Anda di halaman 1dari 14

SISTEM HEMATOLOGI PADA ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN ANEMIA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. ELDIATMA
2. MONIKA HELENTINA
3. NORJANI
4. EWITA
5. DAISOPANG
6. RANDI ALFAHRI BILAH
Defenisi Anemia
• Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit
atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku
untuk orang sehat (Nelson,1999).
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di
sebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau
karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah.
(Guyton,1997).
• Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah
normal.(Wong,2003).
• Anemia adalah penurunan dibawah normal dalam jumlah
eritrosit, banyaknya hemoglobin, atau volume sel darah
merah, sistem berbagai jenis penyakit dan kelainan (Dorlan,
1998)
Etiologi
Patofisiologi
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
Klasifikasi anemia
1. Anemia aplastik
2. Anemia pada penyakit ginjal
3. Anemia pada penyakit kronis
4. Anemia defisiensi besi
5. Anemia megaloblastik
6. Anemia hemolitika
– Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat,
gelisah
– Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam,
gelisah
– Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan
BAK dan BAB
– Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
– Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam
– Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
– Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan
bengkak pada lengan dan kaki. (Price A Sylvia, 19995, hal :
240)
Pemeriksaan diagnostic
– Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% –
50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan
total SDM.
– Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel
bentuk bulan sabit.
– Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya
hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang
diwariskan (trait)
– Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin
abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
– LED : meningkat
– GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
– Bilirubin serum : meningkat
– LDH : meningkat
– IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
– Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
– Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang (Doenges E.M, 2002, hal :
585).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin
antitimosit(ATG)

2. Anemia pada penyakit ginjal


a. Pada paSien dialisis harus ditangani dengan
pemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan
tidak memerlukan penanganan untuk aneminya,
dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, sumsum tulang dipergunakan untuk
membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi


a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros,
glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh
defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin
B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang
menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan
diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM
pada pasien dengan gangguan absorbsi.
Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada
masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena
krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke
RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit
mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal
paru dan ginjal dapat berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput
femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir
dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal
berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris
menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga
akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-
kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer
Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536)
Pengkajian
1. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan
2. Pucat
3. Mudah lelah
4. Pusing kepala
5. Napas pendek
6. Nadi cepat
7. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine.
8. Gangguan pada sisten saraf
9. Gangguan cerna.
10. Pika
11. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
12. Suhu tubuh meningkat
13. Pola makan
14. Pemeriksaan penunjang(hb,eritrosit,hematokrit)
15. Program terapi, prinsipnya :
- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
Diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada
klien anemia sel sabit baik aktual maupun potensial
adalah sebagai berikut :
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem
transpor oksigen sekunder akibat anemia
2. Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang
pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Sekian dan
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai