Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM
PADA SINUSITIS
ENKI HENDRAWAN
ARIF MAULANA
FIKRI FADLI
PENDAHULUAN
• Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di
dunia. penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola
penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di
rumah sakit
• Yang berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial
• Awalnya diberikan terapi antibiotik dan jika telah begitu hipertrofi, mukosa
polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan
operasi

(DEPKES RI tahun 2003)


BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN • Status perkawinan :
• Nama : Tn. M Menikah
• Jenis Kelamin : Laki-laki • Pekerjaan : Karyawan
• Umur: 33 tahun
• No RM : 42.86.22
• Alamat : Desa Bintang Hue,
Lhoksukon • Ruangan : Vip Kupula
• Suku : Aceh • TMRS : 13-01-
• Agama : Islam 2016
Keluhan Utama : Hidung tersumbat
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat disetai
beringus sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 1
minggu ini. Ingus tidak disertai dengan keluarnya darah.
Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri dibagian wajah
bagian depan. Pasien juga merasakan nyeri kepala bagian
depan. Nyeri biasanya timbul ketika hidung tersumbat,
terasa berputar (-). Pasien juga merasakan badannya
deman beberapa hari ini. Deman terasa naik turun.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat Hipertensi :Disangkal
• Riwayat DM :Disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung :Disangkal
• Riwayat Asma :Disangkal
• Riwayat Alergi Obat :Disangkal
• Riwayat Operasi :Disangkal
Status Generalis Mata : Palpebra : Oedema (-/-)
Airway : Clear Alis dan bulu mata : tidak
Breath : Simetris, mudah di cabut
Spontan, RR 23 x/mnt
Konjungtiva : pucat (-/-)
Circulation : Nadi 75 x/menit
Sklera : iktrerik (-)
Disability : GCS 4-5-6
Hidung : simetris, hipertrofi
Exsposure : 36,7 0C
konka (-/-), epistaksis (-), sekret
Keadaan Umum : Baik purulen
Kesadaran : Compos Mentis Mulut :
Kepala : Simetris, simetris,pembengkakan (-)
Oedema (-)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Wajah : Oedema (-),
THORAX : SIMETRIS DINDING
THORAX DEPAN DAN BELAKANG
Paru Jantung
Inspeksi : normochest, simetris, Inspeksi : Ictus
jejas (-), sikatrik (-) Cordis tidak tampak
Palpasi : stem fremitus Palpasi : Tidak
(normal/normal) ada trill
Perkusi : sonor pada kedua Perkusi : Batas
lapangan paru jantung terkesan normal
Auskultasi : SP: vesikuler, ST: Auskultasi : Suara
(-) S1/S2 Tunggal tanpa suara
tambahan
Abdomen
Inspeksi :
Distensi (-)
Palpasi : Hepar
tidak teraba, lien tidak teraba,
tidak ada defans muskuler
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising
usus (+)
LABORATORIUM (DARAH
RUTIN)
Pemeriksaan Nilai normal Hasil ASSESMENT
Bleeding time 1-5 menit 2 menit Sinusisitis Maksilaris

Clothing time 5-11 menit 7 menit


Darah rutin :    
Leukosit 4-11x103 /mm3 8,0
Eritrosit P : 4,5- 5,5 106 4,8
/mm3
Hemoglobin (Hb) 15,0
L : 13 – 18
Hematokrit (Ht) 44,6
L : 37 – 47
Trombosit 188.000
150.000 – 400.000
LED -
L < 15 mm/jam
LAPORAN ANESTESI
OPERASI
Keadaan pre operasi
Pasien laki-laki usia 33 tahun dengan diagnosa konka hipertrofi + sinusitis maksilaris. Pasien
dijadwalkan untuk dilakukan operasi turbinektomi dan antrostomi.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital preoperatif
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/i
Temp : 36,7
Saturasi : 97
Status : ASA 1
Keadaan intraoperatif

Operasi dilaksanakan pada tanggal 14 januari 2016 pukul 12; 09 s/d 12; 45 wib.
Anestesi umum
Posisi : supine
Anestesi dengan
Pre medikasi : Petidin 25 mg
Kalnex 500 mg
Induksi : sulfat atropin 0,25 mg
Propofol 140 mg
Fentanyl 50 mg
Tracrium 25 mg
Maintanance : N20 : 02 = 3:3 dengan isofluran 2 vol %
Injeksi ranitidine, kalnek dan ondansetron
Follow Up intraoperatif

jam Tekanan Nadi RR Spo2


darah
12: 09 150/92 75 21 97
12: 15 150/92 70 22 98
12 : 20 116/74 90 24 97
12 : 25 118/77 97 21 96
12: 30 119/75 89 19 97
Keadaan pasien pasca operasi

Keadaan umum : tampak sakit sedang


Tanda- tanda vital
Tekanan darah :110/ 84 x/i
Nadi : 95 x/i Aldrete score
RR : 23 x/i Nilai pernafas sirkulasi kesadara aktivitas score
warna an n
Temp : 36,8 Merah Dalam 110/80 Respon Gerak 4 10
muda (2) bernafas mmHg (2) terhadap ekstremit
dalam rangsang as (2)
dan batuk an (2)
(2)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi Umum
Anestesi umum (general anestesia) adalah suatu keadaan tidak sadar
yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh
tubuh akibat pemberian obat anestesia. Untuk mewujudkan trias
anestesi berupa hipnotika, anestesia/analgesia, dan relaksasi
dapat diberikan obat anestesi tunggal maupun kombinasi
Penilaian Preoperatif

kunjungan terhadap pasien sebelum pasien dibedah sehingga dapat diketahui


adanya kelainan di luar kelainan yang akan dioperasi. Tujuannya adalah :
 Memperkirakan keadaan fisik dan psikis pasien
 Melihat kelainan yang berhubungan dengan anestesi seperti adanya
riwayat hipertensi, asma, atau alergi (serta manifestasinya baik berupa
dyspneu maupun urtikaria).
 Riwayat penyakit pasien, obat-obatan yang diminum pasien
 Tahapan risiko anestesi (status ASA) dan kemungkinan perbaikan status
praoperasi (pemeriksaan tambahan dan atau/terapi diperlukan)
 Pemilihan jenis anestesi dan penjelasan persetujuan operasi (informed
consent) kepada pasien.
 Pemberian obat-obatan premedikasi sehingga dapat mengurangi dosis obat
induksi.
klasifikasi ASA

Kelas Pasien sehat tanpa kelainan organik, biokimia,


I atau psikiatri.
Kelas Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
II sedang, tanpa limitasi aktivitas sehari-hari.
Kelas Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang
III membatasi aktivitas normal.
Kelas Pasien dengan penyakit berat yang mengancam
IV nyawa dengan maupun tanpa operasi.
Kelas Pasien sekarat yang memiliki harapan hidup kecil tapi
V tetap dilakukan operasi sebagai upaya resusitasi.
 
Kelas Pasien dengan kematian batang otak yang organ
VI tubuhnya akan diambil untuk tujuan donor
 
E Operasi emergensi, statusnya mengikuti kelas I – VI
diatas.
Premedikasi

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia diantaranya:
 Meredakan kecemasan dan ketakutan
 Memperlancar induksi anesthesia
 Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
 Meminimalkan jumlah obat anestetik
 Mengurangi mual muntah pasca bedah
 Menciptakan amnesia
 Mengurangi isi cairan lambung
 Mengurangi reflek yang membahayakan
No. Jenis Obat Dosis (Dewasa)
Obat-obat yang dapat 
digunakan untuk 
1 Sedatif:   premedikasi
Diazepam 5-10 mg
Difenhidramin 1 mg/kgBB
Promethazin 1 mg/kgBB
Midazolam 0,1-0,2 mg/kgBB

2 Analgetik Opiat  
Petidin 1-2 mg/kgBB
Morfin 0,1-0,2 mg/kgBB
Fentanil 1-2 µg/kgBB
Analgetik non opiat Disesuaikan

3 Antikholinergik:  
Sulfas atropine 0,1 mg/kgBB
4 Antiemetik:  
Ondansetron 4-8 mg (iv) dewasa
Metoklopramid 10 mg (iv) dewasa
5 Profilaksis aspirasi  
Cimetidin Dosis disesuaikan
Ranitidine
Antasid
Monitoring durante operasi

Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor pasien selama anestesi


adalah:

 Frekuensi nafas, kedalaman dan karakter


 Heart rate, nadi, dan kualitasnya
 Warna membran mukosa, dan capillary refill time
 Kedalaman/stadium anestesi (tonus rahang, posisi mata, aktivitas reflek
palpebra)
 Kadar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi
 Pulse oximetry: tekanan darah, saturasi oksigen, suhu.
Kriteria Discharge dari PACU (post anesthesia care unit

