PENDAHULUAN
Nasional, maka pemerintah sebagai institusi tertinggi Negara dan penyedia sarana
Kesehatan juga merupakan hak dan kebutuhan dasar setiap individu untuk
meningkatkan standar kesejahteraan hidup bagi setiap orang baik secara sosial,
melibatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, hal ini dapat dipahami karena
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
2009 tentang Kesehatan dan UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Dalam UUD 1945 pasal 28 ayat (3) dan UU Nomor 36 Tahun 2009
1
tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap individu berhak mendapatkan
social. Sebagai lembaga negara, BPJS bertugas mengelola dana publik, berupa
dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta dan dalam menjalankan tugasnya,
2004 bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) memiliki lima komponen
Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian. Program yang dapat
adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN ini merupakan bentuk
lama, hal ini menyangkut kesehatan keuangan rumah sakit (cash flow). Lambat
kesehatan seperti rumah sakit swasta, tidak mendapat subsidi dari pemerintah,
akan mengalami kesulitan dana untuk pengadaan obat-obatan, sarana medis dan
non medis dan hal ini menjadi beban sebuah Rumah Sakit swasta. Pasien juga
tidak memahami prosedur pelayanan program BPJS kesehatan, tarif kapitasi dan
2
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan skema asuransi kesehatan sosial.
Program ini bertujuan mencapai Universal Health Care (UHC) atau Cakupan
harapan akan pelayanan kesehatan oleh mereka yang terjamin, yang dapat dilihat
menetapkan bahwa pada tahun 2018 sebagai tahun Universal Health Care (UHC)
terhadap UHC sejak tahun1999 ketika UUD 1945 di amandemen dengan pasal
28H (1) bahwa “setiap orang berhak atas layanan kesehatan”. Komitmen itu
Peringatan Hari Kesehatan Sedunia yang dimulai sejak tahun 1950 yang
Dunia (WHO) dan merupakan sebuah kesempatan yang menarik perhatian dunia
untuk menyadari problem atau masalah besar kesehatan global. World Health
3
mewujudkan hak mereka untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya.
(Lubis, 2018)
Tema Hari Kesehatan Sedunia pada tahun 2015 adalah Keamanan Pangan,
tahun 2016 tentang Diabetes, tahun 2017 tentang Depresi, dan pada tahun 2018 ini
Dengan tema tersebut, WHO yakin bahwa negara-negara yang berinvestasi pada
UHC, telah membuat investasi yang lebih baik untuk sumber daya manusia. UHC
2016)
kesehatan, tidak hanya meningkatkan kualitas kesehatan dan angka harapan hidup
manusia tetapi juga melindungi Negara dari epidemi, mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesetaraan jender. Tiga dimensi dalam pencapaian UHC yang telah
dirumuskan oleh WHO adalah 1) berapa besar prosentasi penduduk yang di jamin,
2) berapa lengkap pelayanan yang di jamin, 3) berapa besar biaya yang masih di
Indonesia mendapat akses kesehatan yang lebih baik dan optimal. Dalam
4
tahun 2019, yaitu semua penduduk terjamin kesehatannya sehingga setiap
penduduk yang sakit tidak jadi miskin karena beban biaya yang tinggi. Dimensi
kedua adalah program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), relatif telah menjamin
semua jenis pelayanan kesehatan seperti yang diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan yaitu pelayanan promotif dan
preventif (pasal 21), pelayanan kesehatan tingkat pertama (Pasal 22 ayat 1a),
pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut (Pasal 22 ayat 1b), dan manfaat
akomodasi rawat inap di Rumah Sakit (Pasal 23). (Kemenkes RI, 2013)
Namun, sudah empat tahun berjalannya program BPJS ini yakni dari tahun
2014, BPJS mengalami defisit. Jumlah iuran yang diperoleh tidak mampu
pengelolaan JKN di tahun 2017 sudah mengalami defisit. Pos pendapatan sampai
Rp. 94,94 triliun. Iuran yang belum sesuai dengan hitungan adalah akibat dari
langsung dari peserta. Beban finansial dan kesehatan penduduk yang menjadi
BPJS Kesehatan dari iuran peserta tahun 2017 mencapai Rp.74.2 triliun.
5
lanjut (FKRTL) pada tahun yang sama sebesar Rp.84.4 triliun dan pembayaran
kapitasi untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) Rp.12.2 triliun. Pada
tahun 2017, Pemerintah telah memberi suntikan dana sebesar Rp.3,6 triliun untuk
pembayaran jasa medis dan jasa layanan kesehatan lain bagi mereka yang bekerja
pada Rumah Sakit swasta, yang seharusnya pembayaran pada awal bulan setelah
oleh BPJS Kesehatan belum sesuai harapan. Ada saja tagihan yang terverifikasi
dan sudah jatuh tempo tetapi belum dibayar oleh BPJS. Kondisi tersebut
Selain itu juga setelah empat tahun berjalannya program BPJS, banyak
keluhan terkait dengan pelayanan kesehatan pasien BPJS, baik pada Fasilitas
(FKTL). Pasien BPJS sering ditolak di rumah yang bekerja sama dengan program
BPJS tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan pada health.kompas.com 2017.
(Anna, 2017)
6
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu dan menjadi hak
dan UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa setiap individu, keluarga
negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak setiap individu untuk
hidup sehat dan produktif termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu.
secara umum demand terhadap pelayanan kesehatan berupa barang atau jasa yang
Proses pengajuan klaim lama, hal ini menyangkut kesehatan keuangan rumah
sakit (cash flow). Dengan lambatnya pencairan uang klaim tersebut, dapat
menggangu pelayanan karena fasilitas kesehatan seperti rumah sakit swasta yang
obat-obatan, alkes, pembayaran jasa medis dan lain-lain. Pasien tidak memahami
7
prosedur pelayanan program BPJS kesehatan. Tarif Kapitasi dan paket tarif INA-
menemukan bahwa banyak masalah yang di bahas tentang program BPJS tentang
tarif INA-CBG’s, pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan, bed penuh, ICU,
PICU atau NICU yang penuh, obat kosong, defisit anggaran BPJS, keterlambatan
pembayaran klaim dan sebagainya. Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk
“Formulasi Kebijakan Baru Subsidi Silang Iuran BPJS Untuk Sustainability JKN
8
BAB II
RUMAH SAKIT
2.1 Pengertian
dan padat modal dalam memberikan pelayanan kesehatan pada yang sakit dan
9
dan lingkungan serta persyaratan keandalan bangunan dan prasarana
pencahayaan.
pelayanan.
10
8) Pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
meliputi:
(Permenkes, 2014)
11
Pelayanan medik terdiri dari pelayanan gawat darurat,
bedah plastik, dan gigi mulut. Pelayanan medik spesialis gigi dan
12
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
a. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga
milik Pemerintah
b. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20% (dua
milik swasta
13
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas A terdiri
spesialis dasar
spesialis penunjang
spesialis lain
subspesialis; dan
Sakit
14
d. 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
2014)
Rumah Sakit.
15
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi,
(Permenkes, 2014)
16
(delapan) pelayanan dari 13 (tiga belas) pelayanan yang meliputi
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
2014)
17
medik, dan pengelolaan air bersih. (Permenkes, 2014)
sebagai berikut:
2014)
dasar
mulut
18
medik spesialis dasar
Rumah Sakit
kefarmasian
kefarmasian
19
dan distribusi yang dapat merangkap melakukan
20
farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah. (Permenkes, 2014)
2014)
medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
21
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
sebagai berikut:
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua
milik swasta;
22
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C terdiri
spesialis dasar
spesialis penunjang
Rumah Sakit
23
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
24
(Permenkes, 2014)
medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
perawatan high care unit untuk semua golongan umur dan jenis
25
dan pengelolaan air bersih. (Permenkes, 2014)
sebagai berikut:
2014)
mulut
26
spesialis dasar. (Permenkes, 2014)
Rumah Sakit
teknis kefarmasian
27
Peralatan terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat,
28
BAB III
3.1 Pengertian
diberikan pada setiap individu yang sudah membayar iuran atau iuran-
yang berbeda yang mengacu pada pencapaian tujuan dasar sistem pelayanan
kesehatan, yakni 1) menjaga agar orang tetap sehat, 2) merawat orang yang
29
sakit, dan 3) melindungi keluarga dari kebangkrutan finansial akibat tagihan
(holistic) bagi masyarakat miskin (the poor) atau kurang mampu. Pelayanan
wajib memberikan bantuan agar pelayanan yang dihasilkan lebih optimal dan
atau miskin, sakit berat atau ringan, tua atau muda, dengan manfaat pelayanan
ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat (2) UUD
30
memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh (holistic) dan terpadu.
Dalam konteks tersebut kajian ini hadir, sebagai upaya mempertegas, apakah
seluruh rakyat termasuk dokter dalan tenga kesehatan lain, sebagai pemberi
dapat diakses oleh semua pihak serta disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti.
yang berlaku.
31
5) Kesamaan hak berupa pemenuhan dengan tidak melakukan
diskrimnasi dari aspek apapun, baik dari suku, ras, agama, golongan,
konstitusi Indonesia yakni UUD 1945, baik pada pembukaan maupun pada
beberapa pasal, telah memberikan landasan hukum yang kuat, meski tidak
setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
yakni pada pasal 34 ayat 2 perubahan UUD 1945 tahun 2002 yang
sosial juga telah di jamin dengan adanya Deklarasi PBB Tahun 1947 tentang
Hak Azasi Manusia. Seperti halnya pada banyak negara lain, pemerintah
hak atas jaminan sosial dalam hal menganggur, sakit, cacat, tidak mampu
32
bekerja, menjanda, hari tua. (Thabrany and Laborahima, 2016)
Risks adalah yang menimpa atau dialami the poor, dan dapat
33
Environmental misalnya kekeringan, banjir dan gempa bumi; 4) Social
and Stano (1997) dibedakan dalam lima kategori yaitu; 1) Poverty programs
that are directed toward persons experiencing poverty involve either the
provision of cash, or more often the subsidized provisions of goods “in kind”,
such as rent vouchers or food stamps; 2) Old age programs that are directed
Wheels) that may address the generally decreased mobility of the elderly; 3)
that cover illness or well care financing and or provide facilities for various
Widyanti, 2013)
kesehatan kepada setiap warga negara, maka pemerintah perlu menata ulang
34
berbagai bentuk perlindungan dan jaminan sosial yang sudah ada, dan
Indonesia, 2004)
Otto von Bismarck dalam (Pagés, Rigolini and Robalino, 2013), sebagai
asuransi sosial. Apa yang diperkenalkan Otto von Bismarck ini telah
berkembang diseluruh dunia dan telah modifikasi, sesuai dengan keadaan dan
program jaminan sosial melalui social security Act 1935, sebagai bagian dari
program the new deal President Roosevelt mengatasi resesi pada waktu itu.
35
diare, dan TB paru).(Wahyuningsih, 2015)
minyak, untuk pelayanan rumah sakit (RS) bagi gakin. Program tersebut
diselenggarakan untuk mengatasi dampak krisis pada waktu itu, dengan cara
36
Kesehatan dan Konstitusi WHO.
(Gabby, 2015)
yang berlaku. Ruang lingkup pelayanan yang diberikan oleh Askes berupa
kesehatan ini, dibedakan menjadi dua yakani peserta wajib terdiri dari
pegawai negeri sipil (PNS) termasuk calon PNS, pejabat negara, dan
37
swasta, BUMN/BUMD, perusahaan daerah, badan usaha lainnya, serta
Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT), perawat dan Bidan Pegawai Tidak
2017)
perawatan pasien dengan diagnosis, akan berbeda sesuai dengan kelas atau
tipe rumah sakit. Pembayaran case based groups Rumah Sakit maupun
38
Diagnosis pasien saat keluar dari rumah sakit merupakan dasar
dalam sistem kesehatan yang menjadi salah satu unsur dalam pembelanjaan
Suryawati, 2016)
39
HK.03.05/I/589/2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Center for
pasien keluar dari rumah sakit. Data yang harus dimasukkan dalam software
INA-CBG’s adalah data yang diambil dari resume medik dan data pasien.
dari sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) bagi rumah sakit
yang telah mempunyai SIM RS. Setelah data variabel tersebut dimasukkan
2015)
kesehatan yang menjadi salah satu unsur dalam pembiayaan kesehatan dan
40
Sistem CBG’s sebagai salah satu metode case-mix, merupakan suatu
estimasi biaya layanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien. CBG’s
layanan dalam pembahasan ini adalah besaran nilai rupiah yang dikeluarkan
atau dibayarkan oleh pasien maupun penjamin pasien atas suatu tindakan
(Supriadi, 2015)
sebagai pembeli layanan, lebih luas dibanding dengan biaya perawatan dari
sudut rumah sakit sebagai pembeli sumber daya. Pada sudut pandang rumah
nilai rupiah yang dikeluarkan rumah sakit atas konsumsi seluruh sumber
daya yang digunakan, baik yang bersifat recurrent cost maupun capital cost
2015)
41
dunia adalah ICD-10 sedangkan ICD-9 CM merupakan buku yang
pelayanan medis.
6) Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan
kode CBG’s.
Dalam (Retnaningsih, Misnaniarti and Ainy, 2012) analisis
ditandai dengan huruf alpabhetik (A-Z). Dalam hal ini huruf “E”
menjadi sub groups pertama sebagai CMG’s (Case Main Group’s) dari
chapter dalam ICD-10, angka pertama dalam kode ICD-10 yaitu E10.
2) Sub groups ke 2, menunjukan tipe kasus yang ditandai dengan angka
(1-9), angka “4” dalam tipe kasus disini adalah tipe “rawat Inap dan
bukan prosedur”.
42
3) Sub groups ke 3, menunjukan spesifikasi CBG’s yang ditandai dengan
dibutuhkan sebagai nilai ganti ekonomis atas layanan kesehatan yang sudah
diberikan rumah sakit, baik yang dibayar oleh pasien langsung (out of
pocket), penjamin (insurance), maupun subsidi. Jika hal ini ditinjau dari sudut
kesehatan yang dimaksud adalah tarif (charge) yang dikenakan rumah sakit
billing (tarif) berbeda dengan biaya aktual yang dikeluarkan rumah sakit
sebagai pembeli sumber daya dan selisih beda biaya ini disebut margin. Pada
dasarnya elemen yang terkandung dalam tarif adalah biaya dan margin. Nilai
43
margin dapat bernilai positif, yaitu tarif lebih besar atau seringkali disebut
gain, dapat bernilai negatif yaitu tarif lebih kecil atau loss dari biaya.
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit dalam menyusun tarif,
Pasien, asuransi, dan Pemerintah sebagai pembeli atau penyedia dana layanan
ekonomis yang harus mereka keluarkan atas layanan kesehatan yang telah
dalam nilai tarif layanan kesehatan. Apabila dilihat dari sudut pandang
pembeli atau penyedia dana layanan kesehatan, mekanisme transfer atas nilai
CBG’s
tidak terlepas dari pembahasan tentang tarif rumah sakit. Sekarang sudah era
44
tarif paket (Pocket Payment System) yang digunakan oleh BPJS Kesehatan
dalam membayar klaim dengan model tarif INA-CBG’s yang ditetapkan oleh
Kemenkes RI. Akan tetapi tarif rumah sakit masih sangat diperlukan.(Hani,
2017)
Sebelum memasuki era JKN, pembayaran dokter dan rumah sakit
diberikan atau Fee For Services (FFS). Pada era JKN ini pemerintah melalui
kultur dan budaya pada era jaminan kesehatan ini. Sistem pembiayaan
(Indonesia Case Base Groups) yakni suatu sistem tarif untuk pembayaran
dengan penghitungan berbasis pada data costing dan data koding rumah sakit.
Data costing didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit sampel)
Sistem tersebut digunakan baik pada rawat inap maupun pada rawat jalan
45
baik dari manajemen dan layanan faskes dan kebijakan serta regulasi lain
pembayaran prospektif yaitu global budget, kapitasi dan case based payment.
Sesuai dengan realita, tidak semua sistem pembiayaan yang sempurna, setiap
sistem pembiayaan memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada era JKN ini,
46
BAB IV
4.1 Pengertian
swasta kepada yang kurang mampu yang berasal dari mereka yang mampu.
Subsidi silang berarti ongkos atau iuran pasien yang kaya ditinggikan untuk
Indonesia,2018)
47
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
Jaminan Kesehatan.
menjadi peserta BPJS baik itu melalui BPJS Mandiri atau PBI.
Rencana BPJS, pada 1 januari 2019, semua WNI harus sudah
Sedangkan untuk peserta BPJS Mandiri harus membayar iuran BPJS sendiri
48
Sistem iuran yang dibuat adalah system gotong royong, iuran yang
Tabel3.1PerubahanIuranJaminanKesehatanNasional
III yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016. Dalam
Perpres tersebut, iuran BPJS Kesehatan untuk kelas III akan dinaikkan dari Rp
BPJS Kesehatan maka besaran iuran yang dibayarkan bagi pemegang kartu
Kesehatan cukup tinggi pada tahun 2015. Laporan yang masuk kelembaga
49
pembayarannya. (Suprianto, A. and Mutiarin, D., 2017)
tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan dan selisih biaya program Jaminan
menjelaskan kalua BPJS Kesehatan tidak lagi gratis. Kondisi ini dilihat sebagai
ini sebagai upaya menekan defisit BPJS dengan tetap memperhatikan jaminan
sustainable.
rumah sakit untuk tetap berkelanjutan, dokter dan paramedic, kesediaan obat
50
BAB V
PENUTUP
rupiah yang sedang terjadi di Negara Indonesia ini, terdapat beberapa hal perlu
pelayanan yang sampai saat ini masih dalam proses penyempurnaan yang
melibatkan kerjasama dengan semua pihak, baik Rumah Sakit dan peserta BPJS
Kesehatan bagi yang sakit. Kedua, peran Pemerintah dalam koordinasi dan
51
kesehatan hendaknya diiringi dengan melibatkan mereka yang lebih intens dalam
formulasi kebijakan serta didukung dengan kelancaran informasi dua arah yang
kesehatan tidak hanya dinikmati oleh orang kaya saja tapi dapat menjangkau
masyarakat yang kurang atau tidak mampu. Ketiga, penyusunan hak dan
kewajiban yang seimbang antara BPJS Kesehatan dan Rumah Sakit. Keempat,
perlu adanya terobosan lain untuk sustainability JKN dan Rumah Sakit dengan
diberlakukan system subsidi silang dimana orang mampu atau kaya dapat
mensubsidi orang yang kurang atau tidak mampu dengan system pembayaran
Semoga beberapa pendapat kami ini dapat bermanfaat bagi mereka yang
52
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Pradani, E., Lelonowati, D. and Rawat Inap Ramdani Husada, K. (2017)
‘Keterlambatan Pengumpulan Berkas Verifikasi Klaim BPJS di RS X: Apa
Akar Masalah dan Solusinya?’, JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan
Manajemen Rumah Sakit). doi: 10.18196/jmmr.6134.
Aulia, S. et al. (2015) ‘Cost Recovery Rate Program Jaminan Kesehatan Nasional
BPJS Kesehatan’, Akuntabilitas.
53
BPJS Kesehatan (2017) ‘3 Tahun Pelaksanaan BPJS Kesehatan Tingkatkan
Kualitas Layanan’, Info BPJS Kesehatan media Eksternal BPJS
Kesehatan.
Creswell, J. W. (2008) ‘Case Study Research Design and Methods’, Studi Kasus.
doi: 10.1097/FCH.0b013e31822dda9e.
Hanevi Djasri, dr, M. (2013) ‘Peran Clinical Pathways dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional Bidang Kesehatan’, Peran Clinical Pathways dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan1.
54
Lubis, F. A. (2018) ‘Implementasi Fungsi Otoritas Jasa Keuangan Dalam
Mengawasi Praktek-Praktek Kecurangan Didalam Pasar Modal’.
Pagés, C., Rigolini, J. and Robalino, D. (2013) ‘Social Insurance, Informality, and
Labor Markets: How to Protect Workers While Creating Good Jobs’, IZA
Discussion Paper.
Schwartz, D. (2012) The Future of Finance: How Private Equity and Venture
Capital Will Shape the Global Economy, The Future of Finance: How
Private Equity and Venture Capital Will Shape the Global Economy. doi:
10.1002/9781118390375.
Sparrow, R., Suryahadi, A. and Widyanti, W. (2013) ‘Social health insurance for
the poor: Targeting and impact of Indonesia’s Askeskin programme’,
Social Science and Medicine. doi: 10.1016/j.socscimed.2012.09.043.
55
INDONESIA, Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat r Jenderal. Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun. doi: 351.077 Ind r.
56