Anda di halaman 1dari 106

KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Pereceptor : dr. Joan Willy Ansar, Sp. An

KEPANITRAAN KLINIK
BAGIAN ANESTHESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL MOELOEK
2019

Periode 29 April – 01 Juni 2019


Body fluid compartement
(based on average 70 kg
male)
1 2

AIR SOLUT

The VOLUME OF FLUID (WATER) WITHIN EACH COMPARTMENT is determined by its SOLUTE
COMPOSITION AND CONCENTRATIONS
SOLUT

ELEKTROLIT NON ELEKTROLIT


Substansi yang berdiasosiasi Substansi yang tidak
(terpisah) di dalam larutan dan berdisosiasi dalam
akan menghantarkan arus listrik. larutan.
Terdiri dari KATION dan ANION
SOLUT : ELEKTROLIT

kalium adalah penentu terpenting


tekanan osmotik intraseluler, sedangkan
natrium adalah yang paling penting
penentu tekanan osmotik ekstraseluler.
SOLUT : NON-ELEKTROLIT
KATION

Na+ K+

Ca++ Mg++
Hiponatrium ≤ 1
90% dari CES 35 mEq/liter

Natrium
Normal 136-14 Hipernatrium ≥
8 mEq/liter 149 mEq/liter

Na+ dikontrol oleh Ald


osteron, ADH (Antideur
etic Hormone), dan Atri
al Natriuretic peptide (
ANP)
HIPONATRIUM HIPERNATRIUM

NATRIUM
ETIOLOGI ETIOLOGI
• Penurunan Intake natrium • Dapat terjadi bersama dehidrasi
• Peningkatan kehilangan natrium akibat v • Diet tinggi natrium
omitus , diare, defisiensi aldosteron , peng • Natrium yang berlebih dari IVFD
gunaan diuretik, air yang berlebih . • Hipertonik pada CES

GEJALA KLINIS
• Lemah, pusing, nyeri kepala, hipotensi
GEJALA KLINIS
• Takikardi dan syok • Hipertensi
• Bingung, stupor, dan koma • Edem
• Agitasi
• Konvulse
Natrium
Natrium
HIPONATRIUM
• Klasifikasi hiponatremia be • Klasifikasi hiponatremia b

Natrium
rdasarkan derajat berat nil erdasarkan waktu terjadin
ai biokimiawi ya
 Hiponatremia Ringan  Hiponatremia Akut <
(130 dan 135 mmol/L
48 jam
yang diukur dengan i
on elektroda khusu)
 Hiponatremia Kronik
 Hiponatremia Sedang > 48 jam
( 125 dan 129 mmol/L
yang diukur dengan e • Klasifikasi hiponatremia b
lektroda Khusus) erdasarkan gejala
 Hiponatremia Berat (  Gejala Cukup Berat
< 125 mmol/L yang di
 Gejala Berat
ukur dengan ion elekt
roda khusus)
• Klasifikasi Hiponatremia Berdasarkan Gejala

Natrium
KOREKSI HIPONATRIUM

Na+ deficit = TBW ( Desired [Na+] – Present [Na+]

Example :
Seorang perempuan mengalami letargi dan mempuny
ai natrium plasma 118 meq/L. Berapa banyak nacl yan
g harus diberikan agar natrium plasma mencapai 130

Natrium
meq/L ?

Jawaban

TBW ( Perempuan) = 50 % dari BB


Na+ deficit = 80 x 0.5 x (130-118) = 480 mEq Note: Kenaikan Natrum plasma
Nacl 0.9%= =154mEq/L 0,5 mEq/L gejala sedang
148: 154= 3.12 L 1 mEq/L gejala sedang
Pemberian dalam 24 jam (130 ml/jm) 1,5 mEq/L gejala berat
KOREKSI HIPERNATRIUM

Normal TBW x 140 = present TBW x [Na+]plasma

Example :
Seorang laki-laki berat 70kg dengan Na plasma 160 m
Eq /L. berapa banyak cairan yang diberikan agar plas
ma darah mencapai 140 mEq/L ?

Natrium
• 5300 ml diberikan 48 jam
Jawaban Jadi 110 mL/Jam
• Jenis Cairan Dextrose 5%
Pertimbangan Anatesi Pertimbangn Anastesi
pada Hiponatrium pada Hipernatrium

Natrium
Hipernatrium dapat meningkatkan konsentrasi
Na < 130 mEq/L harus mempertimbangkan
minimum alveolus pada anastesi inhalasi pada studi di
keselamatan pasien
hewan

Anetesi pada hipovolemia dapat terjadi vasodilatasi


Operasi elective kadar Na > 130 mEq/L dan cardiac depression dan faktor predisposisi
terjadinya hipotensi dan hipoperfusi jaringan

Tur Prostat Hiponatrium Edem Cerebri Tunda operasi koreksi hipernatrium

Edem Cerebri dapat menurunkan konsentrasi minimum


alveolus pada inhalasi dan dapat menimbulkan gejala
postoperatif : agitasi, bingung dan somnolen
Dikontol oleh ald
K+ menjaga keseimbang osteron
an volume cairan intraselu
ler
Hipokalemia <

KALIUM
Mengatur regula
3,5 mEq liter
si PH Tubuh

Normal 3,5 – 5,0 mEq Hiperkalemia


/liter > 5,0 mEq/lit
er
HIPOKALEMIA HIPERKALEMIA

KALIUM
ETIOLOGI ETIOLOGI
• Pengeluaran berlebihan akibat vom • Pengambilan kaliumyang berlebih
itus dan diare • Gagal ginjal
• Penurunan pengambilan kalium • Defisiensi aldosteron
• Hiperaldosteron, penyakit ginjal, d • Kerusakan jaringan tubuh
an terapi diuresis • Transfusi hemolisis darah

GEJALA KLINIS
• Kelelahan otot, paralisis, kebingung
GEJALA KLINIS
an, peningkatan urin output,pernapa • Iritabilitas
san dangkal, EKG abnormal ( Gelo • Mual
mbang T data) • Vomitus
• Diare
• Kelelahan otot
• Dapat menyebabkan kematian akibat ve
ntricular febrilation
KALIUM
KALIUM
Koreksi Hiperkalemia
• Hiperkalemia berhubungan dengan
hiporaldosteron yang dapat diterapi dengan
mineralokortikoid. Koreksi Hipokalemia
• Mengatasi pengaruh hiperkalemia pada
membran sel dengan pemberian Kalsium IV • Potasium oral (60-80 mEq/L)
. Kalsium glukonat dapat diberikan 10 ml IV
selama 2 – 3 menit dengan monitor EKG.
• Potasium Chloride IV dapat
Apabila efek hiperkalemia masih ada diberikan 10- 20 mEq/h. Apabila
berikan Kalsium glukonat setelah 5 menit. pasien dengan resiko gejala

KALIUM
• Memacu masuknya kembali kalium dari klinis pada jantung (aritmia )
ekstrasel ke intrasel : 1) Insulin 10 unit +
glukosa 40 % 50 ml bolus intravena lalu dan kelemahan otot dapat
diikuti dengan infus dekstrosa 5 % untuk diberikan 40 – 100 mEq/h. KCL
mncegah Hipoglikemi. 2) Natrium 20 mEq dalam 100 cc Nacl
bikarbonat tanpa asidosis metabolik dapat
diberikan 50 mEq IV selama 10 menit. 3) isotonik. Bila melalui vena
Pemberian B2- antagonis ( albuterol 10-20 perifer dapat diberikan 60 mEq
mg) dilarutkan 1000 cc .
• Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh :
Pemberian furosemid dan tiasid .
Hemodialisis
Diregulasi oleh P
Ca2+ 98 % pada dewasa berlokas aratiroid hormon
i pada skletal dan gigi. Merupakan k (PTH)
ation ekstraselular

Hipokalsemia <

Calsium
Kkonsentrasi normal 4
4,5 mEq liter
,5 – 5,5 mEq/liter

Hiperkalsemia
Ca2+ berperan dalam pembekuan dar
ah , pelepasan Neurotranmitter, > 5,5 mEq/lit
Mengatur keseimbangan tonus otot, er
HIPOCALCEMIA HIPERCALCEMIA

ETIOLOGI ETIOLOGI

Calsium
• Peningkatan kehilangan calcium • Hiperparatiroidisme
• Penurunan intake calcium • Kanker
• Elevasi fasfat level • Intake vitamin D yang berlebih
• Hypoparatiroidisme • Paget’s disease

GEJALA KLINIS
• Tremor
GEJALA KLINIS
• Kejang • Letargi, Kelelahan, Anoreksia, Nausea, V
• Fraktur tulang omitus , poliuri, nyeri otot, gatal, depresi,
• Spasme otot laring sehingga dapat bingung, parestesia, stupor, koma
mengakibatkan kematian oleh asfik
sia
Pertimbangan Anatesi pada Pertimbangan Anastesi pada
Hiperkalsemia Hipokalsemia

Hiperkalsemia pada Operasi Elektif


Koreksi terlebih dahulu
koreksi apabila memungkinkan.
Pada saat operasi yang terpenting

KALIUM
Kadar Kalsium harus terus
jaga keseimbangan hemodinamik dan
dimonitoring pada saat intraoperatif
cairan
Respon terhadap anastesi tidak dapat Alkalosis harus dihindariuntuk
diprediksi. Kontrol dan observasi mencegah penurunan lebih lanjut
ventilasi pada GA kadar kalsium
Koreksi Koreksi Hipokalsemia
Hiperkalsemia
• Hiperkalsemia biasanya
• Ca IV 100- 200 mg
mengakibatkan hipovolemia sehingga Kalsium elemental atau 1
berikan Nacl isotonik -2 gram Ca Glukonas
• Untuk menghambat reabsorbsi tulang dalam 10- 20 menit. Lalu
dapat diberikan Kalsitonin IM atau diikuti dengan infus
subcutan setiap 12 jam dengan dosis
4 IU /KgBB, Bifosfonat, dan Galium kalsium glukonas dalam
dekstosa atau nacl

