macam interaksi obat

1. Interaksi Farmasetik
Interaksi yang terjadi karena adanya perubahan
atau reaksi kimia dan fisika antara 2 obat atau lebih
yang dapat dikenal/dilihat yang berlangsung diluar
tubuh dan mengakibatkan aktivitas farmakologik
obat tersebut hilang/berubah.
Tanda-tanda interaksi farmasetik :
· Presipitat/endapan
· Kekeruhan/kekaburan
· Perubahan warna
· Pengeluaran gas
Namun terkadang tanda-tanda tersebut belum tentu
ada interaksi farmasetik
Pencegahan yang dapat dilakukan pada interaksi
farmasetik antara lain :
· Hindari pemberian obat lewat cairan infus kecuali
cairan glukosa dan salin
· Hindari pencampuran obat dalam cairan infus atau
jarum suntik.
 Contoh obat :
1. interaksi karbenisilin dengan gentamisin terjadi
inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5%
terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan
NaCl fisiologik, terjadi presipitasi.
2. Carbenicillin menginaktivasi aminoglycosides
3. Hydrocortisone menginaktivasi penicillins
2. Interaksi farmakokinetik
 yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
(ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan
kadar plasma obat.
 Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi
pada suatu obat tidak dapat diekstrapolasikan
(tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih
dalam satu kelas terapi, disebabkan karena
adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang
menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda.
 Contohnya:
interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidak dimiliki
oleh H2-bloker lainnya; interaksi oleh terfenadin,
aztemizole tidak dimiliki oleh antihistamin non-
sedatif lainnya.
3. Interaksi farmakodinamik
 adalah interaksi antara obat yang bekerja pada
sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik
yang sama sehingga terjadi efek yang aditif,
sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan
kadar plasma ataupun profil farmakokinetik
lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya dapat
diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan
dengan obat yang berinteraksi, karena klasifikasi
obat adalah berdasarkan efek
farmakodinamiknya.
 Adalah keadaan di mana efek suatu obat berubah
dengan adanya obat lain di tempat aksinya, tanpa
perubahan konsentrasi obat atau farmakokinetik object
drug-nya
 langsung : terjadi pada tempat aksi yang sama
(sinergisme atau antagonisme)
 tidak langsung : efek farmakologi, terapetik atau toksik
dari precipitant drug dalam beberapa hal mengubah
efek terapetik atau toksik dari object drug, tetapi dua
efek itu sendiri tidak saling berhubungan atau tidak
saling berinteraksi
 Contoh interaksi obat pada reseptor yang bersifat
antagonistik misalnya:
interaksi antara β-bloker dengan agonis-β2 pada
penderita asma; interaksi antara penghambat
reseptor dopamin (haloperidol, metoclo-pramid)
dengan levodopa pada pasien parkinson
Beberapa contoh interaksi obat secara
fisiologik serta dampaknya

ˉ interaksi antara aminoglikosida dengan furosemid


akan meningkatkan risiko ototoksik dan nefrotoksik
dari aminoglikosida; β=bloker dengan verapamil
menimbulkan gagal jantung, blok AV
ˉ bradikardi berat; benzodiazepine dengan etanol
meningkatkan depresi susunan saraf pusat (SSP)
ˉ kombinasi obat-obat trombolitik, antikoagulan dan
anti platelet menyebabkan perdarahan.
Interaksi pada fase ekskresi obat
 Ekskresi ginjal merupakan rute terbesar eliminasi
sebagian besar obat
Proses ekskresi ginjal meliputi:
• filtrasi glomerulus

• reabsorpsi tubular pasif

• sekresi tubular aktif


 Mekanisme interaksi dalam fase ekskresi
• Perubahan sekresi aktif tubular

• Perubahan pH urin

• Perubahan aliran darah ginjal

• Ekskresi empedu dan sirkulasi enterohepatik


Implikasi klinis interaksi obat.

 Interaksi obat sering dianggap sebagai sumber


terjadinya efek samping obat (adverse drug
reactions), yakni jika metabolisme suatu obat indeks
terganggu akibat adanya obat lain (precipitant)
dan menyebabkan peningkatan kadar plasma obat
indeks sehingga terjadi toksisitas.
Interaksi obat yang dikehendaki
 Adakalanya penambahan obat lain justru
diperlukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kadar plasma obat-obat tertentu
sehingga diperoleh efek terapetik yang
diharapkan. Selain itu, penambahan obat lain
diharapkan dapat mengantisipasi atau
mengantagonis efek obat yang berlebihan.
 Penambahan obat lain dalam bentuk kombinasi
(tetap ataupun tidak tetap) kadang-kadang
disebut pharmacoenhancement, juga sengaja
dilakukan untuk mencegah perkembangan resistensi,
meningkatkan kepatuhan, dan menurunkan biaya
terapi karena mengurangi regimen dosis obat
yang harus diberikan.
Interaksi obat yang tidak
dikehendaki
1. Obat indeks memiliki batas keamanan sempit
2. Mula kerja (onset of action) obat cepat, terjadi
dalam waktu 24 jam;
3. Dampak ADIs bersifat serius atau berpotensi fatal
dan mengancam kehidupan;
4. Indeks dan obat presipitan lazim digunakan
dalam praktek klinik secara bersamaan dalam
kombinasi
Thank you

Anda mungkin juga menyukai