Anda di halaman 1dari 21

Batu Non Kalsium

Batu Struvite
• Tdd : Mg, Amonium dan Phospate (MAP)
• Frekuensi :
– Banyak pada perempuan dan berulang
– Seperti batu cetak
– Insiden jarang terjadi (tidak spt batu ureter).

• Struvite : batu infeksi berhubungan dengan organisme yang


dapat memecah urea, yi proteus, pseudomonas,
providencia, klebsiela, staphilococci, dan mycoplasma
• pH urin tinggi kadar amonium dengan memecah urea
yang tinggi berasal dari organismeyang memecah urea.
Pasien dg batu struvit
1. kadar pH urin 6.8-8.3, jarang ada yang kurang
dari pH 7.0 (pH Normal 5.85), karena kenaikan
MAP yang mengendap.
2. MAP kristal dapat larut pd pH urin yang normal,
pH 5-7.
3. Pemeriksaan kultur pd kandung kemih tidak
harus ditemukan bakteri pada batu.
4. Benda asing dan persyarafan merupakan
predisposisi terjadinya infeksi saluran kencing,
sehingga dapat terbentuk batu stuvite.
Therapy

1. Antibiotik dan harus dievaluasi dg KUB atau


USG (tetapi tidak dapat menghiangkan batu).
2. Efektif adalah pembedahan atau
pengambilan batu.
3. Ileal Loop :menurunkan resiko terbentuknya
batu dg cara ureter yang berada di atas buli-
buli dibelokkan ke ileum, kemudian pecahan
batu dikeluarkan dg irigasi. Tetapi perlakuan
ini tidak dianjurkan oleh FDA.
 Keracunan magnesium dapat menyebabkan
kematian walaupun dengan irigasi tekanan
rendah, dan kultur urin yang negatif dan tdk ada
fakta extravasasi saluran kemih dapat efektif.
 AHA dapat mencegah terbentuknya enzim urease
dan bakteri, sehingga dg demikian pH urin dapat
turun dan pengendapannya juga turun.
 Ada bbrp pasien mempunyai kesulitan dalam
toleransi waktu.
ASAM URAT
• Pada batu-batu trc.urinarius, prevalensi batu
asam urat adalah 5% dan sering terjadi pd
laki-laki.
• Pasien yang mempunyai gout atau
myeloproliferatif dan yang dalam pengobatan
kanker dg menngunakan cytotoxic dapat
meningkatkan insiden batu sama urat.
• Kebanyakan pada pasien dg batu asam tidak
mempunyai hiperuricemia.
• Diet purin dan dehidrasi dapat menurunkan
tingkat asam urat.
• pH urin yang rendah adalah penyebab utama.
Saat pH urin meningkat melebihi pKa 5.75,
dapat menjadi asam urat yang mudah larut.
• Hasil dari terapi adalah pH urin lebih 6.0 dan
volume urin 2L perhari.
• Diet purin atau pengggunaan alupurinol dapat
juga membantu mengurangi sekresi asam
urat. Proses alkalinisasi dapat melarutkan batu
tapi tergantung ukuran batu.
• Setelah litotripsi, pecahan batu akan tersebar.
Pemecahan batu kira2 1cm/bulan ditambah
proses alkalinisasi
SISTIN
• Batu sistin merupakan kesalahan kedua hasil
metabolisme mukosa usus yang Abnormal dan
absorbsi tubulus ginjal yang didasari asam
amino termasuk sistin, ornitin, lysin dan
arginin.
• Batu sistin merupakan satu-satunya gejala
klinis pada kasus ini
• Bentuk homozigot prevalensinya 1 : 20.000
sedangkan heterozygot 1 : 2000.
• Presentasinya 1-2% dari seluruh batu di traktus
uriharius, dengan insiden yang paling tinggi pada
dekade kedua atau ketiga.
• Ekskresi, sistin urin homozygous lebih dari 500mg
/ hari, dengan supersaturasi konstan.
• Ekskresi pada pasien heterozygous 100-300mg/
hari kalau tidak terpengaruh sekitar kurang dari
100 mg / hari.
• kurang lebih 400 mg/ hari sistin dapat larut pada
urin pH 7 atau pH > 7
• Kelarutan dari sistin tergantung pH, dengan pk
yang kurang lebih 8,1 Pada pasien normal
• dengan pasien sistin urin ada perbedaan kurva
tidak ditemukan penghambat pada batu sistin