Calsium
nitrat .
• Mengurangi absorbsi kalsium dari isotonis dengan dosis 0.5
usus . Pemberian glukokrtikoid – 1.5 mg kalsium
(prednison 20 -40 mg/hari) untuk
mengurangi kalsitriol . Ca dapat turun elemental /KgBB dalam 1
dalam 2-5 hari jam
• Hemodialisis/ Dialisis peritoneal • Kalsium infus dapat
diganti dengan kalsium
oral dan kalsitriol 0.25 –
0.5 Mg/hari
Mg2+ sangat peting dalam pengat
uran neurotransmitter , transmisi sina
p, fungsi miokardium,
Hiponmagnesium
Sekresi (PTH) < 1,3 mEq /lite

Magnesium
r
Konsentarasi normal 1
,3 – 2,1 mEq/liter
Hipermagnesi
um > 2,1 mE
Mg2+ kofaktor dalam metabolis q/liter
me karbohidrat dan protein serta
pengaturan pompa natrium- kaliu
m
HIPOMAGNESIUM HIPERMAGNESIUM

Magnesium
ETIOLOGI ETIOLOGI
• Tidak adekuat intake atau peningk • Gagal Ginjal
atan pengeluaran melalui urin dan f • Defisiensi Aldosteron
eses • Hipotiroidisme
• Alkaholisme,malnutrisi, Diabetes Mel
itus, Terapi diuretik

GEJALA KLINIS
• Kelelahan, iritabilitas, delirium, keja
GEJALA KLINIS
ng, bingung, anoreksia, nausea, vom • Hipotensi, kelelahan otot, paralisis, nause
itus, parestesia, dan aritmia a, vomitus .
Pertimbangan Anatesi pada Pertimbangan Anastesi pada
Hipermagnesemia Hipomagnesemia

Membutuhkan monitoring ketat

KALIUM
Koreksi pada operasi elektif karena
pada EKG, Tekanan darah, dan dapat menyebabkan aritmia
ungsi neuromuskular
Potensi terjadinya vasodilatasi
dan efek negatif inotropik dapat
erjadi
Penurunan dosis
nondepolarizing NMBs
Koreksi Koreksi Hipomagnesemia
Hipermagnesemia
• Pada pasien tetani atau aritmia
• Apabilatimbul gejala yang berat ventrikel dapat diberikan 50 mEq
dapat diberikan 100 -200 mg (600mg) MgSo4 dalam 8 – 24 jam.
elemental kalsium IV selama 5 - Pemberian dapat diberikan melalui
10 menit infus dengan larutan glukosa.
• Pemberian hipomagnesemia

Magnesium
kronik dengan MgO 250 – 500 mg
empat kali sehari
• Hipomagnesemia + Hipokalsemia ,
pada pasien dengan fungsi ginjal
normal berikan 10% magnesium
sulfat sebesar 2 g daam 100cc
cairan per 1 jam. Pada hipokalsemi
kronik yang disertai hipoparatiroid
dapat diberikan kalsium oral (
Kalsium karbonat 250 mg kalsium
elemental / 650 mg tablet
ANION
Cl- HCO3- PO4 3-
Diregulasi oleh
Konsentrasi Normal 95 – ADH
105 mEq/liter

Magnesium
Menjaga Keseimbangan An Hipokloremia <
ion pada dua komparteme 95 mEq /liter
n yang berbeda
Cl-
Cl- merupakan bagian dari HCl y
Hiperkloremia
ang disekresikan ke gaster > 105 mEq/li
ter
HIPOKLOREMIA HIPERKLOREMIA

ETIOLOGI ETIOLOGI
• Vomitus, overhidrasi, defisiensi aldo • Dehidrasi, kelebihan intake chlorida, Gag
steron, CHF, Terapi diuretik al ginjal berat, hiperaldosteron, asidosis.

Cl-
GEJALA KLINIS
• Spasme otot, alkalosis metabolik, pe
GEJALA KLINIS
rnapasan dangkal, hipotensi, dan te • Letargi, kelelahan, asidosis metabolik, per
tanus. napasan yang cepat dan dalam.
Mengatur asam-
• Konsentrasi 22-26 mEq/l basa tubuh
iter pada darah arteri
• Konsentrasi 23-27 mEq/l
iter pada darah vena

Magnesium
• Konsentrasi diintraseluler
HCO3-
HCO3- diregulasi oleh ginj
hanya sedikit al
Tiga ion phosfat (H2Po4, HP
o42-, Po43-)

Magnesium
• Intraseluler Anion, Konsentr Hipophospatemi
asi Normal 100 mEq/liter a < 1,7 mEq /lit
• Konsentrasi Plasma 1,7-2,6 er
mEq/liter
PO4 3-
Diregulasi oleh hormon PTH dan k
Hiperphospat
alsitriol pada plasma darah emia > 2,6
mEq/liter
HIPOPHOSPATEMIA HIPERPHOPATEMI
A
ETIOLOGI ETIOLOGI
• Peningkatan Urin, penurunan absor • Gagal ginjal, peningkatan intake phospat
bsi intestinal, dan peningkatan utilis , dan kerusakan jaringan yang melepask
asi an phospat di darah

PO4 3-
GEJALA KLINIS
• Bingung, kejang, koma, nyeri dada
GEJALA KLINIS
dan otot, tremor, penurunan koordin • Anoreksia, nausea, vomitus, kelelahan otot
asi, kehilangan memori, dan letargi , hiperaktif reflek, tetanus, dan takikardi
Koreksi Koreksi Hipofosfatemia
Hiperfosfatemia
• Akut dapat disertai dengan
• Pengobatan pada etiologi
hipolkalsemia dapat diberikan • Vit D 400-800 IU per hari
larutan Nacl isotonik yang dapat • Fosfor oral 2,5 – 3,5 gram
meningkatkan ekskresi fosfor perhari
urin.
• Fosfor IV tidak lebih 2,5
• Berika asetozolamida (inhibitor
karbonik anhidrase) 15 mg/kgbb mg/KgBB selama 6 jam
setiap 4 jam
• Hemodialisis PO4 3-
• Kronik tujuan pengobatan
pengikatan fofat seperti kalsium
karbonat, kalsium asetat,
savelamer, lantanum karbonat
Pertimbangan anastesi Pertimbangan anastesi
pada hiperfosfatemia pada hipofosfatemia

Tidak ada interaksi spesifik Fungsi neuromuskular harus di


hiperfosfatemia dengan anastesi monitoring ketika diberikan NMBs

Ventilasi harus dimonitoring PO4 3-


postoperatif akibat kelemahan otot.
Terima Kasih
Anamnesis

Keluhan utama • Benjolan pada liang telinga kanan

• Benjolan pada liang telinga kanan pertama kali muncul 5


bulan yang lalu, awalnya seperti jerawat kemudian pecah
dan timbul kembali dan dirasakan semakin membesar
Riwayat penyakit hingga teraba dari lubang telinga. Pasien juga merasakan
sekarang nyeri telinga kanan hilang timbul sejak 5 bulan yang lalu
disertai dengan keluar cairan dari telinga warna bening
kekuningan. Gangguan pendengaran (-), keluar darah dari
liang telinga (-).

Riwayat penyakit • Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang


dahulu berhubungan sebelumnya
Anamnesis

Riwayat Penyakit
keluarga • disangkal

Riwayat • Tidak mengonsumsi obat-obatan rutin


pengobatan

Riwayat alergi • disangkal


TINJAUAN PUSTAKA
PREOPERATIF

Riwayat Pribadi
A: os tidak memiliki alergi • Pasien tidak merokok, minum m
inuman beralkohol, dan mengk
M: - onsumsi obat-obatan. Pasien ju
ga tidak memiliki riwayat aler
P: - gi makanan maupun obat-oba
tan. Tidak pernah kejang dan
L: nasi telur, 14.00 tidak ada gigi goyang ataupu
n memakai gigi palsu
E: - Riwayat Operasi: -
PREOPERATIF

L Look
tidak ada kelainan gigi, mulut dapat di buka lebar, leher tidak tampak pendek

E Evaluasi
3-3-3 dapat dilakukan dengan baik

M Mallampati
II

O Obstruksi
Tidak ada obstruksi jalan napas

N Neck
Pasien dapat ekstensi leher
Pemeriksaan Fisik
Status Present
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 100/80 mmHg
• Nadi : 97 x/menit
• Pernafasan : 22 x/menit
• Suhu : 36,5 C
• SpO2 : 99%
• BB : 50 kg
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 14,0 14-18 g/dl
Leukosit 8.100 4.800-10.800 /mikroliter
Eritrosit 4,2 4,7-5,4 Juta/mikroliter
Hematokrit 38 37-47
Trombosit 279.000 150.000-450.000 Mikroliter
MCV 91 78-99 Fl
MCH 34 27-31 Pg
MCHC 37 30-35 g/dl
Hitung Jenis
- Basofil 0 0-1
- Eosinofil 0 2-4
- Batang 0 3-5
- Segmen 63 50-70
- Limfosit 30 25-40
- Monosit 7 2-8
Kimia
SGOT 19 <31 U/L
SGPT 25 <31 U/L
Gula Darah 172 <140 mg/dL
Sewaktu
Ureum 22 13-43 mg/dL
Creatinine 0,59 0,55-1,02 mg/dL
Natrium 137 135-145 Mmol/L
Kalium 4,0 3,5-5,0 mmo/L
Kalsium 8,1 8,6-10 mg/dl
Klorida 103 96-106 Mmol/L
LED 24 0-15 mm/jam
CT 12 9-15 menit
BT 2 1-3 menit
Diagnosis
Papiloma Squamosa CAE dextra

Rencana Tindakan
Ekstirpasi

Operator
dr. Fatah, Sp.THT-KL

ASA :I
Advice : puasa 6 jam sebelum op mulai
INTERA-OPERATIF
Tindakan operatif : Ekstirpasi
Tindakan Anestesi : general anestesi
Posisi : supinasi
Obat anestesia : fenatanyl 100 mcg
propofol100 mg
ondansentron 4mg
ketorolac 30mg
Intubasi :-
Benda asing :-
Ventilasi : circuit: CMV
Gas flow : O2 2 L
IV line : tangan kiri nomer 18
Keseimbangan cairan : input kristaloid: 500 cc Blood loos: +50cc
Tekanan darah : 120/70
Tekanan darah Masuk dan rata rata sampai akhir operasi : 120/70
POST-OPERATIF

- Pasien masuk ruang pemulihan


- Observasi tanda tanda vital
- Kontrol balance cairan
- Aldrete score ≥9 pasien dipindahkan ke ruangan
GENERAL ANESTESI

Definisi
Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral
disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
Anestesi memungkinkan pasien untuk mentoleransi prosedur bedah yang akan m
enimbulkan sakit yang tak tertahankan, mempotensiasi eksaserbasi fisiologis yan
g ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan.

Tujuan 04
1. Hipnotik/sedasi: hilangnya kesadaran
2. Analgesia: hilangnya respon terhadap nyeri
3. Muscle relaxant: relaksasi otot rangka
Pertimbangan Pemilihan Anestesi

Umur Satus Fisik Posisi Pembedaan

Keterampilan
dan Kebtuhan Keinginan Pasien
Pembedah dan
Anestesiologi
Faktor yang Mempegaruhi Anestesi Umum

Pernapasan Zat Anestesi Sirkulasi Jaringan

- Konsetrasi zat yang di MAC >> Zat - Perubahan tekanan parsial zat - Perbedaan tekanan parsial zat
Anestesika - Rasio konsentrasi zat di darah - antara darah arteri dan jaringan
hirup
- Aliran darah - Koefisien partisi jaringan/darah
- Ventilasi alveolus - Aliran darah
Keuntungan dan Kerugian Anestesi Umum

Keuntungan Kerugian
1 Pasein tidak sadar, mencegah anxietas Sangat mempengaruhi fisiologi hampir semua
pasien selama prosedur medis berlangsung regulasi tubuh menjadi tumpul dibawah anestesi
umum
2 Efek amnesia meniadakan memori buruk Memerlukan pemantauan yang lebih holistic dan
pasien pada kejadian intraoperativ rumit
3 Memungkinkan dilakukannya prosedur Tidak dapat mendeteksi gangguan susunan
yang memakan waktu yang lama saraf pusat misalnya perubahan kesadran
4 Memudahkan kontrol penuh ventilasi pasien Resiko komplikasi pasca bedah sangat besar
5 Memerlukan persiapan pasien yang lebih seksama
Prosedur Anastesi Umum
Penilaian dan persiapan pra anastesi

Premedikasi

Induksi

Relaxant

Maintenance

Emergency

Perawatan pascaoperasi
Persiapan dan Penilaian PraAnestesi

Penilaian Pra-Bedah
Pedoman Puasa
Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Laboratorium
Kebugaran
untuk Anestesi
Klasifikasi Status Fisik

ASA 1 • Pasien dalam keadaan normal dan sehat

ASA 2 • Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena
penyakit bedah maupun penyakit lain

ASA 3 • Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diakibatkan
karena berbagai penyebab

ASA 4 • Pasien dengan kelainan sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin
dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat

ASA 5 • Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan


hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Mallampati
Premedikasi
1. Meredakan 2. Memperlancar 3. Mengurangi
kecemasan dan induksi anesthesia. sekresi kelenjar
ketakutan. ludah dan bronkus.

4. Meminimalkan 5. Mengurangi 6. Menciptakan


jumlah obat mual-muntah amnesia.
anestetik. pasca bedah.

7. Mengurangi isi 8. Mengurangi


cairan lambung. reflex yang
membahayakan.
Induksi dan Rumatan Anestesia
STATICS

S • Stetoskop, Laringo-Scope.
(Scope)

• Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5
T tahun dengan balon (cuffed).
(Tubes)

• Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-


A tracheal airway).
(Airway

• Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.


T (Tape)
• Mandrin atau stilet
I (Introducer)

• Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia.


C (Connector)

• Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.


S (Suction)
Tatalaksana Jalan Napas
TUJUAN :
 Mengatasi obstruksi jalan napas
 Mengantar udara atau gas anestesi dari mesin anestesi
Langkah pertama untuk tatalaksana jalan napas adalah dengan dilakukannya “triple manuver”

SUNGKUP MUKA
 Indikasi pemakaian :
•Tindakan operasi yg singkat (½-1) jam tanpa membuka rongga perut, keadaan umum pasien cukup baik
 Ukuran :
•Ukuran 03 untuk bayi baru lahir
•Ukuran 02,01,1 untuk anak kecil
•Ukuran 2,3 untuk anak besar
•Ukuran 4,5 untuk dewasa
Tatalaksana Jalan Napas
INTUBASI TRAKEA : Tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis,
sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea.
LARINGOSKOPI
Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop :
 Bilah, daun (blade) lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa
 Bilah lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak dewasa
Tatalaksana Jalan Napas
ENDOTRACHEAL TUBE – Pipa Trakea
 Melalui mulut – “Orotracheal Tube”
 Melalui hidung – “nasotracheal tube”
 Bayi dan anak tanpa menggunakan cuff
 Dewasa menggunakan cuff
Klasifikasi obat anastesi umum

Induksi inhalasi Induksi intravena

Halothane Barbiturat

Enfluran Ketamin

Isofluran Propofol

Desfluran Diazepam

Sevofluran Opioid
Anestesi Intravena

1. Propofol
 Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
 bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
 Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi
intravena total 4- 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0.2 mg/kg.
 Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak <3 tahun dan pada
wanita hamil tidak dianjurkan.
Propofol  modulator selektif reseptor GABA yang merupakan neurotransmiter
inhibitor utama di sistem saraf pusat.
Saat reseptor GABA diaktifkan akan terjadi peningkatan konduksi klorida transme
mbran sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel post-sinap dan inhibisi fungsi
neuron post-sinap.
Waktu paruh distribusi awal dari propofol adalah 2-8 menit.
Pada model tiga kompartemen waktu paruh distribusi awal adalah 1-8 menit, yang
lambat 30-70 menit dan waktu paruh eliminasi 4-23,5 jam.
2. Benzodiazepin
Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABA. Berik
atan dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam
sel, yang menyebabakan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dim
ana dapat membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan.

Dengan cara itu, dapat memfasilitasi efek inhibitor dari GABA sehingga
meningkatkan efek GABA dan menghasilkan efek sedasi, tidur dan berb
agai macam efek seperti mengurangi kegelisahan dan sebagai muscle re
laxant.
• Waktu paruh 3-10 menit
3. Opioid
• Obat yang bekerja di reseptor opioid pada sistem saraf pusat (SSP). Mekanis
menya yaitu mengaktivasi reseptor mu (µ) yang dapat menghasilkan efek anal
gesik di SSP dan perifer
 Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk i
nduksi pasien dengan kelainan jantung.
 Untuk anestesi opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg, dilanjutka
n dengan dosis rumatan 0.3-1 mg/kg/menit.
4. Barbiturat

Blokade sistem stimulasi di formasi retikularis


Hambat pernapasan di medula oblongata
Hambat kontraksi otot jantung, tidakmenimbulkan sensitisasi jantung terhadap
ketekolamin
Dosis anestesi : rangsang SSP; dosis > = depresi SSP
Dosis : induksi = 2 mg/kgBB (i.v) dlm 60 dtk; maintenance = ½ dosis induksi
5.Ketamin

Sifat analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja singkat


Ketamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca
anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur, dan mimpi buruk.
Kalau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi midazolam atau diaz
epam (valium) dengan dosis 0.1 mg/kg intravena dan untuk mengurangi salivasi diberi
kan sulfas atropin 0.001 mg/kg.
Dosis bolus untuk induksi intravena adalah 1-2 mg/kg dan untuk intramuskular 3-10
mg.
Ketamin dikemas dalam cairan bening dengan kepekatan 1% (1ml=10mg), 5% (1ml
=50 mg) dan 10 % (1ml=100 mg)
Anestesi Inhalasi
1. Halothane
 Halotan digunakan dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan suatu relaksans
otot, seperti galamin atau suksametonium.
 Kelarutannya dalam darah relative rendah induksi lambat, mudah digunakan, tidak
merangsang mukosa saluran napas
 Bersifat menekan refleks dari faring dan laring, melebarkan bronkioli dan
mengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi
 Famakokinetik: sebagian dimetabolisasikan dalam hati bromide, klorida anorganik,
dan trifluoacetik acid.
 Efek samping: menekan pernapasan dan kegiatan jantung, hipotensi, jika pengguna
an berulang, maka dapat menimbulkan kerusakan hati.
 Dosis: tracheal 0,5-3 v%.
Enfluran
• Anestesi inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis pembedahan, juga
sebagai analgetikum pada persalinan.
• Memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, melemaskan otot uterus
• Tidak begitu menekan SSP
• Resorpsinya setelah inhalasi , cepat dengan waktu induksi 2-3 menit
• Sebagian besar diekskresikan melalui paru-paru dalam keadaan utuh, dan sisan
ya diubah menjadi ion fluoride bebas
• Efek samping: hipotensi, menekan pernapasan, aritmia, dan merangsang SSP. Pa
sca bedah dapat timbul hipotermi (menggigil), serta mual dan muntah, dapat m
eningkatkan perdarahan pada saat persalinan, SC, dan abortus.
Isofluran (Forane)

• Bau tidak enak


• Termasuk anestesi inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan relaksasi otot baik
• Daya kerja dan penekanannya terhadap SSP = enfluran
• Efek samping: hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi bronkhi, meningkatnya jum
lah leukosit. Pasca bedah dapat timbul mual, muntah, dan keadaan tegang
• Sediaan : isofluran 3-3,5% dlm O2; + NO2-O2 = induksi; maintenance : 0,5
%-3%
Sevofluran
• Merupakan halogenasi eter
• Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran
• Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas
• Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia
• Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan
toksik terhadap hepar
• Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan
Desfluran
• Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip isoflu
ran.
• Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestesi volatil lain, sehingga perlu me
nggunakan vaporizer khusus (TEC-6).
• Titik didihnya mendekati suhu ruangan (23.5C).
• Potensinya rendah
• Bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi
• Efek depresi napasnya seperti isofluran dan etran
• Merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesi
Efek Samping Anestesi Inhalasi

Menekan pernapasan
Menekan system kardiovaskuler
Merusak hati dan ginjal
Oliguri (reversibel)
Menekan sistem regulasi suhu
Relaxant
Manfaat obat ini di bidang anestesi :
 Memudahkan dan mengurangi cedera dari tindakan laringoskopi dan
intubasi trakea
 Membuat relaksasi otot lurik selama tindakan pembedahan
 Menghilangkan spasme laring dan refleks jalan napas atas selama
anestesi
 Memudahkan pernapasan kendali selama anestesi
PELUMPUH OTOT DEPOLARISASI (NONKOMPETITIF, LEPTOKURARE)
 Suksinil-kolin (diasetil-kolin) dan dekametonium
 Bekerja spt asetil kolin tp tidak dirusak oleh kolinesterase shg menyebabkan depo
larisasi (kontraksi otot) dan berakhir menjadi relaksasi otot lurik

PELUMPUH OTOT NON-DEPOLARISASI (INHIBITOR KOMPETITIF, TAKIKURARE)


 tidak menyebabkan depolarisasi
 Nondepol Long acting ( durasi kerja 30-120 menit )
d-tubokurarin (tubarin), pankuronium, metakurin, pipekuronium, doksakurium, a
lkurium (alloferin)
Nondepol Intermediate acting ( 15-30 menit )
gallamin (flaxedil), atrakurium (notrixum), vekuronium (norcuron), ro
kuronium (esmeron), cistacuronium
Nondepol Short-acting ( 10-15 menit)
mivakurium (mivacron), ropacuronium
Monitoring Perianestesi
Tujuan :
-Mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada tindakan anestesi
-Memperkirakan kemungkinan terjadinya kegawatan
-Evaluasi hasil tindakan
Yang perlu dimonitor selama operasi:
-Tingkat kedalaman anestesi - EKG
-Tekanan darah - Respirasi
-Nadi - Jumlah perdarahan
-Saturasi oksigen - Status cairan
-Produksi urin - Warna kulit/mukosa
Emergency

EPHEDRINE ADRENALIN
 Hipotensi  Diberikan apabila terjadi cardiac a
 Bila TD sistol < 90mmHg rrest
SULFAS ATROPIN  0,25- 0,3 mg/KgBB
 Diberikan sebagai antibradikardi (<60) DEXAMETHASON
AMINOFILIN  Apabila terjadi reaksi anafilaksis
 diberikan bila terjadi bronkokonstriksi 5m  berikan 1mg/KgBB
g/KgBB
SUKSINIL KOLIN
 Spasme atau kejang laring
 dosis 0,5 mg/kgBB
Perawatan Pasca Anestesi

Setiap pasien yang telah pulih dari anestesi umum akan dibawa ke
Unit Perawatan Pasca Anestesi (UPPA) atau Recovery Room (RR).
Hal-hal yang dapat terjadi pada pasien pasca anestesi :
 Gangguan pernapasan
 Gangguan kardiovaskular
 Gelisah
 Nyeri
 Mual muntah
 Menggigil
Pulih Sadar Anestesi Umum

Airway Ventilasi Hemodin


paten oksigenas amik
i adekuat stabil

Cek kesadaran
Cek tanda vital 5-15 menit (fungsi respirasi, s
irkulasi)
Monitor Pulse Oximetry
Pindah ke RR Fungsi Neuromuskuler/Aktivitas
Penilaian nyeri, ada tidak mual muntah, input
dan output cairan
Original Criteria Modified Criteria Point Val
ue
Monitoring Color
Pink
Oxygenation
SpO2 > 92% on room air 2
Pale or dusky SpO2 > 90% on oxygen 1
Cyanotic SpO2 < 90% on oxygen 0
Respiration
Tentukan skor Ald Can breathe deeply and cough Breathes deeply and coughs freely 2
rete dan skor bro Shallow but adequate exchange Dyspneic, shallow or limited breathing 1
Apnea or obstruction Apnea 0
mage Circulation
Blood pressure within 20% of normal Blood pressure ± 20 mm Hg of normal 2
Blood pressure within 20–50% of nor Blood pressure ± 20–50 mm Hg of nor 1
nilai 8-10 bisa dipi mal mal
ndahkan ke ruang Blood pressure deviating > 50% from Blood pressure more than ± 50 mm Hg 0
perawatan, normal of
normal
Consciousness
5-8 observasi seca Awake, alert, and oriented Fully awake 2
ra ketat, Arousable but readily drifts back to sle Arousable on calling 1
ep
kurang dari 5 pin No response Not responsive 0
dahkan ke ICU Activity
ANALISIS KASUS
Analisis kasus

• Analisis metode • Analisis • Analisis


anestesia penatalaksanaan pemberian
General anestesi cairan
pada pasien
1. Apakah pemberian metode anestesi pada kasus ini Sudah Tepat ?
1. Jenis anestesi

Metode anestesi umum


Parenteral : selain untuk induksi juga dapat digunakan untuk rumatan
anestesia dan tambahan pada analgesia regional atau untuk membantu
.
prosedur diagnostik.
Pada operasi ini digunakan propofol dan fentanyl
25% 30% 15% 35%
2. Indikasi

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kardiorespirasi sehingga


dapat digunakan metode anestesi umum
Indikasi

1. Extreme anxiety and fear


2. Adults or children who have mental or physical disabilities, senile patients or disoriented patients
3. Age – infants and children
4. Short, traumatic procedures
5. Prolonged traumatic procedures
3. Posisi pembedahan

Posisi seperti miring, tengkurap, duduk atau litotomi memerlukan


anestesia umum untuk menjamin ventilasi selama pembedahan.
Demikian juga dengan pembedahan yang berlangsung lama.
4. Memperkecil Risiko

• ASA I, Pasien sehat organik, fisiologik, sikiatrik, biokimia.

• NPO Status, puasa makanan berat 6 jam pre operasi, pasien dewasa umum
nya puasa 6-8 jam. untuk meminimalkan resiko regurgitasi isi lambung dan
kotoran yang terdapat dalam jalan nafas.

• Keadaan pasien, keadaan umum baik, tingkat kesadaran CM, Vital Sign D
BN, pemeriksaan fisik dan penunjang DBN
2. Apakah penatalaksanaan General anestesi pada pasien sudah
tepat?
Analisis tatalaksana general anestesi

Airway • Mallampati II
Manajemen • Menggunakan LMA( laryngeal mask airway)

• Inhalasi: sevoflurane
Induksi • Intravena: propofol, fentanyl

• O2 dan N2O dengan perbandingan 2 : 2


Maintenance • sevoflurane 2 %.
Analisis tatalaksana general anestesi

Sevoflurane 2% untuk induksi


halogenated kombinasi 4%-8% dosis
sevolfurane dalam
Induksi ethers diberikan 50% campuran N20 pemberian
sebanyak 3 % dan oksigen belum tepat.

Propofol 100 mg
dosis yang
Dosis : 2-2,5 mg
Induksi 2 x 63 kg = 126 mg diberikan
mg/kgbb
tidak sesuai.
Analisis tatalaksana general anestesi

Fentanyl 100 mcg

dosis yang
Dosis ; 2-50 diberikan
Analgetik 2 x 63 kg = 126 mcg
mcg/kgbb tidak
sesuai
3. Apakah pemberian cairan pada pasien sudah tepat ?
Analisis cairan

Mulai operasi jam 11:00


Pasien mulai puasa pukul 03.00
Berat badan pasien 63 kg
1o kg I : 4 cc/kgbb/jam : 40 cc/jam
Satu jam pertama operasi : 641 cc
10 kg II : 2 cc/kgbb/jam : 20cc/jam
43 kg III : 1 cc/kg/jam : 43cc/jam
Satu jam kedua operasi : 309 cc
Total : 103 cc/jam Satu jam ketiga operasi : 309 cc
Pasien puasa 8 jam : 103 X 8 = 824 cc Satu jam keempat operasi : 103 cc
Operasi kecil 2-4 cc/kgbb : 63x2 = 126cc/jam
Total kebutuhan cairan : 103 + 824 + 126 = 1053 cc
Thank you
Insert the title of your subtitle Here
Fully Editable Icon Sets : A

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets : B

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets : C

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com

Anda mungkin juga menyukai