BAB.01 Islamisasi Ilmu Pengetahuan

ISLAMIC ECONOMICS & FINANCE
Chapter 9: Inflation, Activity, and Nominal Money Growth
Designed by
SUPRATMAN WALI AHMAD
1
Copyright © 2009 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall • Macroeconomics, 5/e • Olivier Blanchard
PART I INTRODUCTION TO ISLAMIC ECONOMICS Disigned by SUPRATMAN WALI AHMAD
Islamisasi Ilmu 1
Pengetahuan
CHAPTER OUTLINE
Introduction
Pertanyaan-pertanyaan Pokok
Bagaimana mungkin Peradaban Umat Islam
Terpuruk Saat ini?
Akar Permasalahannya Adalah Moral dan
Keimanan
Agama dan Ilmu
Ilmu Tidak Bebas Nilai
Sumber Ilmu Berasal Dari Wahyu
Parameter Ilmu
Agama dan Ekonomi
Mekanisme Zakat
Agama vs Ekonomi [kapitalisme]
Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Pemahaman tentang Islamisasi Ilmu
Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Copyright © 2009 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall • Macroeconomics, 5/e • Olivier Blanchard
Copyright © 2009 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall • Macroeconomics, 5/e • Olivier Blanchard 3 of 30
Dalam Bab ini
Tujuan Istruksional Khusus (kompetensi)
Setelah mempelajari bab ini, Anda
diharapkan mampu:
 Menjelaskan bahwa Islam memiliki sumber hukum
dan pengetahuan yang sama sejak dahulu hingga

kini yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah
 Menjelaskan bagaimana mungkin peradaban umat
Islam bisa terpuruk saat ini
 Menerangkan bagaimana hubungan antara
agama dan ilmu, serta hubungan agama dan
ekonomi
 Menerangkan konsep dan aplikasi dari Islamisasi
ilmu pengetahuan [dalam konteks ekonomi]
1-1 Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Introduction
 Pertanyaan-pertanyaan pokok:
 Islam memiliki sumber hukum dan
pengetahuan yang sama sejak dahulu hingga

kini, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah
 Namun bagaimana mungkin peradaban umat
Islam bisa terpuruk saat ini?
 Bagaimana Islam dapat masuk pada semua
sisi kehidupan manusia, mengatur dan
menyelesaikan masalah hidup dan kehidupan
sehingga mereka sejahtera pada masa lalu?
Sejak beberapa dekade lalu telah diidentifikasi
kelemahan umat Islam di masa kini.
1. Rendahnya keimanan pada Allah ‫ تَعَالَي‬atau
jauhnya umat Islam dari kitab suci mereka yang

tergambar dari kurangnya pemahaman mereka
pada Al-Qur’an dan Sunnah
2. Hilangnya tsiqah (kepercayaan terhadap Islam)
 Mereka jauh dari dari pemikiran-pemikiran Islam
dilihat dari segi praktiknya, sekalipun mereka
beragama Islam (mengutamakan membayar pajak,
daripada membayar zakat)
 Pemimpin umat cenderung hidup bermewah-
mewah, tidak menjadikan Islam sebagai rujukan
hukum atas setiap aktivitas kehidupan
3. At-Tafriqah (perpecahan), Jalinan ukhuwah yang
semakin tergerus egoisme pribadi dan lainnya
4. At-Taqlid (mengekor), menjadi sekuler dan liberal
yaitu pemisahan ajaran agama dengan kehidupan

dunia
 Contoh, pakaian wanita yang ketat dan
menampakkan aurat, penggunaan kalender
masihi, memisahkan ilmu pengetahuan dan
agama, perayaan-perayaan (tahun baru, ulang
tahun dan yang semisal)
5. Tertingggal dalam pelbagai urusan dunia,
seperti: sains, teknologi dan informasi, kedokteran,
farmasi dan penemuan-penemuan ilmiah.
 Faktor eksternal diluar umat Islam, dominasi

peradaban non-Islam yang saat ini diakui
wujud boleh jadi menjadi faktor dominan dari
kemunduran umat Islam

 Peradaban non-Islam baik secara paradigma
dan metoda maupun budaya memberikan
referensi baru bagi umat Islam
 Peradaban non-Islam secara sadar menjaga
dominasi peradaban mereka atas Islam, baik
itu dimotivasi oleh ideologi atau keyakinan
mereka [Nasrani dan Yahudi]
Fakta-fakta kehidupan saat ini sepatutnya
menjadi bekal dalam menyadarkan umat Islam.
 Keterpurukan umat manusia saat ini sepatutnya
menjadi cermin atau pelajaran bagi kita dalam

mengatur kehidupan
 Fakta tentang kehidupan manusia yang semakin
individualistik, materialistik, konsumeristik dan
hedonistik [cinta dunia yang berlebihan]
 Menunjukkan peradaban ini semakin tidak
beradab: Kemiskinan, kekurangan gizi, kelaparan,
konflik sosial, kriminalitas, pengangguran dan
disparitas pendapatan yang semakin lebar
Ternyata akar permasalahannya adalah moral
dan keimanan pada Allah ّ‫َعزَ َو َجل‬
 Ilmu pengetahuan (science) dalam Islam memiliki
definisi yang kental dengan nuasa spritualitas

 Karena Islam memandang setiap sisi kehidupan
adalah aktivitas ibadah bagi manusia
 Setiap elemen kehidupan dan alam berikut proses
interaksinya sepatutnya mengikuti sistem
keteraturan [kebenaran] yang telah di gariskan Allah
 Setiap manusia apabila ilmunya bertambah,
seharusnya bertambah pula sikap tawadu’ (rendah
hati), rasa takut, kehinaan dan ketundukannya
dihadapan Allah ّ‫ع ََز َو َجل‬
Agama dan Ilmu

 Bagaimana dengan isu bebas nilainya ilmu?
Bagaimana Islam memandang hal ini?
 Berdasarkan Al-Qur’an, sebagai rujukan utama

dalam melihat segala hal, Islam memandang
ilmu dari awal tidak bisa bebas nilai (value
free)
 Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬berfirman,
.‫ق‬
َّ َ‫ّر ِب َكّا ْل ِذىّ َخل‬ ْ ‫ِإ ْق َرأْ ِبا‬
َ ‫س ِم‬
 “Bacalah, dengan menyebut nama Rabb yang
menciptakan.” (QS Al-Alaq [96]: 1)
Dalam Islam Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬mewajibkan manusia

berilmu
 Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬menyatukan perintah berilmu dengan
berpedoman atau bersandar pada Rabb yang

menciptakan
 Rabb bermakna Dzat yang mengajarkan [segala
hal], rabb penegasan posisi Allah bahwa Dialah
yang [berperan] memberikan ilmu kepada
manusia
 Segala ilmu adalah dari Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬maka
semestinya si penerima ilmu terus mengingat
siapa yang memberi keutamaan ilmu itu pada
mereka

berilmu
 Penggunaan kata Rabb mengindikasikan

bahwa ilmu dan agama bukanlah entitas yang
berbeda
 Setiap pencarian dan usaha memahami ilmu
tidak lepas dari pengakuan keberadaan
Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬sebagai pengajar, dan sebagai
sumber ilmu

berilmu
 Informasi tentang segala sesuatu di alam
semesta ini yang kita kenal dengan

pengetahuan, ada karena Allah ‫َّعزَ َو َجل‬
menciptakan alam semesta tersebut
 Ketika manusia berusaha mengetahui segala
informasi tentang segala sesuatu yang tercipta
seharusnya merujuk kepada Dzat yang
menciptakan yaitu Allah ‫َّعزَ َو َجل‬
Islam mengenal dua sumber ilmu:

 Pertama, yang berasal dari observasi manusia
[pengalaman] terhadap alam dan segala hal
yang ada didalamnya termasuk perilaku

manusia
 Kedua, berasal dari wahyu atau informasi
langsung dari Allah [revelation]
• Sumber ilmu yang memberikan rambu-rambu
perilaku, pada sesama manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan lingkungan sekitar
Sumber ilmu berasal dari wahyu [revelation]

 Dalam hubungan sesama manusia
 Al-Qur’an menjelaskan tentang bagaimana

adab dengan orang tua, saudara, tentangga,
orang fakir-miskin dan kerabat lainnya
 Terkait dengan jual beli, utang piutang, sewa
menyewa, memutuskan perkara, menghukum,
mengadili dan bernegara
 Bahwa dua sumber ilmu tersebut menjelaskan
satu hal yang sama yaitu kebenaran Tuhan
Parameter dari Ilmu:

 Ilmu eksakta memiliki parameter yang sudah
baku dan pasti: [Seperti gaya gravitasi yang
dibuktikan dengan benda-benda yang selalu jatuh

mendekati bumi]
 Selalu dijelaskan dan memiliki parameter yang
bersifat empiris atau kuantitatif
 Ilmu sosial: ukurannya adalah keseimbangan,
keadilan, keharmonisan dan kemanfaatan atau
kemashlahatan yang dihasilkan dari perilaku
manusia
Parameter Ilmu Pengetahuan:

 Dalam Islam: Ilmu sosial berawal dari
pengetahuan tentang dan pengakuan akan
Tuhan [tauhid] yang kemudian menjadi

pedoman [aqidah] pada tindakan-tindakan
manusia selanjutnya
 Pengetahuan tentang kefitrahan atau hakikat
manusia: [seperti hakikat penciptaan, tujuan
hidup, sifat dan kecenderungannya serta nilai-
nilai yang Tuhan inginkan ada dalam diri
manusia [akhlak]
Agama dan Ekonomi

Pertanyaan signifikan yang ada saat ini adalah
apakah ekonomi harus dicampuradukkan
dengan agama?
Banyak sekali cendekiawan yang menyalahkan
kemiskinan relatif warga Muslim dewasa ini
akibat dari keyakinan religius mereka
Akan tetapi, Marcus Noland [ekonom],
menyatakan: “Tidak ada suatu sifat pun
yang melekat pada masyarakat (Islami) ini
yang mengharuskannya menjadi miskin.”
Agama dan Ekonomi
Allah ‫ تَ َعالَي‬berfirman,
َ ‫ّو ْل ِم َز‬ َ َ ‫ّوأ َ ْن َز ْلّنَاّ َمعَ ُه ُمّا ْل ِكت‬ ِ ‫سلَنَاّ ِبا ْلبَ ِينَا‬ ُ َ‫لَقَ ْدّأ َ ْرس ْلن‬
ُ َّ‫انّ ِليقُ ْو َمّالن‬

ّ‫اس‬ َ ‫اّب‬ َ ‫ت‬ ُ ‫اّر‬
.‫ط‬ ْ ‫ِبا ْل ِق‬
ِّ ‫س‬
“Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami dengan
membawa tanda-tanda kekuasaan, dan Kami
telah turunkan bersama mereka Kitab dan neraca
agar manusia menegakkan keadilan.” (QS Al-
Hadid [57]: 25)
Agama dan Ekonomi
Keimanan Islam mempunyai keistimewaan,
yaitu mudah dimengerti, elemen-elemen yang
paling pokoknya dapat dijelaskan dengan

mudah (Marshall Hodgson)
Agama dan Ekonomi

Ketika membahas peran agama dalam
perekonomian, orang harus membedakan
perekonomian sebagai ilmu dari sistem

perekonomian
Suatu sistem perekonomian harus dibahas
sebagai pemikiran yang berdasarkan suatu
ideologi
Sedangkan ilmu perekonomian harus
dipertimbangkan sebagai ilmu yang menangani
penciptaan kekayaan
Agama dan Ekonomi

Sistem perekonomian berkaitan dengan
manajemen distribusi kekayaan dalam suatu
masyarakat
Sistem ekonomi harus mencakup tiga elemen
utama:
1. Kepemilikan properti, komoditas, dan kekayaan
2. Pemberian kepemilikan
3. Distribusi kekayaan di antara orang-orangnya
Agama dan Ekonomi

Sistem perekonomian Islami berbeda dengan
sistem-sistem lain hanya sebatas pada:
 Kepemilikan dan distribusi sumber-sumber

daya di antara faktor-faktor pruduksi serta
beragam kelompok masyarakat
 Adanya peran negara yang jelas untuk
memastikan bahwa ketidakadilan tidak
terjadi pada setiap individu, pihak, atau
kelompok mana pun
Agama dan Ekonomi

Perekonomian Islami, sesungguhnya, dapat
meningkatkan keseimbangan di antara aspek

sosial dan ekonomi masyarakat, kepentingan
pribadi dan sosial, antara individual, keluarga,
masyarakat, dan negara
 Ia dapat efektif menangani persoalan-
persoalan seperti
Agama dan Ekonomi

Berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam
Al-Qur’an dan Sunnah, sistem Islami
memainkan peran strategis dalam

perkembangan umat manusia dari separuh
akhir abad ketujuh hingga kesepuluh
Orang Muslim unggul dalam semua bidang
pengetahuan pada zaman mereka, disamping
memahami dan menjalankan ajaran-ajaran
Islam
Agama dan Ekonomi

Setelah mangkatnya Nabi ّ‫صلَئّهللاِّ َعلَي ِه َّو َّسلَم‬
َ hingga
abad kesebelas orang-orang Islam mampu
mengembangkan dan menghasilkan kekayaan

dari tanah-tanah mereka serta perdagangan
internasional
Memperkuat pertahanan mereka, dan
melindungi orang-orang mereka serta
membimbingnya ke dalam cara hidup Islam
[yaitu dengan berpedoman dan mengamalkan
Al-Qur’an dan Sunnah]

Dalam dunia konvensional (kapitalisme),
pemisahan agama dari disiplin ilmu ekonomi
sudah menjadi prasyarat sekulerisme

Jeremy Bentham [1748-1823] sebagai bapak
Utilitarianisme: menjelaskan motivasi dan
batasan perilaku manusia
Adalah hedonisme psikologis, yaitu bahwa
setiap manusia menurut kodratnya berusaha
untuk mengejar kesenangan [pleasure] dan
menghindari rasa sakit [pain]

Pernyataan Bentham: “alam menempatkan
manusia di bawah dua kekuasaan yang berdaulat,
yakni rasa sakit dan kesenangan”

Asumsi yang digunakan adalah
 Kesenangan yang paling besar adalah yang jumlahnya
paling banyak. [the greatest happiness of the greates
number]
 Tindakan yang baik adalah segala tindakan yang
mengarahkan manusia menambah jumlah kesenangan
 Tindakan yang tidak mengarah kepada kesenangan
atau mengurangi jumlahnya adalah tidak baik

Adam Smith [1776]: tentang prinsip-prinsip
ekonomi kapitalis, “Bahwa kapitalis berkembang
berdasarkan kepentingan pribadi pelaku ekonomi.”

Smith mengidentifikasi bahwa
 Sentimen, perasaan dan nafsu adalah motivator
utama manusia dalam bertindak
 Teologi [agama] bukanlah merupakan sumber yang
terjamin kebenarannya,
 Oleh sebab itu kapitalisme muncul dan berkembang
secara dominan akibat proses respon kolektif
masyarakat terhadap prilaku-prilaku individual
Ekonomi Islam vs Ekonomi Kapitalis

Pemikiran Bentham dan Adam Smith ini diketahui
sebagai nilai dasar dari ekonomi konvensional,
yang sangat bersifat materi yang secara implisit

mengesampingkan peran dan fungsi agama
[terlebih Islam]
Sementara Islam dengan nilai-nilai tauhid, akhlak
dan syariah muamalah yang sangat menentukan
perilaku dan praktek ekonomi, membuat ekonomi
sukar untuk dipisahkan dengan agama
Pengajaran Ilmu: sebagai sebuah nilai dan

sistem, moral dan pengetahuan, serta teori dan
aplikasi, Islam mensyaratkan proses pengajaran
yang khas
 Dalam pengajarannya bukan hanya fokus pada
proses transfer of knowledge tetapi juga proses
transfer of value
 Maknanya, proses pengajaran tidak terbatas
pada pencapaian individu yang menguasai
pengetahuan dan keahlian, tapi juga pada
pencapaian moral, akhlak atau adab
Pengajaran Ilmu
 Dalam memahami Islam bukan hanya
memahami pengetahuan dan nilai-nya yang
benar, namun proses memahami pun harus

sesuai dengan apa yang ingin disampaikan
 Islam sebagai sebuah nilai yang terkandung
didalamnya hukum dan pengetahuan yang
paling tepat untuk dijadikan rujukan bagi
kehidupan manusia, haruslah secarah utuh
dipahami bentuknya
 Dari tauhid, aqidah, akhlak sampai pada
ketentuan syariahnya
Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu

Secara umum, istilah Islamisasi adalah
membawa sesuatu ke dalam Islam atau
membuatnya dan menjadikannya Islam

 Istilah Islamisasi merupakan gambaran
universal sebagai langkah atau suatu usaha
untuk memahamkan sesuatu dengan kerangka
Islam [Islamic framework] dengan
memasukkan suatu pemahaman Islam

Menurut al-Attas: Islamisasi ilmu adalah
pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis,
animisme, nasional-kultural, dan paham sekuler

 Islamisasi ilmu berarti pembebasan ilmu dari
penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada
ideologi sekuler dan dari makna-makna serta
ungkapan manusia-manusia sekuler
 Islamisasi bukanlah suatu proses evolusi tetapi
satu proses pengembalian kepada fitrah [original
nature]
Syed Muhammad Naquib al-Attas [1931]:

tujuan Islamisasi ilmu adalah untuk melindungi

umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar yang
menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan
 Islamisasi ilmu bertujuan untuk
mengembangkan ilmu yang hakiki yang boleh
membangunkan pemikiran dan pribadi muslim
yang akan menambah keimanannya kepada
Allah ‫َّعزَ َو َجل‬

al-Attas: Islamisasi ilmu melibatkan dua langkah
utama yang saling berhubungan

 Pertama, proses mengeluarkan unsur-unsur
dan konsep-konsep penting barat dari suatu
ilmu
 Kedua, memasukkan unsur-unsur dan
konsep-konsep utama Islam ke dalamnya

Ismail R. al-Faruqi [1921]: pengertian Islamisasi
ilmu yaitu sebagai usaha untuk memfokuskan
kembali ilmu yaitu, untuk mendefinisikan kembali,

menyusun ulang data, memikirkan argumen dan
rasionalisasi yang berhubungan dengan data itu,
menilai kembali kesimpulan dan tafsiran
 Islamisasi ilmu pengetahuan berarti mengislamkan
ilmu pengetahuan modern dengan cara menyusun
dan membangun ulang sains sastra, dan sains ilmu
pasti dengan memberikan dasar dan tujuan-tujuan
yang konsisten dengan Islam

Ismail R.al-Faruqi: ide Islamisasi ilmu-nya
berlandaskan pada esensi tauhid yang memiliki
makna bahwa ilmu pengetahuan harus mempunyai

kebenaran
 Beberapa prinsip dalam pandangan Islam
sebagai kerangka pemikiran metodologi dan
cara hidup Islam yaitu
• Keesaan Allah ‫َّعزَ َو َجل‬
• Kesatuan alam semesta
• Kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan
Terdapat perbedaan antara Syed Naquib al-Attas
dan Ismail al-Faruqi dalam kaitannya dengan
Islamisasi ilmu pengetahuan
 Jika al-Attas lebih mengutamakan subjek islamisasi

ilmu maka al-Faruqi lebih mengutamakan objeknya
 Al-Attas hanya membatasi pada ilmu kontemporer

untuk program islamisasi ilmu-nya maka al-Faruqi
meyakini bahwa semua ilmu harus diislamisasikan
 Jika al-Attas mengawali dengan melihat dan

menganalisa permasalahan yang muncul di dunia
Islam sekarang adalah pengaruh eksternal, al-Faruqi
mengawalinya dari masalah internal umat Islam
Terlepas dari perbedaan di atas sejatinya ada
kesamaan antara pemikiran al-Attas dan al-Faruqi
mengenai Islamisasi ini di antaranya:
 Ilmu itu tidak bebas nilai (value-free) akan tetapi

syarat dengan nilai (value laden)
 Bahwa peradaban yang dibawa oleh Barat adalah
peradaban yang menjunjung tinggi nilai
dikhotomisme dan nilai ini tentunya bertentangan
dengan nilai yang ada dalam ajaran Islam yaitu
tauhid
 Konsep ilmu harus berlandaskan pada metode
ketauhidan yang diajarkan oleh Al-Qur’an

Terdapat tiga arus besar pemikiran yang masing-
masing memiliki konsepsi sekaligus strategi
implementasi Islamisasi ilmu pengetahuan

 Ketiganya memiliki kesamaan bahwa urgensi
penyesuaian pengembangan berikut proses
pembelajaran ilmu dalam Islam memiliki karakter
dan sasaran yang berbeda dengan apa yang
dilakukan barat
 Ketiga arus besar pemikiran Islamisasi ilmu
pengetahuan tersebut diusung oleh: Ismail Raji Al-
Faruqi; Ziauddin Sardar dan Syed Muhammad
Naquib Al-Attas
 Al-Faruqi: berbendapat bahwa ilmu pengetahuan
yang saat ini tengah berkembang tidak semuanya
bertentangan dengan nilai-nilai Islam

 Maka proses Islamisasi adalah melakukan
penyaringan dari ilmu pengetahuan yang telah ada
 Jika semua aspek ilmu tersebut tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Islam maka ilmu tersebut dapat
dipakai
 Namun Jika ada beberapa unsur dalam suatu ilmu
tertentu yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
sebaiknya dilakukan proses penyesuaian dengan
nilai-nilai Islam [metode integrasi]
Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu Pengetahuan

 Ziauddin Sardar: berkeyakinan bahwa proses
Islamisasi ilmu pengetahuan adalah proses yang
memulai pengembangan semua cabang ilmu dari

awal sekali
 Pengembangan dengan strategi ini akan
menghindari kontaminasi dari pemikiran barat
yang memang memiliki paradigma dan semangat
yang berbeda dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan
 Sardar merekomendasikan rekonstruksi ilmu
pengetahuan yang telah ada

 Al-Attas: proses Islamisasi haruslah menyeluruh
dari filosofi, paradigma hingga proses
pembelajarannya yang menyesuaikan dengan

karakteristik keilmuan Islam yang ada
 Proses pembelajarannya adalah melanjutkan
apa yang telah dilakukan oleh para intelektual
Muslim pada masa lalu
 Bahwa dominasi intelektual Muslim pada periode
keemasan Islam merefleksikan keunggulan
sistem pendidikan atau pembelajaran ilmu
pengetahuan

 Proses pembelajaran yang tidak tepat serta tidak
didukung oleh kurikulum yang benar akan
menghasilkan output yang tidak sesuai dengan

apa yang diinginkan oleh Islam dalam
mengeluarkan ummat Islam dari
keterpurukannya saat ini

 Dari tiga arus utama pemikiran ini, perlu
dipahami bahwa ketiganya memiliki semangat
yang sama dalam menampilkan Islam sebagai

satu sistem kehidupan manusia
 Pada ketiganya Islam diyakini sebagai satu
sistem yang relevan bagi pengaturan kehidupan
manusia menuju pada kebaikan yang hakiki.
 Kesejahteraan, keseimbangan dan keadilan
menjadi muara dari penerapan sistem yang
benar, inilah ide dari keyakinan ini.
Ilmu pengetahuan: diartikan sebagai kumpulan

dari pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, bisa diukur, diuji, dan diamati
 Masuk dalam dunia ilmu pengetahuan maka

berada dalam wilayah hitam dan putih
 Dalam ilmu pengetahuan kita berada dalam
posisi benar atau salah
 Menilai benar atau salah bukanlah hal yang
mudah. Sebab dalam ilmu pengetahuan
ukuran benar dan salah ini akan diukur secara
ilmiah [bisa diukur, diuji dan diamati]
Ilmu pengetahuan juga dapat dilihat dalam sudut
pandang filsafat ilmu. Dalam filsafat ilmu ada tiga
hal yang menjadi dasar tolok ukur sebuah objek
dikatakan sebagai ilmu pengetahuaan.

1. Ontologi: ilmu atau teori tentang wujud hakikat
yang ada [dunia yang dapat dijangkau
pancaindera]
 Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat sesuatu yang berwujud dengan
berdasarkan logika semata.
 Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh
realitas [membahas apa yang ingin diketahui]
2. Epistemologi: adalah pengetahuan sistematis
yang membahas tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan

validitas dan kebenaran pengetahuan
 Epistemologi cabang atau bagian dari filsafat
ilmu yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan dan kebenaran pengetahuan
 Epistemologi lebih mengarah pada bagaimana
mendapatkan pengetahuan, sumber-sumber
pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan
3. Aksiologi: adalah ilmu yang membicarakan

tentang tujuan ilmu pengetahuan sendiri
 Aksiologi merupakan ilmu yang

mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan,
 Pembahasan aksiologi menyangkut
masalah nilai kegunaan ilmu [ilmu tidak
bebas nilai]
Ilmu pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan aspek rasionalitas
begitu dipertimbangkan.
 Ketika suatu pengetahuan tersebut tidak

dapat diterima oleh akal [irrasional] maka
pengetahuan tersebut belum bisa dikatakan
sebagai ilmu pengetahuan
 Disamping aspek rasionalitas, Aspek empiris
juga mempunyai andil yang begitu besar
dalam syarat dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan
Dimensi Islam dalam menilai kebenaran
Islam disini diartikan sebagai agama yang turun

dari Allah ‫ َعزَ َو َجل‬melalui malaikat Jibril kepada

Nabi Muhammad ‫صلَيّهللاِّ َعلَ ْي ِه َّو َّسلَ ّْم‬
َ .
 Agama yang diturunkan pada Nabi Muhammad

‫سلَ ّْم‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َّ ‫ّو‬ َ ِّ‫صلَيّهللا‬
َ ini merupakan agama penyelamat
 Islam hadir sebagai penyempurna sekaligus

penyelamat bagi umat manusia yang ada di
dunia ini.
Dimensi Islam dalam menilai kebenaran

Nilai keselamatan ini semua sudah diatur oleh
Allah ‫ َعزَ َو َجل‬dalam wahyunya [Al-Qur’an]

 Wahyu merupakan hal yang mendasar sebagai
pondasi bagi kaum muslim untuk bertindak dan
berpijak dalam melakukan sesuatu
 Mulai dari Tauhid, aqidah, fiqih, muamalah,
dan ilmu pengetahuan pun dibahas dan diatur
oleh Allah ‫ َعزَ َو َجل‬melalui wahyunya (al-Qur’an)
Definisi: menurut al-Attas

Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis,
animistis, kultur-nasional yang bertentangan
dengan Islam dan dari belenggu faham sekuler

 Mendefinisikan ilmu lebih kearah subjek yaitu
pembenahan umat sendiri
 Menurut Al-Faruqi, Islamisasi berarti
mengislamkan ilmu pengetahuan modern dengan
cara, menyusun, membangun ulang sains sastra
dan sains ilmu pasti dengan memberikan dasar
dan tujuan yang sesuai dengan Islam.
 Islamisasi ilmu lebih kepada objek ilmu itu sendiri
Proses Islamisasi Ilmu pengetahuan

Akan bisa dilaksanakan, ketika proses Ilmu
pengetahuan dilaksanakan dengan prinsip

pokok yang ada pada agama Islam
 Yaitu prinsip pokok Tauhid, syariah, dan
akhlak.
 Ketiga prinsip pokok tersebut haruslah menjadi
pondasi bagi ilmu pengetahuan yang ada
Islamisasi Ilmu pengetahuan akan bisa

dilaksanakan dengan dua cara [Al-Attas]
1. Melakukan pemisahan elemen-elemen dan

konsep-konsep kunci, yang membentuk
kebudayaan dan peradaban barat
2. Memasukkan konsep-konsep Islam ke dalam
setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini
yang relevan
 Konsep-konsep dasar Islam yaitu, konsep
Tuhan, konsep din, konsep manusia, konsep
ilmu, keadilan, dan konsep amal yang benar
Islamisasi Ilmu pengetahuan akan bisa

dilaksanakan dengan dua cara [Al-Faruqi]
 Tauhid, suatu yang esa merupakan esensi dari
segalanya. Bagaimana menciptakan suatu ilmu

pengetahuan yang sifatnya bertauhid
 Integrasi kebenaran Islam dan kebenaran
ilmu pengetahuan,
 Mengitegrasikan konsep kebenaran yang ada
pada ilmu pengetahuan yang bersumber pada
akal (rasionalitas) dan pengalaman (empiris)
dengan konsep kebenaran Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah
INDIKATOR MAKROEKONOMI
INDONESIA
Table 1 KESENJANGAN EKONOMI

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Economics Growth (%) 6,10 6,50 6,23 5,78 5,02 4,79 4,92
Unemployment rate (%) 7,41 6,80 6,32 5,92 5,70 5,81 5,50
Poverty rate (%) 13,33 12,49 11,96 11,37 11,25 11,22 10,86
Inflation (%) 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 3,60
Rasio Gini 0,378 0,410 0,410 0,413 0,406 0,408 0,397
Sumber: Badan Pusat Statistik/Bank Indonesia


BAB.01 Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

BAB.01 Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

ISLAMIC ECONOMICS & FINANCE

Chapter 9: Inflation, Activity, and Nominal Money Growth

Islamisasi Ilmu Pengetahuan

dan pengetahuan yang sama sejak dahulu hingga

pengetahuan yang sama sejak dahulu hingga

jauhnya umat Islam dari kitab suci mereka yang

yaitu pemisahan ajaran agama dengan kehidupan

 Faktor eksternal diluar umat Islam, dominasi

kemunduran umat Islam

menjadi cermin atau pelajaran bagi kita dalam

definisi yang kental dengan nuasa spritualitas

Agama dan Ilmu

 Berdasarkan Al-Qur’an, sebagai rujukan utama

Dalam Islam Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬mewajibkan manusia

berpedoman atau bersandar pada Rabb yang

Dalam Islam Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬mewajibkan manusia

 Penggunaan kata Rabb mengindikasikan

Dalam Islam Allah ‫ َّعزَ َو َجل‬mewajibkan manusia

semesta ini yang kita kenal dengan

Islam mengenal dua sumber ilmu:

yang ada didalamnya termasuk perilaku

Sumber ilmu berasal dari wahyu [revelation]

 Al-Qur’an menjelaskan tentang bagaimana

Parameter dari Ilmu:

dibuktikan dengan benda-benda yang selalu jatuh

Parameter Ilmu Pengetahuan:

Tuhan [tauhid] yang kemudian menjadi

Agama dan Ekonomi

ُ َّ‫انّ ِليقُ ْو َمّالن‬

paling pokoknya dapat dijelaskan dengan

Agama dan Ekonomi

perekonomian sebagai ilmu dari sistem

Agama dan Ekonomi

Agama dan Ekonomi

 Kepemilikan dan distribusi sumber-sumber

Agama dan Ekonomi

meningkatkan keseimbangan di antara aspek

Agama dan Ekonomi

memainkan peran strategis dalam

Agama dan Ekonomi

mengembangkan dan menghasilkan kekayaan

Agama vs Ekonomi [kapitalisme]

sudah menjadi prasyarat sekulerisme

Agama vs Ekonomi [kapitalisme]

yakni rasa sakit dan kesenangan”

Agama vs Ekonomi [kapitalisme]

berdasarkan kepentingan pribadi pelaku ekonomi.”

Ekonomi Islam vs Ekonomi Kapitalis

yang sangat bersifat materi yang secara implisit

Pengajaran Ilmu: sebagai sebuah nilai dan

benar, namun proses memahami pun harus

Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu

membuatnya dan menjadikannya Islam

Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu

animisme, nasional-kultural, dan paham sekuler

Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu

Syed Muhammad Naquib al-Attas [1931]:

tujuan Islamisasi ilmu adalah untuk melindungi

Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu

utama yang saling berhubungan

Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu

kembali ilmu yaitu, untuk mendefinisikan kembali,

Pemahaman tetang Islamisasi Ilmu

makna bahwa ilmu pengetahuan harus mempunyai