danformasinya tergantung dari ekskresi sistin
• Terbentuknya batu sistin berhubungan dengan
batu kalsium dan ada hubungannya dengan
kelainan metabolik.
• Biasa dalam bentuk satu atau beberapa batu
cetak diagnosisnya biasanya terjadi pada
penderita dengan riwayat batu dan gambaran
radiologinya sedikit opaque, coklat bening
dengan sudut yang tumpul.
• Pada urinalisa biasanya berbentuk kristal
hexagonal.
• Analisa dari batu dapat untuk menegakkan
diagnosa.
• Tes kualitatif sodium, bila positif dapat
menghasilkan warna ungu, sedangkan pada
sistin bila positif dapat membantu
mengevaluasi dalam menegakkan diagnosa
dan DD/ pada heterozygos dan homozygos,
hal ini sangat penting untuk pemilihan terapy.
• Terapy medis dengan penggunaan cairan yang
banyak (lebih dari 3L / hari) dan urin alkalinisasi.
• Penderita harus memonitor pH urin mereka
dengan menggunakan kertas indikator nitrazine
dan harus lebih dari pH 7,5.
• Sangat sulit menaikan pH lebih dari 8,0.
• Mengkonsumsi methionine yang sedikit sangat
berpengaruh pada hasil. Sistin bersifat endogen
dan kebanyakan mengkonsumsi sistin bersama
dengan protein
• Diet sodium dapat mengurangi kejadian
berulang.
• Keefektifan penggunaan glutanin, asam
askorbat, dan captropril sistinurin telah
disangkal, kebanyakan penemu percaya
produk tersebut tidak efektif lagi.
• Penicillamine dapat mengurangi resiko
pembentukan batu urin. Penicillamine
bergabung dengan asam animo dan larut
• Pemilihan terapy harus berdasarkan tingkatan
sistin urin
• Beberapa pasien alergi terhadap penicillamien
dengan gejala kemerahan pada kulit,
kehilangan indera pengecap, nausea, muntah
dan anoreksia, dan dapat menghambat
piridoksin yang seharusnya diasup selama
pengobatan (50 mg/hari).
• Mercaptopropionylglycine (thiola) dapat larut
dengan sistin dan dapat menghancurkan batu.
• Pengurangan dosis yang berkala dapat
mengurangi efek samping.
• Efek pada pemakaian jangka panjang belum
diketahui
• Terapy pembedahan biasanya berguna untuk
beberapa kasus batu kecuali bila batu dapat
dipecahkan dengan ESWL.
• Pada batu yang keras atau lebih lunak dengan
menggunakan ESWL lebih efektif dan lebih
memecahkan batu.
• Walaupun pada terapy medis yang optimal
pada batu yang banyak, dapat membuat
frustasi dan gangguan kejiwaan pada pasien.
• Terapy yang paling penting adalah ESWL yang
berulang dan terapy medis yang optimal.
XANTINE
• Batu xantien dapat terjadi secara congenital
oleh karena defisiensi enzim xantine oksidase.
• Enzim xantine oksidase fungsi normalnya
mengkatalisasi, oksidasi hiposantin menjadi
xantine, xantin menjadi asam urat.
• Alupurinol dapat menjadi terapy untuk
hiperuricosuric kalsium nefrolitiasis dan batu
asam urat, iatogrenik xantien.
• Kadar asam urat pada darah dan urin rendah,
kadar hipoxantien dan xantien meningkat.
Walaupun begitu tidak ada kasus yang
melaporkan bahwa alupurinol dapat
menghancurkan batu xantien.
• Ini menyatakan bahwa alupurinol kurang
dapat dipercaya untuk dapat mempengaruhi
xantien oksidase.
• Kira-kira 25% pasien dengan defisiensi enzim
xantien oksidase menghasilkan batu pada traktus
urinarius.
• Batu radiolucent agak kekuningan.
• Terapy harus berdasarkan gejala dan gejala
obstruksi ginjal.
• Intake air yang banyak dan pada alkalinasi urin
dapat terjadinya batu. Bila batu berbentuk lagi
terapynya dapat menggunakan alupurinol dan
diet purin.

Anda mungkin juga menyukai