Anda di halaman 1dari 19

PATOFISIOLOGI PPOK, OBAT-OBATAN dan

MEKANISME KERJA 0BAT

Oleh :
TINA MAULINA PASARIBU (101001243)
RIZKY AMIN NASUTION (101001211)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Latar Belakang

“Penyakit paru obstruktif kronik” adalah istilah yang disadari kurang tepat
dan digunakan untuk mencirikan suatu proses yang ditandai oleh ada nya
brokitis kronik atau emfisema yang dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi saluran nafas. Meskipun sering di anggap sebagai proses yang
independen, bronkitis kronik dan emfisema memiliki faktor etiologis yang
sama dan sering di jumpai pada satu pasien. Hal ini mencerminkan apa
yang saat ini kita ketahui tentang evolusi kedua penyakit tersebut.
Penyakit paru obstrutif kronik (PPOK) merupakan penyakit kronik yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara dalam saluran nafas yang
irreversibel.
 Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut adalah :
- Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-
70%)
- Pertambahan penduduk
- Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-
an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an
- Industrialisasi
- Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri,dan
pertambangan
2
 Epidemiologi
Kebanyakan informasi tentang PPOK mengenai prevalensi,
morbiditas, dan mortalitas berasal dari negara berkembang. Data
prevalensi dan morbiditas biasanya diperkirakan lebih dari data
yang sebenarnya karena penyakit ini biasanya tidak terdiagnosis
sampai adanya gejala klinis dan perburukan. Penelitian yang
dilakukan dari tahun 1990 hingga 2004 pada 28 negara
mendapatkan prevalensi PPOK lebih tinggi pada pasien perokok
dibandingkan bukan perokok. Diperkirakan prevelensi pasien
PPOK derajat sedang hingga berat sekitar 6,3%. Di Amerika
Serikat pada tahun 2000 terdapat 8 juta pasien PPOK yang dirawat
jalan, 1,5 juta yang dirawat di departemen emergensi, dan 673.000
yang dirawat inap.

3
 Patofisiologis
Inhalasi asap rokok dan partikel berbahaya lainnya menyebabkan
inflamasi di saluran nafas dan paru seperti yang terlihat pada
pasien PPOK. Respons inflamasi abnormal ini menyebabkan
kerusakan jaringan parenkim yang mengakibatkan fibrosis saluran
nafas kecil. Perubahan patologis menyebabkan udara terperangkap
dan keterbatasan aliran udara yang bersifat progresif.
Inflamasi saluran nafas pasien PPOK merupakan amplifikasi dari
respons inflamasi normal akibat iritasi kronik seperti asap rokok.
Mekanisme untuk amplifikasi ini belum di ketahui, kemungkinan
di sebabkan faktor genetik. Pada pasien PPOK yang tidak
mempunyai riwayat merokok, penyebab respons inflamasi yang
terjadi belum diketahui. Inflamasi paru diperberat oleh stres
oksidatif dan kelebihan proteinase. Semua mekanisme ini
pengaruh pada karakteristik perubahan patologis PPOK.

4
 Sel inflamasi pada PPOK
- Neutrofil
- Makrofag
- Limfosit B
- Eosinofil
- Sel Epitel

5
 Stres Oksidatif
Stres oksidatif dapat menjadi mekanisme penguatan penting
dalam PPOK. Biomarker stres oksidatif ( misalnya,
peroksidasi hidrogen, 8-isoprostan) meningkat dalam
sputum, kondensat hembusan napas dan sirkulasi sistemik
pada pasien PPOK. Stres oksidatif lebih lanjut meningkat
pada eksaserbasi.

6
Diagnosa PPOK dipertimbangkan bila timbul tanda dan gejala seperti pada terlihat tabel.

Gejala Keterangan
Sesak Progresif ( sesak bertambah berat
seiring berjalannya waktu)
Bertambah berat dengan aktifitas
persisten (menetap sepanjang hari)
Pasien mengeluh berupa “perlu usaha
untuk bernapas”
Berat, sukar bernapas, terengah-engah.

Bentuk kronik Hilang timbul dan mungkin tidak


berdahak

Bentuk kronik berdahak Setiap batuk kronik berdahak dapat


mengindikasikan PPOK

Riwayat terpajan faktor resiko Asap roko


Debu
Bahan kimia di tempat kerja
Asap dapur

7
Klasifikasi PPOK
Derajat Klinis
Derajat I : PPOK ringan Gejala batuk kronik dan produksi
sputum ada tapi tidak sering. Pada
derajat ini pasien sering tidak
menyadari bahwa faat paru mulai
menurun

Derajat II : PPOK sedang Gejala sesak mulai dirasakan saat


aktivitas dan kadang ditemui gejala
batuk dan produksi sputum. Pada
derajad ini biasanya pasien mulai
memeriksakan kesehatannya

Derajat III : PPOK berat Gejala sesak lebih berat, penurunan


aktivitas, rasa lelah dan serangan
eksaserbasi semakin sering dan
berdampak pada kualitas hidup pasien.

Derajat IV : PPOK berat Gejala di atas ditambah tanda-tanda


gagal napas atau gagal jantung kanan
dan ketergantungan oksigen. Pada
derajat ini kualitasbhidup pasien
memburuk dan jika eksaserbasi dapat
mengancam jiwa. 8
 Diagnosa Banding
- Asma
- SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis) Adalah
penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada
penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang
minimal.
- Peumotoraks
- Gagal jantung kronik
- Penyakit paru dengan onstruksi saluran napas pain
misalnya : brokiektasis, destroyed lung.

9
 Penatalaksanaan Umum PPOK
Tujuan Penatalaksanaanya :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
 Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
- Edukasi
- Obat-obatan
- Terapi oksigen
- Nutrisi
- Ventilasi mekanik
- Rehabilitasi
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan PPOK terbagi atas :
- Penatalaksanaan pada keadaan stabil
- Penatalaksanaan pada eksaserbasi akut

10
 Obat-Obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser
tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajad
berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau
obat berefek panjang ( long acting ).

11
Macam-Macam Bronkodilator :
Obat IDT/ISK Nebulizer Oral (mg) Vial Injeksi Lama Kerja
(µgr) (mg) (jam)

ANTIKOLIN
ERGIK

Iprattropiu 40-80 0,25-0,50 - 6-8


m

Tiotropium 18 - 24

AGONIS B2
AGONIS
SINGKAT
KERJA

12

Fenoterol 100-200 0,5-2,0 - 4-6


Salbutamol 100-200 2,5-5,0 2-4 4-6
Terbutalin 250-500 5-10 2-4 4-6
Prokaterol 10 0,03-0,05 0,25-0,5 6-8
AGONIS B2
AGONIS KERJA
LAMA

Formoterol 4,5 - - 12
Indacaterol 150-300 - - 14

Salbutamol 50-100 - - 12
TERAPI
KOMBINASI
Fenoterol + 200+20 - 4-8
Iprattropium

Salbutamol + 75+15 2,5+0,5 - 4-8


Pratropium

Flutikason + 50/125+25 12
Salmeterol

Budenosid + 80/160+4,5 12
Formoterol

METILXANTIN

Aminofilin - 200 240 4-6 13


Teofilin LL - 100-400 Bervariasi bisa
sampai 24 jam
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral
atau injeksi intravena, berfungsi menekan yang terjadi, dipilih
golongan metilprednisolon atau prednison.

c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
 Lini I : Amoksisilin, Makrolid
 Lini II : Amoksisilin dan asma klavulanat, sefalosporin,
Kuinolon, Makrolid baru

d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti
hidup, digunakan N- Asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK
dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin.
14
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang viscous.

f. Antitusif
Diberikan dengan hati-hati

Gejala Golongan Obat Obat dan Kemasan Dosis

Tanpa gejala Tanpa obat


Gejala terus Antikolinergik Ipratropium bromida 2-4 semprot

Menerus 20 µgr 3-4 ×/hari


Inhalasi Agonis β2 Salbutamol 100µgr / 2-4 semprot / 3-4
semprot x/hari

Kombinasi terapi Ipratropium bromed 2-4 semprot

15
 Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan
yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi
oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel
baik di otot maupun organ-organ lainnya.

 Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi
dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik
atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik.

 Ventilasi mekanik tanpa intubasi


Ventilasi mekanik tanpa intubasi digunakan pada PPOK
dengan gagal napas kronik dan dapat digunakan selama di rumah.

16
 Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi
yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme.

 Pencegahan
1. Mencegah terjadinya PPOK
- Hindari asap rokok
- Hindari polusi udara
- Hindari infeksi saluran napas berulang
2. Mencegah perburukan PPOK
- Berhenti merokok
- Gunakan obat-obatan adekuat
- Mencegah eksaserbasi berulang

17
Daftar Pustaka
 M Hadiarto dkk. Pedoman Praktis Diagnosis dan
Penatalaksanaan Di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.
 A Budhi. Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011 : Jakarta.
 N Cindy H (edit). Patofisiologis Paru Esensial. Edisi 6.
Jakarta : EGC, 2010.
 http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
ppok/ppok.pdf.
 http://irmanweb.files.wordpress.com/2008/07/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan-copd.pdf.

18
Terima Kasih

19

Anda mungkin juga menyukai