FAAL VOLUME DAN
KAPASITAS PARUPARU
3000m
l
500m
l
1100
ml
1200
ml
METODE PENGUKURAN
One stage ; inspirasi maximal diikuti dengan
ekspirasi maximal
Force = ekspirasi secepat cepatnya dan sehabis
habisnya dan sekuat kuatnya setelah ispirasi
maximal.Volume ekspirasi paksa adalah bagian dari
kapasitas vital paksa yang dikeluarkan pada detik
detik tertentu dan dinyatakan dalam persen dari FVC
Slow = respirasi sekuat kuatnya sampai habis
dilakukan terus menerus dan tidak terputus setelah
inspirasi maximal
Two stage; kapasitas inspirasi dan ekspirasi
cadangan ditentukan scara terpisah lalu di
jumlahkan
FARMAKOLOGI OBATOBAT
SALURAN NAFAS
Mellavenia (1310076)
Nasal decongestan
Antihistamin
Antitusif
Ekspektoran
Mukolitik
Bronkodilator
Kortikosteroid inhalasi
NASAL DEKONGESTAN
Menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung,
sehingga mengurangi volume mukosa → mengurangi
penyumbatan hidung
1. dekongestan sistemik
Ex: pseudoephedrine.
KI: hipertensi, hipertiroid, pasca infark miokard
2. dekongestan topikal
Ex: oksimetazolin, nafazoline, fenilefrin
ES: rebound congestion, irregular heartbeat, tremor.
ANTIHISTAMIN
Antagonis reseptor H1 berguna untuk
pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi.
Menghambat efek histamin pd pemb. darah,
bronkus, dan otot polos lainnya.
Ex: Chlor tyramin maleat
ANTITUSIF
Obat untuk menekan refleks batuk
Tergolong dalam 3 tipe:
Narkotik: ex. codein
Nonnarkotik: ex. dekstrometorfan
Preparat kombinasi
EKSPEKTORAN
Obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak
dari sal pernafasan
Mekanisme kerja: stimulasi mukosa lambung →
secara refleks merangsang sekresi kel. Saluran
napas lewat n. vagus → menurunkan viskositas
& mempermudah pengeluaran dahak
Termasuk gol ini: amonium klorida, gliseril
guaiakolat.
MUKOLITIK
Obat yang dapat mengencerkan sekret sal napas
dgn jalan memecah benangbenang mukoprotein
dan mukopolisakarida dari sputum.
Ex: bromheksin, asetilsistein, ambroksol.
BRONCHODILATORS
Bronchodilators are used to open or relax your airways
and help your shortness of breath.
Shortacting bronchodilators ease your symptoms.
They are considered a good first choice for treating
stable COPD in a person whose symptoms come and go
(intermittent symptoms). They include:
http://www.webmd.com/lung/copd/tc/chronicobstructivepulmonarydiseasecopdmedications
Anticholinergics (such as ipratropium).
Beta2agonists (such as albuterol or levalbuterol).
A combination of the two (such as a combination of
albuterol and ipratropium)
http://www.webmd.com/lung/copd/tc/chronicobstructivepulmonarydiseasecopdmedications
Longacting bronchodilators help prevent breathing
problems. They help people whose symptoms do not go
away (persistent symptoms). They include:
Anticholinergics (such as aclidinium or tiotropium).
Beta2agonists (such as arformoterol, formoterol, or
salmeterol)
http://www.webmd.com/lung/copd/tc/chronicobstructivepulmonarydiseasecopdmedications
Mekanisme kerja obat antikolinergik ini
adalah dengan memblok reseptor muskarin
dari syarafsyaraf kolinergis di otot polos
bronkus → aktivitas syaraf adrenergis
menjadi dominan → bronchodilatasi
Anticholinergic inhalers include:
Aclidinium (Tudorza Pressair)
Ipratropium (Atrovent)
Tiotropium (Spiriva)
Use your anticholinergic inhalers every
day, even if you do not have symptoms.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/patientinstructions/000025.htm
BETA2AGONIS
Mekanisme obat Beta2agonis : melalui aktivasi
reseptor beta2adrenergik → aktivasi dari
adenilsiklase → (↑) konsentrasi siklik AMP
Beta2agonis inhalasi menyebabkan
Relaksasi otot polos saluran nafas
Meningkatkan klirens mukosiliar
Menurunkan permeabilitas vaskuler
Dapat mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan
basofil.
http://www.klikpdpi.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=79&page=9
Betaagonist inhalers include:
Arformoterol (Brovana)
Formoterol (Foradil)
Salmeterol (Serevent)
Do not use a spacer with betaagonist inhalers.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/patientinstructions/000025.htm
PHOSPHODIESTERASE4
(PDE4) INHIBITORS
Phosphodiesterase4 (PDE4) inhibitors are taken every
day to help prevent COPD exacerbations
The only PDE4 inhibitor available is roflumilast
(Daliresp).
Antiinflamasi oral, bekerja dengan cara menghambat
secara selektif phosphodiesterase4
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/patientinstructions/000025.htm
http://www.webmd.com/lung/copd/tc/chronicobstructivepulmonarydiseasecopdmedications
CORTICOSTEROIDS
Corticosteroids (such as prednisone) may be used in
pill form to treat a COPD flareup or in an inhaled
form to prevent flareups.
They are often used if you also have asthma.
http://www.webmd.com/lung/copd/tc/chronicobstructivepulmonarydiseasecopdmedications
Mekanisme kerja antiinflamasi, berhubungan dengan
Metabolisme asam arakidonat
Sintesis leukotrien dan prostaglandin
Mengurangi kerusakan mikrovaskuler
Menghambat produksi dan sekresi sitokin
Mencegah migrasi dan aktivasi sel radang
Meningkatkan respon reseptor beta pada otot polos saluran
nafas.
http://www.klikpdpi.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=79&page=9
Inhaled corticosteroids include:
Beclomethasone (Qvar)
Fluitcasone (Flovent)
Ciclesonide (Alvesco)
Mometasone (Asmanex)
Budesonide (Pulmicort)
After you use these drugs, rinse your mouth with
water, gargle, and spit.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/patientinstructions/000025.htm
Combination medicines combine two drugs and are
inhaled. They include:
Budesonide and formoterol (Symbicort)
Fluticasone and salmeterol (Advair)
Fluticasone and vilanterol (Breo Ellipta)
Ipratropium and albuterol (Combivent Respimat)
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/patientinstructions/000025.htm
METHYLXANTHINES
Bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan
penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak
efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru
obstruktif kronik
Mekanisme kerja : menghambat enzim nukleotida
siklik fosfodiesterase (PDE) dan antagonis kompetitif
pada reseptor adenosin
http://www.webmd.com/lung/copd/tc/chronicobstructivepulmonarydiseasecopdmedications
http://allergycliniconline.com/2012/06/04/penggunaanteofilinobatjenismetilxantinpadapenderitaasma/
DEFINISI, ETIOLOGI,
EPIDEMIOLOGI, INSIDENSI,
KLASIFIKASI, FAKTOR
RISIKO
Grady Kharisma P. 1310166
http://www.klikpdpi.com/konsensus/k
onsensusppok/ppok.pdf
DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan keduanya.
Bronkitis kronik: Kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan
dalam setahun, sekurangkurangnya dua tahun
berturut turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema : Suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
Bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi terhadap partikel / gas beracun/berbahaya
Bronkitis Kronis : diagnosis klinis
Emfisema : diagnosis patologis
Keduanya tidak lagi dipisahkan sebagai 2 kelainan yang
berbeda tetapi merupakan suatu kesatuan
http://www.goldcopd.org/uploads/users
/files/GOLD_Report_2014_Jan23.pdf ;
http://www.klikpdpi.com/konsensus/k
onsensusppok/ppok.pdf
ETIOLOGI
Rokok
Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan
tempat kerja dalam jangka panjang
Genetik : defisiensi antitripsin alfa1
Infeksi saluran nafas berulang
Asma persisten berat
Pasian TB Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis
http://www.goldcopd.org/uploads/users
/files/GOLD_Report_2014_Jan23.pdf ;
http://www.klikpdpi.com/konsensus/k
onsensusppok/ppok.pdf
EPIDEMIOLOGI
Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986
PPOK peringkat ke5 angka kesakitan utama
SKRT Depkes RI th 1992 : angka kematian
akibat asma dan PPOK peringkat 6 dari 10
penyebab kematian tersering di Indonesia
Negara dengan prevalensi TB tinggi sindrom
obstruksi pasca Tuberculosis (SOPT)
Diperkirakan th 2020 menjadi peringkat ke3
penyebab kematian di dunia ( GOLD’14 )
http://www.goldcopd.org/uploads/users
/files/GOLD_Report_2014_Jan23.pdf ;
http://www.klikpdpi.com/konsensus/k
onsensusppok/ppok.pdf
INSIDENSI
Pria > Wanita
Lebih banyak pada perokok dan bekas perokok
Banyak pada usia > 40 tahun
Morbiditas dan mortalitas meningkat seiring
bertambahnya usia
http://www.goldcopd.org/uploads/users
/files/GOLD_Report_2014_Jan23.pdf ;
http://www.klikpdpi.com/konsensus/k
onsensusppok/ppok.pdf
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat
penyakit :
Klasifikasi berdasarkan gejala,
sesak nafas, spirometri, dan risiko
eksaserbasi :
s/GOLD_Report_2014_Jan23.pdf
http://www.goldcopd.org/uploads/users/file
FAKTOR RISIKO
Merokok kausal terpenting
Riwayat Merokok : aktif/pasif/bekas perokok
Derajat merokok dengan indeks Brinkman : ringan (0200),
sedang (200600), berat (>600)
Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat
kerja :
Polusi dalam ruangan (asap rokok & kompor )
Polusi di luar ruangan ( asap kendaraan, debu )
Polusi tempat kerja ( bahan kimia, iritan , gas beracun )
Riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang
Hiperreaktivitas bronkus
Defisiensi antitripsin alfa1 (inhibitor serine protease)
jarang, hanya sebagian kecil populasi dunia
Asma
Bayi lahir premature : kerentanan infeksi paru
peningkatan risiko PPOK saat dewasa
http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Report_2014_Jan23.pdf ;
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensusppok/ppok.pdf
PATOGENESIS,
PATOFISIOLOGI, GEJALA
KLINIK
Nomi Irene Putri S
Patogenesis
Rokok
Ppok emfisema
Nikotin Alveolar
ROS (‘free
makrofaga
Prx Inflamasi radicals’)
IL8
TNF Makrofag
Inaktifasi antiprotease (def. a elastase,
1 AT fungsional) MMP
Migrasi
Neutrofi
l
Neutrofil Neutrofil Kerusakan
elastase jaringan
Def. 1 AT kongenital
Hiperinflas
Kerusakan Obstruksi i alveoli
Jaringan parsial sal. distensi
nafas berlebih
Ronkhi akumulasi eksudat pada alveoli sehingga
terdengar suara getaran ketika udara lewat
Wheezing obstruksi
Leukositosis (+) inflamasi
LED (+) inflamasi
GEJALA KLINIK
Sesak nafas (memburuk saat beraktivitas)
Batuk kronis dengan pe produksi sputum
PF:
Barrel chest
Penggunaan otot bantu nafas
Pelebaran ics
Fremitus lemah
Hipersonor
VBS normal/melemah
Wheezing
Ekspirasi memanjang
Pink puffer
Mulut mencucu
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN RUTIN
Faal Paru
Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan
atau VEP1/KVP <75%
VEP > parameter umum utk menilai beratnya PPOK &
memantau perjalanan penyakit
Bila tdk ada spirometer > APE meter (memantau
variabiliti pagi & sore, <20%)
Uji bronkodilator
Dg spirometri, jk tdk ada > APE meter
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8
hisapan > 1520 mnt > lihat perubahan nilai VEP1 atau
APE, perub.VEP1 atau APE <20% nilai awal dan <200ml
Dilakukan pada PPOK stabil
Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
Radiologi
Foto toraks PA & lateral utk menyingkirkan DD
peny.paru lain
Emfisema Bronkitis Kronis
Hiperinflasi Normal
Hiperlusen Corakan bronkovaskuler
bertambah pada 21% kasus
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung (tear
drop)
Emfisema Bronkitis Kronis
PEMERIKSAAN KHUSUS
Faal Paru
Vol Residu, Kapasitas Residu Fungsional,
Kapasitas Paru Total, VR/KRF, VR/KPT ↑
DLCO ↓ pd emfisema
Raw ↑ pd bronkitis kronis
Sgaw ↑
Variabiliti Harian APE < 20%
Uji latih kardiopulmoner
Sepeda statis (ergocycle)
Treadmill
Jalan 6 menit
Uji provokasi bronkus
Menilai derajat hipereaktivitas bronkus
Sbgian kecil PPOK > hipereaktivitas bronkus derajat
ringan
Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian
kortikosteroid oral 3050mg/hr slm 2 mgg
Analisis Gas Darah
Menilai gagal nafas kronik stabil & gagal nafas akut
pada gagal nafas kronik
Radiologi
CT scan resolusi tinggi
Deteksi emfisema dini & derajat emfisema
Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
EKG
Menilai fungsi jantung
Bakteriologi
Sputum pewarnaan gram & kultur resistensi
Mengetahui pola kuman & pemilihan antibiotik
Kadar alfa1 antitripsin
Rendah pd emfisema herediter (usia muda), jrg di
Indonesia
MAKROSKOPIS &
MIKROSKOPIS EMFISEMA
DAN BRONKITIS KRONIS
EMFISEMA
Makroskopis
Volume paruparu bertambah, lobus pucat dan
menonjol, lunak, krepitasi
Perubahan pd septal di bronchiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan rongga
alveoli
Mikroskopis
Pelebaran alveoli
Penonjolan septa interalveoli
Atelektasis
BRONKITIS KRONIS
Makroskopis
Hiperemia
Pembengkakan dan sembab selaput mukosa
Sekresi mukopurulen yg terusmenerus
Kadang ada pus
Mikroskopis
Pembesaran kelenjar mukus dan sel goblet
Metaplasia & displasia squamosa
Penyempitan lumen bronkus kecil & bronkiolus pd
sal.nafas distal
Sebukan sel radang, fibrosis
DASAR DIAGNOSIS DAN
DIAGNOSIS KERJA
Gregorius Louis A.T
DASAR DIAGNOSIS
Tn. A, 67 th pria>wanita, >40th FR
KU: batuk sesak GK
Sejak beberapa tahun terakhir penderita
mengeluh hampir tiap hari batuk dahak
batuk kronis
Dahak banyak, kadang encer putih batuk
produktif
Kadang purulen kehijauan infeksi bakteri
Kadangkadang disertai dyspnea terutama bila
beraktivitas, naik tangga atau sehabis mandi
dyspnoe d’effort (DD: PPOK/HF NYHA III)
1 bulan terakhir penderita mengeluh sesak bertambah
sering disertai batuk dengan dahak banyak dan
purulen yang menyebabkan sesak napasnya semakin
berat sehingga penderita ke RS eksaserbasi akut
berat
UB: minum obat warung seperti OBH untuk batuk
dan napacin atau asma soho untuk mengobati sesak
napas DD: Asma
RPD: sejak 1 th terakhir menderita hipertensi FR
HF
RPK: Ibu penderita sering sesak napas yang menurut
dokter asma FR asma
RK: Penderita merokok ratarata 2 bungkus sehari
sejak SMA (indeks Brinkman >600) FR utama
PPOK, Indeks Brinkman berat
Pemeriksaan fisik
N: 114x/menit takikardi
R: 36x/menit takipnoe
S: afebris
Leher: hipertrofi m. sternocleidomastoideus, retraksi
supraklavikuler & suprasternal usaha bernapas
karena sesak napas berat
Toraks: simetris
Paru:
Taktil fremitus menurun kanan = kiri
hiperinflasi ( udara dalam paru
banyak)
Hipersonor kanan=kiri hiperinflasi
VBS lemah kanan = kiri
hiperinflasi
Ronki +/+ sekret di alveoli
Wheezes +/+ obstruksi di small
Jantung : iktus kordis tampak dan teraba di ICS V
LMCS, frek 114x/menit cardiomegali, takikardi
Batas kiri ICS V LMCS
cardiomegali
Abd: lembut, hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas: oedem pretibial / menyingkirkan HF
dextra
Pemeriksaan Lab
Hb: 18,6 gr% ↑
Ht: 51% ↑
Leukosit: 15600 ↑
LED: 48/76 ↑ inflamasi
Foto thorax: gambaran emfisema
Tear drop app di jantung
Paru: hiperlusent, tidak tampak
bendungan paru
Diafragma: letak rendah, mendatar
DIAGNOSIS KERJA
PPOK berat eksaserbasi akut + HT stage 2 +
obese I
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
PPOK
Asma Bronkhiale
Gagal Jantung Kongestif
SOPT
Emboli Paru
PENATALAKSANAAN PPOK
Christina Lilian
1310078
TUJUAN PENATALAKSANAAN
• Mengurangi progresifitas penyakit.
• Mengurangi gejala.
• Meningkatkan toleransi latihan.
• Mencegah dan mengobati komplikasi.
• Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang.
• Mencegah atau meminimalkan efek samping obat.
• Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru.
• Meningkatkan kualitas hidup penderita.
• Menurunkan angka mortalitas.
4 Komponen Program
Tatalaksana
1. Evaluasi dan monitor penyakit.
2. Menurunkan faktor risiko.
3. Tatalaksana PPOK stabil.
4. Tatalaksana PPOK eksaserbasi.
EVALUASI dan MONITOR
penyakit
• Pajanan faktor risiko, jenis zat dan lamanya
terpajan.
• Riwayat timbulnya gejala atau penyakit.
• Riwayat keluarga PPOK atau penyakit paru lain;
ex : asma, TB paru.
• Riwayat eksaserbasi atau perawatan di RS
akibat penyakit paru kronik lainnya.
• Penyakit komorbid yang ada; ex : penyakit
jantung, rematik, atau penyakit yang
menyebabkan keterbatasan aktivitas.
• Rencana pengobatan terkini yang sesuai dengan
derajat PPOK.
EVALUASI dan MONITOR
penyakit …
• Pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien;
ex : keterbatasan aktivitas, kehilangan waktu
kerja, dan pengaruh ekonomi dan perasaan
depresi/cemas.
• Kemungkinan untuk mengurangi faktor risiko
terutama berhenti merokok.
• Dukungan dari keluarga.
PPOK merupakan penyakit progresif fungsi
paru akan menurun seiring bertambahnya usia.
Monitor gejala klinis dan fungsi paru.
Menurunkan FAKTOR RISIKO
Berhenti merokok mengurangi risiko dan
memperlambat progresifitas penyakit : (5A)
• Ask mengidentifikasi semua perokok pada setiap
kunjungan
• Advise dorongan kuat untuk semua perokok untuk
berhenti merokok
• Assess keinginan untuk usaha berhenti merokok
misalnya dalam 30 hari ke depan
• Assist bantu pasien dengan rencana berhenti
merokok, menyediakan konseling praktis,
merekomendasikan penggunaan dari farmakoterapi
• Arrange atur jadwal kontak lebih lanjut.
Penatalaksanaan PPOK
STABIL
Tujuan penatalaksanaaan :
• Mempertahankan fungsi paru.
• Meningkatkan kualitas hidup.
• Mencegah eksaserbasi.
Penatalaksanaan PPOK
STABIL …
Kriteria PPOK stabil :
• Tidak dalam kondisi gagal nafas akut pada gagal
nafas kronik.
• Dapat dalam kondisi gagal nafas kronik stabil :
AGD pH normal, pCO2 > 60mmHg, pO2 < 60 mmHg.
• Dahak tidak berwarna atau jernih.
• Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai
derajat berat PPOK (hasil spirometri).
• Penggunaan bronkodilator sesuai rencana
pengobatan.
• Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan.
Penatalaksanaan PPOK
STABIL …
Penatalaksanaan PPOK
STABIL …
Non Medikamentosa :
• Edukasi.
• Terapi oksigen.
• Ventilasi mekanik dan nonmekanik.
• Nutrisi.
• Rehabilitasi.
Edukasi
Inti:
• Menyesuaikan keterbatasan aktivitas.
• Mencegah kecepatan perburukan fungsi paru.
Tujuan:
• Mengenal perjalanan penyakit & pengobatan.
• Melaksanakan pengobatan yang maksimal.
• Mencapai aktivitas optimal.
• Meningkatkan kualitas hidup.
Edukasi …
Bahan edukasi :
• Pengetahuan dasar tentang PPOK.
• Obatobatan, manfaat, dan efek samping obat.
• Cara pencegahan perburukan penyakit.
• Menghindari pencetus.
• Penyesuaian aktivitas.
Skala prioritas bahan edukasi agar edukasi
mudah diterima dan dilaksanakan.
• Berhenti merokok pertama kali waktu
diagnosis ditegakan.
Edukasi …
• Penggunaan obatobatan; macam obat dan
jenisnya, cara penggunaan, waktu penggunaan,
dosis, efek samping obat.
• Penggunaan oksigen; kapan, dosis, efek samping.
• Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau
terapi oksigen.
• Penilaian dini eksaserbasi akut dan
pengelolaannya.
• Mendeteksi dan menghindari pencetus
eksaserbasi.
• Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan
keterbatasan aktivitas.
Pemberian Edukasi Berdasarkan
Derajat Penyakit
RINGAN SEDANG BERAT
Penyebab dan pola Menggunakan obat Informasi
penyakit PPOK dengan tepat. komplikasi yang
yang irreversibel. Mengenal dan dapat terjadi.
Mencegah penyakit mengatasi Penyesuaian
menjadi berat eksaserbasi dini. aktivitas
dengan Program latihan dengan
menghindari fisik dan keterbatasan.
pencetus antara pernafasan. Penggunaan
lain berhenti oksigen di
merokok. rumah.
Segera berobat bila
Terapi Oksigen
Tujuan : mempertahankan saturasi oksigen > 90%.
Manfaat terapi oksigen:
• Mengurangi sesak.
• Memperbaiki aktivitas.
• Mengurangi hipertensi pulmonal.
• Mengurangi vasokonstriksi.
• Mengurangi hematokrit.
• Memperbaiki fungsi neuropsikiatri.
• Meningkatkan kualitas hidup.
Terapi Oksigen …
Indikasi :
– pO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%.
– pO2 5559 mmHg atau SaO2 > 89% disertai cor
pulmonale, perubahan P pulmonal, Ht > 55%
dan tandatanda RHF, sleep apnea, penyakit
paru lain.
Endotracheal intubation and mechanical
ventilation jika terapi konservatif gagal, pada
pasien yang mengalami hipercapnia dan ada bukti
penyumbatan.
Terapi Oksigen …
Macam terapi oksigen:
• Pemberian O2 jangka panjang mencegah hipoksemia saat
tidur.
• Pemberian O2 waktu aktivitas saat aktivitas pada keadaan
stabil dengan nasal kanul 12L/min.
• Pemberian O2 pada waktu timbul sesak mendadak.
• Pemberian O2 secara intensif pada waktu gagal nafas.
Continous (+) air way pressure/volcontrolled ventilation
dengan facemask untuk pasien dgn keadaan :
Tidak kooperatif. Ketidakstabilan hemodinamik.
Absence of anxiety. Acute abdominal distress.
Gangguan menelan. Obstruksi saluran nafas kronik.
Hipoksemia berat. Gagal nafas akut.
Ventilasi Mekanik dan Non
Mekanik
Dilakukan saat :
eksaserbasi dengan gagal nafas akut, gagal nafas akut
pada gagal nafas kronik atau pada pasien PPOK derajat
berat dengan gagal nafas kronik.
Rehabilitasi
• Latihan fisik:
– Latihan untuk meningkatkan kemampuan otot
pernafasan.
– Endurance exercise : walking jogging, ergometri.
• Psikososial.
• Latihan pernafasan : pernafasan diafragma, pursed lip
breathing.
Nutrisi
• Tinggi lemak rendah karbohidrat.
• Pemberian protein (albumin) untuk
meningkatkan ventilasi semenit, oksigen
consumption, respons ventilasi terhadap hipoksia
dan hiperkapnia.
• Memperbaiki gangguan elektrolit seperti
hipofosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia yang mengurangi fungsi
diafragma.
• Bila perlu pemberian nutrisi dapat secara terus
menerus (nocturnal feeding) dgn pipa nasogaster.
• Pemberian nutrisi lebih baik dengan porsi kecil
tapi sering.
Medikamentosa
• Kortikosteroid
Bronkodilator
Prednison, Deksametason.
• Agonis beta 2 adrenergik
• Mukolitik dan ekspektoran
- Kerja singkat : Fenoterol,
Salbutamol, Terbutalin, Asetil/karbosistein, Ambroxol,
Procaterol. Kaliuiodida, NH4Cl.
- Kerja lama : Formoterol, • Kombinasi antikolinergik +
Salmeterol. agonis beta2
• Antikolinergik - Fenoterol + Ipratropium.
Ipratroprium (IDT/ISK, nebulizer), - Salbutamol + Ipratropium.
Tiotropium (IDT/ISK). • Kombinasi agonis beta2
• Derv. xantin da+ kortikosteroid
Teofilin lepas lambat (PO), - Flutikason + Salmeterol.
Aminofilin (PO, vial injeksi) - Budesonide + Formoterol.
pengobatan jangka panjang.
Medikamentosa …
Anti inflamasi
• Gol Cromone stabilisasi
• Kortikosteroid inhaler terapi sel mast.
jangka panjang, bila uji
Nedocromil, cromoglicate.
kortikosteroid (+) yaitu ada
perbaikan VEP1 pascabronkodilator • Leukotrien antagonist
menghambat sinyal sistem
meningkat > 20% dan minimal
imun.
pemberian 250 mg.
Zafirlukast, Montelukast.
Beklometason (IDT/ISK),
Budesonide (IDT/ISK, nebulizer), • TNF antagonis
Flutikason (nebulizer). Infliximab, Adalimumab,
• Kortikosteroid sistemik bila Etanercept.
terjadi eksaserbasi akut. • PhosphodiesterasiIV
Prednison (PO), Metilprednisolon inhibitor
(PO, vial injeksi). Cilomilast, Roflumilast.
Medikamentosa Antioksidan hanya untuk
eksaserbasi ringan.
…
Antibiotika diberikan bila ada
Nasetil sistein.
Mukolitik hanya untuk
infeksi. eksaserbasi akut.
– Lini I: Amoksisilin, Makrolid Karbosistein.
(ex : Eritromisin).
Antitusif
– Lini II: Amoksisilin dan
Codein, Hydrocodone,
Asam Klavulanat (Co
Dekstrometrofan.
Amoxiclav), Sefalosporin
generasi III/IV (Seftriakson, Ekspektoran mengeluarkan
Sefotaksim, Sefepim), dahak.
Kuinolon respirasi Guayafenesin.
(Levofloksasin, Obat untuk smoking cessation
Movifloksasin, Nicotine (nicotine gum, inhaler,
Gatifloksasin), Makrolid nicoderm), Bupropion,
baru (Azitromisin, Varenicline.
Roksitromisin,
Klaritromisin).
Penatalaksanaan Menurut
Derajat PPOK
Derajat Karakteristik Rekomendasi pengobatan
Semua derajat - Hindari faktor pencetus
- Vaksinasi influenza
• Transplantasi paru
Indikasi :
– Penyakit paru berat dengan aktivitas hidup harian
yang terbatas di luar terapi medis.
– Status ambulatori.
– Potensial untuk rehabilitasi paru.
– Terbatas pada kegiatan hidup tanpa transplantasi.
– Fungsi adekuat dari sistem organ lainnya.
– Sistem sosial yang mendukung dengan baik.
• Operasi reduksi volume paru (Pneumoplasti
reduksi).
• Bullektomi (Pembedahan kuno).
RUJUKAN KE SPESIALIS PARU
Kriteria :
• PPOK derajat 0 (berisiko).
• PPOK derajat berat.
• Timbul pada usia muda.
• PPOK dengan penyulit.
• PPOK memerlukan rawat inap.
• Mengalami eksaserbasi berulang.
• Memerlukan terapi oksigen.
• Perioperatif.
• PPOK secara klinis (fasilitas spirometri tidak
ada).
PENCEGAHAN KOMPLIKASI
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
Mencegah terjadinya PPOK :
Hindari asap rokok
Hindari polusi udara
Hindari infeksi saluran napas berulang
Mencegah perburukan PPOK :
Berhenti merokok
Gunakan obatobatan adekuat
Mencegah eksaserbasi berulang
Vaksinasi Flu
KOMPLIKASI
Gagal napas
Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah PO2 < 60mmHg dan PCO2>60
mmHg, dan pH normal
Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
Sputum bertambah dan purulen
Demam
Kesadaran menurun
KOMPLIKASI
Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang
berlebihan menyebabkan terbentuk koloni
kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi
berulang.
Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit
> 50%, dapat disertai gagal jantung kanan
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : ad malam