Eka hervina Marsina bayuni Nurwita Ikan adalah suatu bahan makanan yang sangat mudah membusuk (perishable food) sesaat setelah tertangkap, ikan akan segera mati, dan akan mengalami perubahan- perubahan/kerusakan-kerusakan yang mengakibatkan pembusukan. ikan mudah diserang oleh bakteri karena ikan segar mengandung lebih banyak cairan dan sedikit lemak, struktur daging ikan tidak begitu sempurna susunannya dibandingkan jenis daging lainnya. Ikan segar mudah bersifat alkaline/basa. Kondisi ini memudahkan terjadinya penguraian bakteri.Kondisi Ini memberikan lingkungan yang sesuai bagi bakteri untuk berkembang biak. Istilah pembusukan meliputi 2 (dua) macam perubahan yang terjadi pada ikan, yaitu: Hilangnya secara perlahan-lahan ciri – ciri / karakter ikan segar yang diinginkan Timbulnya bau-bau yang tidak diinginkan dan rupa menjadi jelek / tidak menarik Secara umum kerusakan / kerusakan ikan dapat digolongkan menjadi: 1.Kerusakan – kerusakan biologis disebabkan oleh bakteri, jamur, ragi dan serangga. 2.Kerusakan – kerusakan Enzymatis; disebabkan oleh adanya reaksi kimia (oksigen), misalnya ketengikan (rancidity) yang diakibatkan oleh oksidasi lemak. 3.Kerusakan – kerusakan physis; disebabkan oleh kecerobohan dalam handling / processing, misalnya luka- luka memar, patah, kering, dan sebagainya. 3.Kerusakan – kerusakan physis; disebabkan oleh kecerobohan dalam handling / processing, misalnya luka- luka memar, patah, kering, dan sebagainya. Tanda-tanda Kerusakan pada Ikan 1.WARNA KULIT DAN DAGING IKAN BERUBAH MEMUDAR, KUSAM DAN PUCAT 2.JUMLAH LENDIR DI PERMUKAAN KULIT MENINGKAT TERUTAMA PADA INSANG DAN SIRIP 3.MATA MENYUSUT DAN TENGGELAM, PUPIL BERKABUT, KORNEA MENJADI BURAM 4.WARNA INSANG MEMUDAR, BERUBAH DARI MERAH PINK MENJADI KUNING ABU 5.TESKTUR IKAN MENJADI MENJADI LEMBEK, TIDAK KENYAL LAGI DAN MUDAH LEPAS. JIKA DITEKAN TIDAK SEGERA KEMBALI PADA POSISI SEMULA. 6.TERBENTUKNYA KETENGIKAN KARENA PEMECAHAN DAN OKSIDASI LEMAK IKAN. 7.MUNCUL BAU BUSUK KARENA PEMECAHAN PROTEIN SEHINGGA TERBENTUK SENYAWA-SENYAWA PENYEBAB BAU BUSUK SEPERTI AMONIA, H2S DAN LAI-LAIN. Tahap - Tahap Pembusukan Ikan
1. HYPERAEMIA : TERLEPASNYA LENDIR DARI
KELENJAR-KELENJARNYA DI DALAM KULIT, MEMBENTUK LAPISAN BENING YANG TEBAL DISEKELILING TUBUH IKAN. 2. RIGOR MORTIS : MENGEJANGNYA TUBUH IKAN SETELAH MATI (RIGOR = KAKU; MORTIS = MATI; RIGOR MORTIS = KEADAAN KAKU SETELAH MATI). HAL INI DISEBABKAN KARENA OTOT-OTOT YANG BERKONTRAKSI AKIBAT REAKSI-REAKSI KIMIA YANG DIPENGARUHI OLEH ENZYM 3. Autolysis : Melemasnya kembali tubuh ikan setelah mengalami rigor. Daging menjadi lembek karena kegiatan enzym meningkat. Penguraian daging ikan oleh enzym menghasilkan bahan yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri sudah mulai merusak ikan dengan mengurangi protein daging. 4. Bacterial Decomposition : Pada tahapan ini bakteri telah terdapat dalam jumlah yang sangat banyak akibat perkembanganbiakan yang sangat banyak terjadi pada fase-fase sebelumnya. Aksi bakteri itu dimulai pada saat haqmpir bersamaan dengan tahap antolysis, kemudian berjalan sejajar. Bakteri merusak ikan lebih parah dari kerusakan yang diakibatkan oleh enzym. Faktor Yang Mempengaruhi kebusukan Ikan : • Suhu air • Kadar garam • Kedekatan daerah panen dengan pemukiman penduduk • Jumlah dan asal pakan ikan • Metode pemanenan • Metode budidaya (padat tebar ikan, managemen kesehatanhewan, biosecurity , dsb) Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas ikan (mutu) dikaitkan dengan kesegaran dan kerusakan ikan : a. Daerah Penangkapan Jumlah dan jenis mikrofloranya (lingkungan). Adanya cemaran pada daerah-daerah tertentu, memungkinkan mempengaruhi cita rasa daging ikan. b. Metode/cara penangkapan dan pendaratan ikan Jarak pengangkutan dari tempat penangkapan ke tempat pendaratan c. Cara penanganan pasca tangkap hasil perikanan Peralatan yang digunakan. Penggunaan bahan-bahan pendingin (es). Cara penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain. d. Keadaan cuaca/suhu Penyebab Kebusukan Ikan 1. Pembusukan Mikroba Bakteri mengeluarkan getah pencernaan, enzim yang merusak dan menghancurkan jaringan yang diserang oleh bakteri tersebut. Bakteri pada daging menyebabkan perubahan bau dan rasa yang pada mulanya terasa “masam”, “beraroma seperti rumput”, atau “asam”. Bau dan rasa ini dapat secara bertahap berubah menjadi “pahit” atau “sulfida” dan dapat berubah menjadi amonia pada tahap-tahap akhirnya. Selain perubahan bau dan rasa, bakteri menyebabkan perubahan tampilan dan cirri fisik ikan. Lendir pada kulit dan insang dapat berubah dari yang biasanya tampak jernih dan berair menjadi keruh dan kehitaman. Warna kulit ikan hilang dan menjadi tampak pucat dan pudar. Lapisan perut menjadi pucat dan hampir lepas dari dinding bagian dalam tubuh. 2. Pembusukan Enzim Enzim-enzim memainkan peranan dalam perkembangan kekakuan otot setelah kematian, yang merupakan kakunya otot secara bertahap beberapa jam setelah kematian. Efek kaku tersebut merupakan akibat dari pengentalan protein daging. Durasi dan intensitas kekakuan otot tergantung pada spesies, suhu, dan kondisi ikan. Biasanya hal tersebut berlalu sebelum bakteri menyerang daging, membuat daging menjadi lunak dan lemas. Setelah kekakuan otot, proses mencerna sendiri (otolisis) dimulai sebagai akibat dari aktivitas enzim. Proses mencerna sendiri berarti bahwa ikan benar-benar memakan dirinya sendiri. Hal tersebut dapat berlangsung sangat cepat, khususnya pada ikan berlemak yang lebih kecil yang mungkin penuh dengan makanan pada saat penangkapan. 3. Pembusukan Kimia Biasanya ikan memiliki tingkat perubahan lemak menjadi lemak tidak jenuh yang lebih tinggi dibanding dengan makanan lainnya dan, oleh karena itu, menjadi lebih rentan terhadap oksidasi bau amis. Ketika bau amis telah terbentuk, ikan memiliki bau dan rasa minyak biji rami atau cat. Spesies tidak dapat disangkal merupakan faktor paling penting dalam menentukan kadar bau amis pada ikan. Ikan yang memiliki kandungan lemak dan air yang tinggi memiliki jangka waktu penyimpanan beku yang relatif pendek karena kerentanan ikan terhadap oksidasi bau amis. Warna minyak dan lemak yang secara alami muncul pada ikan beragam mulai dari yang tidak bewarna pada ikan haring, lalu kuning, hingga merah pada salmon. Warna dapat juga beragam pada makanan. Minyak ikan yang mengandung lemak tak jenuh yang tinggi akan beroksidasi secara bertahap dan berubah menjadi kuning, kecuali dilindungi dengan kuat. Ikan haring memiliki lapisan minyak tepat di bawah kulit yang akan berubah menjadi kuning pada kondisi penyimpanan yang buruk. Perubahan kimia besar lainnya yang terjadi selama penyimpanan dingin adalah hilangnya protein miofibrilar. Ketika hal tersebut terjadi, ikan secara bertahap menjadi keras, kering dan berserat. Perubahan-perubahan tersebut dapat lebih terlihat setelah proses memasak. Pigmen warna yang utama pada daging ikan adalah hemoglobin dalam darah dan mioglobin dalam jaringan sel, bagian berwarna gelap pada daging mengandung lebih banyak pigmen dari bagian yang berwarna terang.