Obyek Kriteria Nil


ai
Aldrete Skor
Aktivitas 1. Mampu menggerakkan 4 ekstremitas 2
2. Mampu menggerakkan 2 ekstremitas 1
0
3. Tidak mampu menggerakkan ekstremitas
Respirasi 1. Mampu nafas dalam dan batuk 2
2. Sesak atau pernafasan terbatas 1
0
3. Henti nafas
Tekanan 1. Berubah sampai 20 % dari pra bedah 2
darah 2. Berubah 20-50% dari pra bedah 1
0
3. Berubah > 50% dari pra bedah
Kesadaran 1. Sadar baik dan orientasi baik 2
2. Sadar setelah dipanggil 1
0
3. Tak ada tanggapan terhadap rangsang
Warna kulit 1. Kemerahan 2
2. Pucat agak suram 1
0
3. Sianosis
Nilai Total  
Sinusitis
Definisi
• Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal
yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid
• Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi
dari hidung (rinogen), gigi dan gusi (dentogen), faring,
tonsil serta penyebaran hematogen walaupun jarang.
Sinusitis juga dapat terjadi akibat trauma langsung,
barotrauma, berenang atau menyelam
Pembedahan
Radikal
a. Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
b. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
c. Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
BAB IV
ANALISA KASUS
• Tindakan bedah sederhana pada sinusitis kronik adalah
membuat suatu lubang draenase yang memadai. Suatu
prosedur yang radikal dinamakan menurut dua ahli bedah
yang mempopulerkannya yaitu operasi Caldwell-Luc. dan
pada akhir prosedur dilakukan antrostomi untuk drainase.
• Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan
dengan cara menghilangkan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau
reversibel.
Teknik Pemberiaan Obat Anestesi Umum
ada 2 jenis yaitu :
• inhalasi (Anestesi dengan menggunakan gas atau cairan
anestesi yang mudah menguap sebagai zat anestetika
melalui udara pernafasan)
• parenteral (Anestesi umum yang diberikan secara
parenteral baik intravena maupun intamuskular).
• Pada kasus ini sebelum diberikan obat induksi anestesi, pasien
terlebih dahulu di berikan obat co induksi yang bertujuan untuk
melancarkan induksi, rumatan, dan pulih dari anestesi. Obat co
induksi pada pasien ini menggunakan Petidin. Petidin (meperidin,
demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda
dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping
yang mendekati sama.
• Induksi anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien
dari sadar menjadi tak sadar, sehingga memungkinkan
untuk dimulainya anestesi dan pembedahan.
• Induksi anestesi pada pasien dilakukan dengan
pemberian Propofol 140 mg. Di berikan pula Atracurium
Besylate 25 mg sebagai pelumpuh otot sintetik dengan
masa kerja pendek. Propofol adalah obat hipnotik
intravena diisopropilfenol yang menimbulkan induksi
anenstesi yang cukup dengan aktivitas eksitasi yang
maksimal. Dan menginduksi secara cepat. Pada
pemberian propofol akan timbul apneu sehingga perlu di
atasi dengan pemasangan sungkup muka untuk
membentu pernafasan pasien.
• Manajemen jalan napas adalah perlindungan jalan napas pada
pasien tanpa refleks perlindungan melalui intubasi
endotrakeal, alat bantu jalan napas supraglotis, dan
trakeotomi/koniotomi. Dalam kasus ini yang dijadikan pilihan
adalah intubasi endotrakeal, indikasi penggunaan
intubasi endotrakeal adalah tidak memiliki risiko aspirasi,
operasi di daerah abdomen dan toraks, operasi pada posisi
tengkurap. Intubasi oral pada kasus ini adalah pada pria yaitu
dengan tuba endotrakeal berukuran 7,0; kedalaman masuk
sekitar 22 cm sampai barisan gigi. relaksasi otot diperlukan
sehingga keluhan pasca-operasi lebih sedikit.
• Untuk fase rumatan di gunakan O2 3L/min+N2O
3L/min+Isofluran 2%.
• O2 diberikan untuk mencukupi oksigenase jaringan.
• N2O bersifat anaestesi lemah tetapi efek analgesiknya
kuat, harus diberikan bersamaan dengan O2 minimal
2,5%.
• Pada anestesi inhalasi biasanya dikombinasikan dengan anestesi
inhalasi lain seperti halotan atau isofluran
• Fentanyl merupakan turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis
opioid poten. Sebagai suatu analgesik, fentanil 75-125 kali lebih
poten dibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan lama
aksi yang singkat mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar
dari fentanil dibandingkan dengan morfin
• Atropin dapat mengurangi sekresi dan merupakan obat pilihan
utama untuk mengurangi efek bronchial dan kardial yang berasal
dari perangsangan parasimpatis, baik akibat obat atau
anestesikum maupun tindakan lain dalam operasi.

• Pada kasus ini SA dipakain 0,25 mg.


TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai