NEKROLISIS EPIDERMAL :
SINDROM STEVEN-JOHNSON
DAN
NEKROSIS EPIDERMAL TOKSIK
DEFINISI SSJ-NET
Reaksi mukokutaneus yang mengancam jiwa, ditandai dengan nekrosis dan pelepasan
epidermis dan epitel mukosa yang ekstensif. Kedua kondisi ini digolongkan sebagai
varian keparahan dari proses yang serupa, karena adanya kesamaan temuan klinis dan
histopatologis. Perbedaan terdapat pada keparahan berdasarkan luas area permukaan
kulit yang terkena.
EPIDEMIOLOGI SSJ - NET
sulfonamidad,
Sebagian besar SSJ-NET
antikonvulsan aromatic, karbamazepin dan
disebabkan karena alergi
alopurional, antiinflamasi allopurinol, faktor genetik
obat.
non-steroid, dan nevirapin.
Trias kelainan
1. Kelainan kulit eritema, vesikel, dan bula
pecah menjadi erosi yang luas, dapat terjadi
purpura. Bentuk berat : generalisata
2. Kelainan selaput lendir mukosa mulut (100%),
lubang genitalia (50%), lubang hidung, dan anus
kelainan : vesikel. Bula mudah pecah erosi,
ekskoriasi dan krusta kehitaman
3. Kelainan mata (80%) konjungtivis kataralis,
konjungtivitis purulent, perdarahan, simblefaron,
ulkus kornea, iritis, iridosiklitis
Lesi Kutaneus
Erupsi ini awalnya terdistribusi secara simetris
pada wajah, ekstremitas atas, dan bagian
proksimal anggota badan. Bagian distal dari
lengan dan juga kaki tetapi letusannya bisa
cepat meluas ke seluruh tubuh
Lesi kulit awal adalah ditandai dengan macula
eritematosa, merah kehitaman, berbentuk
makula purpura yang ireguler, yang semakin
menyatu.
Terkadang lesi berbentuk seperti target
dengan warna yang lebih gelap di bagian
tengah.
Pertemuan lesi nekrotik menyebabkan
eritema yang luas dan difus
Lesi kulit meluas dan berkembang
menjadi nekrotik, sehingga terjadi bula
kendur dengan tanda Nicolsky positif
pada zona eritematosa. Fase awal eksantema dengan
Nikolsky’s sign positif.
Pada tahap ini lesi menjadi flacci
blister, yang mudah rapuh dan pecah
ketika diberikan tekanan.
A.Erosi luas dan nekrosis pada bibir bawah dan mukosa mulut.
B. Erosi masif yang ditutupi oleh krusta di bibir. Perhatikan juga
penumpahan bulu mata.
Keterlibatan Sistemik
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah : darah tepi lengkap, analisis gas
darah, kadar elektrolit, albumin, fungsi ginjal, fungsi hepar, foto rontgen
paru. Selama perawatan perlu diwaspadai tanda-tanda sepsis secara klinis
dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang sepsis.
Pemeriksaan Histopatologi
Penghentian Obat
penyebab
mempertahankan
Perawatan di suhu lingkungan yang
keseimbangan cairan nutrisi sesuai kebutuhan
Ruang Khusus optimal 28-30ºC
elektrolit
penggunaanya belum dianjurkan. Kebijakan yang dipakai di ruang rawat Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSCM adalah menggunakan kortikosteroid sistemik untuk setiap kasus SSJ-NET,
dengan hasil yang cukup baik dengan angka kematian pada periode 2010-2013 sebesar 10.5%.
tetapi sebuah studi kohort besar telah menyarankan pemberian steroid dalam dosis sedang
selama beberapa hari memberikan manfaat quoad vitam.
Review Sistematik terbaru mengungkapkan efek menguntungkan pada kortikosteroid di
pengobatan SSJ dan NET.
Obat yang tersangka menjadi kausa segera dihentikan
Bila keadaan umum SSJ baik dan lesi tidak menyeluruh prednison 30-40mg sehari
Bila KU buruk dan lesi menyeluruh harus rawat inap
IVFD dekstrose 5%, NaCl 0,9%, dan ringer laktat berbanding 1:1:1 dalam 1 labu/8jam
Deksametason 4-6mg sehari IV bila 2-3 hari masa kritis teratasi lakukan tapering off
Dosis adekuat untuk SSJ 30mg deksametason sehari dan NET 40mg sehari.
Antibiotik : siprofloksasin 2x400mg IV, seftriakson 1x2gr IV
Diet yang rendah garam dan tinggi protein
Setelah seminggu lakukan pemeriksaan elektrolit dalam darah
Bila setelah 2 hari terapi kortikosteroid belum tampak perbaikan transfuse darah
Topikal
Pada pasien yang mengalami penyembuhan, re-epitalisasi terjadi dalam waktu rerata 3 minggu. Gejala
sisa yang sering terjadi adalah skar pada mata dan gangguan penglihatan. Kadang-kadang terjadi skar
Semua pasien dengan gejala demam, ruam, dan keterlibatan organ dalam. Fitur karakteristik meliputi:
Ruam berkembang terlambat (> 2, sering 4–8 minggu) setelah dimulainya pengobatan
Demam (> 38 ° C)
Keterlibatan multiorgan
Abnormalitas hematologi (eosinofilia >1500/µL, atau kelainan hematologi lain misal nya
leukositosis, limfositosis, atau limfosit atipik)
Seringnya reaktivasi HHV-6, HHV-7, EBV, dan CMV (60% –80% kasus menunjukkan reaktivasi
kasus familial)
Pemeriksaan Fisik
3. Uji kulit: uji tempel untuk penegakan diagnosis kausatif obat penyebab. Uji
sebaiknya dilakukan dalam waktu 6 minggu-6 bulan sesudah sembuh
Kriteria diagnosis
DRESS
Makanan : telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, keju, bahan yang dicampurkan seperti asam nitrat, asam
benzoat, ragi, salisilat.
Inhalan : berupa sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang
Psikis
Sel mast adalah sel efektor utama dalam banyak bentuk urtikaria dan
angioedema.
Histamin dilepas sebagai respons terhadap senyawa, C5a, morfin, dan
kodein.
Bahan neuropeptida P (SP), vasoaktif peptida usus (VIP), dan
somatostatin, aktifkan sel mast untuk sekresi histamine, kinin, serotonin
Terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler transudasi
cairan setempat klinis edema dan kemerahan
Gambaran Klinis
Timbul rasa terbakar atau rasa tertusuk tanpa gatal atau ringan
Bila angioedema terjadi di saluran napas dapat terjadi sesak napas dan
pada saluran cerna dapat timbul rasa mual, muntah, kolik abdomen, dan
diare.
Pemeriksaan Fisik
Lokasi anatomis berurutan dari paling sering yaitu wajah, periorbital, bibir,
ektremitas, glottis, lidah, genitalia.
Pemeriksaan kadar IgE total, komplemen (C1, C3, C4), dan eosinofil
SINONIM
Dermatitis eksfoliativa
EPIDEMIOLOGI
Insiden : 0.9-70 dari 100.000 populasi
PENYEBAB:
-Infeksi virus HTL-V dan dimasukan
kedalam CTCL (Cutaneous T-Cell
Lymphoma).
-Belum Diketahui
Golongan 3:
Sindrom Sezary -> prednison 30
Golongan 2:
mg/hari
Prednison 4x10-15 mg
Asetretin -> dosis psoriasis terlalu
tinggi
Leiner-> kortikosteroid 3x1-2 mg/hari
TATALAKSANA
Golongan 1:
Golongan 2 dan 3 :
Mengurangi gejala dan ketergantungan
Penyembuhan cepat ->
steroid -> Prognosis Buruk
Prognosis baik
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2015. h.163-168
Aisah,S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2015. h.169-175
Beyer, M., Sterry, W. 2019. Dalam: Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A.,
Paller, A.S., Leffell, D.J., Wolff, K. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 8 th ed. New York:Mc Graw Hill co., pp. 733-745.
William D. James, etc. Andrew’s Disease of the Skin: Clinical Dermatology 13th
Ed. Elsevier. 2019.