Anda di halaman 1dari 42

BRAIN ABSCESS

Disusun oleh :
Titania Rampai, S.KED
Luh Ade Gina A, S.KED

PEMBIMBING :
dr. BAMBANG SUPRIADI, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK KSM NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
2019
REVIEW JOURNAL :
1. Martinez D. 2014. Emerging pathogens in the central nervous system: a
cerebral abscess by Streptococcus porcinus. Mexico: Medicina
Universitaria;16(65)177-180
2. Alvis H et all. 2013. Brain abcess: Current management. Journal of
Neurosciences in Rural Practice
3. Itzhak et all. 2017. Brain Abcess. Medscape. Available at :
https://reference.medscape.com/article/212946-
overview?src=android&devicetype=android&osversion=8.1.0&appversi
on=6.2.1&src=medscapeapp-android&ref=share
ABSES INTRAKRANIAL

Jarang

Serius

Mengancam
Jiwa
Empiema
subdural
Abses Empiema
cerebri ekstradural

ABSES
INTRAKRANIAL
PENDAHULUAN
• Infeksi intrakranial supuratif
ABSES • Lokalisasi di parenkim otak
CEREBRI • Kapsus yang didalamnya berisi kumpulan
nanah yang purulen

Amerika Serikat 25%-38% tidak


 1500- diketahui
2000/tahun sumbernya

Identifikasi dengan kultur


dari drainase abses Tanda dan Gejala :
• Sakit kepala
• Demam
• Penurunan kesadaran
• Mual dan muntah
Streptococcus & • Kejang
Staphylococcus
LAPORAN KASUS

• Laki-laki 38 th, seorang pekerja konstruksi di Galeana Meksiko. Dengan tk.


Sosioekonomi rendah, riwayat alkohilisme, dengan riwayat adanya bekas
luka bakar di kedua wajahnya dan tangannya 7 bulan SMRS.
• Gejala : sakit kepala holocranial, dengan intensitas nyeri sedang dan
monoparesis di ekstremitas kiri atas. Berkonsultasi di faskes th. I kemudian di
rujuk ke faskes tk. II dan dilakukan CT Scan. Selanjutnya dirujuk ke IGD RS
48 jam setelah timbulnya gejala. Intensitas sakit kepala semakin meningkat
dan mempengaruhi tingkat kesadaran. Hasil pemfis neurologi pada pasie
GCS 14. Somnolen, pupil isokor 3mm dan reflek cahaya +/+. Ditemukan
parase N.VII supranuklear kiri, hemiparase 4/5 superior menurut Lovett scale
dan inferior Barre sign, sindorm piramidal kiri,
• CT Scan  lesi heterogen di parietal tepatnya di korteks motorik dengan
perkiraan volume 5 mL dengan edema vasogenik perilesi yang melibatkan
lipatan dan lekukan midline dan sistem ventrikel.
LAPORAN KASUS

MRI  adanya lesi


hiperintense di parietal
kanan dan isointense
dengan edema perilesional
dengan bentuk khas seperti
bentuk cincin
LAPORAN KASUS

Tindakan bedah  drainase


abses melalui insisi kecil pada
Sup. Abcess Cerebral transcortical temporal dengan
burr hole (22 mm ) dan
dengan aspirasi.

Pewarnaan gram dengan Produksi cairan


pewarnaan cocci Gram (+) hijau tua purulen
S.porcinus adanya polimorfonuklear vol. 20 mL
berlimpah dan limfosit
langka
LAPORAN KASUS

TERAPI

• Ceftriaxone 2g/12jam
• Vakomisin 1g/12 jam
• Metronidazol 500
mg/8jam CT Scan kontras post op H-
• Dexametason 8mg/8jam 10 :
• Fenitoin 100 mg/8jam Abses rekuren dengan
peningkatan ukuran
menjadi 15 mL
LAPORAN KASUS

Operasi kedua
• Terapi lanjut selama 15
hari.
• Vankomisin stop
• Didapatkan 15 mL • Rekomendasi dari
• Burr hole 22 mm cairan purulen hijau Infection Diseases
dan reopening dan 12 mL cairan Service 
temporal kanan hematik bercampur metronidazole dan
untuk aspirasi cairan purulen hijau ceftriaxone dengan
gelap. dosis yg sama selama 8
mgg

6 Martinez D. 2014. Emerging patogens in the central nervous system : A cerebral abscess by Streptococcus porcinus
LAPORAN KASUS

Operasi kedua • Terapi lanjut selama 15


hari.
• Vankomisiin stop
• Didapatkan 15 mL • Rekomendasi dari
• Burr hole 22 mm cairan purulen hijau Infection Diseases
dan reopening dan 12 mL cairan Service 
temporal kanan hematik bercampur metronidazole dan
untuk aspirasi cairan purulen hijau ceftriaxone dengan
gelap. dosis yg sama selama 8
mgg
LAPORAN KASUS

• CT Scan Resolusi abses


cerebral dengan edema
residual pada daerah
pembedahan.

Pasien dipulangkan dengan keadaan sadar,


pupil isokor, normoreaktif, parase nervus II kiri
supranuklear, hipereleksia, stabil secara
hemodinamik, afebris dan toleran terhadap
diet oral.
DISKUSI

• S.porcinus  Streptococcus
Isolasi pada saluran nafas
beta-hemolytic dari Grup
atas, saluran genitourinari
Lanceield E, P, V, U, NG1 (A1,
C1), NG2 dan NG3

• Infeksi supuratif :
S.Porcinus  abses otak • Limfadenitis
• Pneumonia
pada pasien • Cellulitis
imunokompeten • Septicemia
• Endocarditis
ASAL INFEKSI

Infeksi struktur • Otitis media, infeksi gigi,


bersebelahan mastoiditis, sinusitis

Sekunder • Penyakit jantung bawaan sianotik

Trauma • (dapat disertai Meningitis)


tengkorak/operasi

No identified
• 15 % kasus tidak dapat
diidentifikasi
ASAL INFEKSI
EPIDEMIOLOGI

Frekuensi Kematian Seks Usia


• Amerika • 5-15% • >pria : wanita • Sering 4
Serikat • 60> th = dekade
• Sebelum 17,34% pertama
pandemi • 0-14 = 17,34 kehidupan
AIDS : %
• 1 per 10.000 • Anak= Jarang
rawat inap • Ruptur abses (empyema
RS atau otak = 80% subdural)
• 1500-2500 • vaksin
kasus /tahun • Gejala sisa Haemophilus
• Setelah AIDS neurologis 20- influenzae
keseluruhanny 79%
a meningkat
PATHOPHYSIOLOGY

Fokus supuratif Trauma


yang berdekatan
(45-50% kasus) (10% kasus)

Penyebaran
hematogen dari
fokus jauh
(25% kasus)
Fokus supuratif yang berdekatan
45-50% kasus
Perluasan Jaringan vena Vena intrakranial dan
langsung valeless pembuluh darah
mukosa sinus

Tromboflebitis Vena emisari


cranial Sinus vena dural
(vena mukosa)

Vena subdural Vena Serebral


Trauma (10% kasus)

Trauma faktur Memungkinkan


cranial/ organisme
fraktur wajah masuk

Komplikasi dari
operasi Abses otak
intrakranial/benda
asing
Penyebaran hematogen dari fokus jauh
25% kasus
Penyakit jantung sianotik, malformasi
arteriovenosa paru, endokarditis, infeksi paru
kronis, infeksi kulit, infeksi perut&panggul,
nutropenia, transplantasi, penggunaan
narkoba sunti, infeksi HIV

Penyebaran hematogen Distribusi arteri serebri


tengah
PERJALANAN PENYAKIT
 Pada sekitar dua pertiga pasien dengan abses
otak, gejalanya muncul selama 2 minggu atau
kurang.
 Sebagian besar gejala merupakan akibat dari
ukuran dan lokasi dari lesi atau space-occupying
lesion.
TRIAS ABSES CEREBRI

Demam

Sakit Kepala

Defisit neurologis
50% fokal
pasien
TANDA & GEJALA UMUM
 Headache - 70%  Seizures - 25-35%
 Mental status changes -  Nausea and vomiting -
65% 40%
 Focal neurologic deficits  Nuchal rigidity - 25%
- 65%  Papilledema - 25%
 Fever - 50%

Sakit kepala Tanda


tiba-tiba meningismus Pecah abses
memburuk
Tanda Neurologis Lokal

Abses serebelar Abses Batang


Otak
Nystagmus Facial weakness
Sakit Kepala
Ataksia Demam

Muntah Muntah
Dysphagia
Dismetria Hemiparesis
...tanda neurologis lokal

Abses Abses Lobus Abses


Frontal Temporal Oksipital
Sakit kepala
Sakit kepala
Penurunan status
mental
Gangguan bicara Ipsilateral aphasia Kekakuan Leher
motorik
Hemiparesis
Vissual defect
Kejang gran mal
ETIOLOGI

Organisme Tersering
Streptokokus Prevotella dan
Staphylococcus Anaerob lainnya
spesies
aureus aerob, anaerob, (Veillonella,dan
Fusobacterium
dan mikroaerofilik Eubact erium)
B fragilis

Enterobacteriaceae Pseudomonas
STAGING
Early stage (7-14 hari )

2-3 minggu

Cerebritis Nekrosis & Lesi dikelilingi


pencairan kapsula
(edema) Fibroti
PEMERIKSAAN

Tes rutin Cairan Aspirasi


serebrospinal abses

Biakan abses Histopatologi Sequencing


ribosom 16S

Radiologi
Radiologi

CT scan

MRI
Radiologi
Tes Rutin
 Pemeriksaan darah lengkap
 Laju sedimentasi eritrosit (LED)
 Tes serologis (antibodi imunoglobulin G serum, Serum
C-reactive protein (CRP) )
 Kultur darah
DIAGNOSIS BANDING
 Meningitis Bakterial
 Kanker otak (primer atau metastasis)
 Cryptococcosis
 Cysticercosis (Infeksi Cacing Pita Babi)
 Abses epidural
 Ensefalitis fokal
 Aneurisma mikotik
 Emboli serebral septik menyebabkan infark
 Trombosis sinus dural septik
TATALAKSANA

Bedah Farmakologi

Dapat
Antibiotik disesuaikan dg
infeksi sekunder

Kortikosteroid
Antibiotik
Ampicillin Cefotaxime Ceftriaxone Ceftazidime
(Marcillin, (Claforan) (Rocephin) (Fortaz, Ceptaz,
Omnipen) Tazidime)

Chloramphenicol Metronidazole Meropenem Imipenem plus


(Chloromycetin) (Flagyl) (Merrem) cilastatin
(Primaxin)

Vancomycin Cefepime
(Vancocin) (Maxipime)

Kortikosteroid Dexamethasone
(Decadron, Dexasone)
TERAPI
INDIKASI OPERASI
 Abes Cerebri yang tidak merespon pengobatan
 Abses yang bertambah ukuran pada 2-3 minggu
 Pada Abses Cerebri akibat trauma untuk
mengeluarkan benda asing
 Abses Cerebral di batang otak  resiko herniasi
 Abses cerebri periventrikular
 Abses cerebri multiple
PRINSIP OPERASI
 Berdasarkan “Infection in Neurosurgery Working
Party of The British Society for Antimicrobial
Chemotheraphy”:
 Menurunkan TIK dengan aspirasi
 Untuk mengkonfirmasi diagnosis

 Untuk mendapatkan pus sebagai bahan pem.


Mikrobiologi
 Untuk meningkatkan efikasi terapi antibiotik

 Menghindari penyebaran infeksi iatrogenik ke ventrikel


KOMPLIKASI

Hemiparesis Kelumpuhan Hidrosefalus


saraf kranial

Gangguan Gangguan
intelektual & Ataksia penglihatan
perilaku

Kejang
berulang
PROGNOSA
 Mortality rate adalah sekitar 15%.
 Mortalitas lebih tinggi pada immunocompromised,
riwayat transplantasi dan menggunakan brain stem
atau abses hemisfer dalam.
KESIMPULAN
Abses cerebri  kumpulan bahan supuratif pada
parenkim otak

Penyebab abses cerebri adalah bakteri piogenik yang


menyebar ke otak secara perkontinuitatum atau
hematogen

Terdiri atas stadium cerebritis, nekrosis, dan lesi di


kapsula fibroti

Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan neurologis, pemeriksaan
penunjang (CT Scan, MRI, CSF)

Terapi pada abses otak. Operatif atau nonoperatif.


Secara farmakologi dilakukan dengan pemberian
antibiotik, kortikodteroid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Martinez D. 2014. Emerging pathogens in the central
nervous system: a cerebral abscess by Streptococcus
porcinus. Mexico: Medicina Universitaria;16(65)177-180
2. Alvis H et all. 2013. Brain abcess: Current management.
Journal of Neurosciences in Rural Practice
3. Itzhak et all. 2017. Brain Abcess. Medscape. Available at :
https://reference.medscape.com/article/212946-
overview?src=android&devicetype=android&osversion=8.
1.0&appversion=6.2.1&src=medscapeapp-
android&ref=share
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai