Anda di halaman 1dari 49

CORPUS ALIENUM PADA TELINGA HIDUNG DAN

TENGGOROKAN

Agnes Borneo
112015052
Corpus Alienum
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh
Anatomi Telinga
Corpus Alienum pada Telinga
Corpus alienum pada telinga adalah keadaan dimana terdapatnya suatu benda asing
yang terjepit atau tersangkut didalam liang telinga
Etiologi
◦ Faktor kesengajaan
◦ Faktor kecerobohan catton bud, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di
dalam telinga.
◦ Faktor kebetulan masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga6:

◦ Air
◦ Cotton Bud
◦ Benda-benda kecil manik-manik mainan.
◦ Serangga
Manifestasi klinik
◦ Merasa tidak enak ditelinga
◦ Tersumbat
◦ Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
◦ Rasa nyeri telinga / otalgia
Diagnosis
Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya:
◦ Bersihkan serumen
◦ Lihat kanalis dan membran timpani

Interpretasi:
◦ Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
◦ Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang
gendang.
◦ Kemungkinan gendang mengalami robekan.
Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Test penyaringan sederhana :
◦ Lepaskan semua alat bantu dengar
◦ Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
◦ Berdirilah dengan jarak 30 cm
◦ Bisikan angka secara acak
◦ Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam

Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala


◦ Uji weber
◦ Uji Rine
◦ Uji Swabach
Penatalaksanaan
◦ Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil benda dengan
bantuan otoskop
◦ Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
◦ Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat benda-
benda keluar dari liang telinga serta membersihkan debris.
◦ Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam
◦ Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit dan takut.
◦ Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak, lalu diirigasi
dengan air hangat.
Corpus Alinum pada Hidung
◦ Anatomi Hidung
Etiologi
Benda asing hidup (benda organik)
◦ Lalat
Lalat dewasa meletakkan telurnya pada pada jaringan hidup misalnya pada luka,
lubang-lubang pada tubuh seperti hidung, mata, telinga, dan traktus urogenital.

◦ Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah di negara
berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi port d’entry atau tempat cacing
tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak

◦ Lintah
Benda asing tak hidup (benda anorganik)
◦ Manik-manik
◦ baterai logam
◦ kancing baju
1. Patofifiologi
Corpus alienum

Masuk ke dalam cavum


nasi

Bertahan di dalam
cavum nasi

Respon pertahanan pada Terjadi iritasi


hidung

Kerusakan dan
Sel goblet epitel
kematian sel
respiratorius

Pembusukan sel-
Keluar mukus
sel jaringan yang
nekrosis oleh
Medium yang baik bakteri
untuk pertumbuhan
bakteri
Foeter Ex Nasi

Sekret
mukopurulen
Manifestasi Klinis
◦ Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen yang banyak dan berbau di salah satu
rongga hidung tempat adanya benda asing. Kadang disertai nyeri, demam, epistaksis
dan bersin. Pada pemeriksaan tampak mukosa edema dengan inflamasi mukosa
hidung unilateral, serta dapat juga terjadi ulserasi

◦ Bila benda asing berupa lintah, terdapat epistaksis berulang yang sulit berhenti
meskipun sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi posterior tampak benda asing
berwarna coklat tua, lunak, dan melekat erat pada mukosa hidung atau nasofaring.
Diagnosis
Gejala
◦ hidung tersumbat, rinore unilateral yang kental dan berbau. Dapat disertai demam
dan nyeri.
◦ Benda asing hidup yang terdapat di dalam hidung kebanyakan menimbulkan sensasi
benda yang bergerak-gerak.
◦ Epitaksis tanpa rasa nyeri sering menjadi keluhan utama pada pasien dengan lintah di
dalam hidungnya.

Pemeriksaan Fisik
◦ Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat dilihat langsung,
akan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, dan dapat terjadi
ulserasi.
Penatalakanaan
◦ Cara mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai
menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan.
◦ Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5 atau 6 F yang
dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang terperangkap, kemudian
balon dikembangkan, sehingga benda asing diharapkan akan keluar ke nares anterior
dan mudah diekstraksi. Sebelum tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin
0,5% untuk mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai
analgetik.
Komplikasi
◦ Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada corpus alienum di
hidung.
◦ Edema pada mukosa dapat menyebabkan obstruksi pada drainase sinus dan tuba
eustachius sehingga mengakibatkan sinusitis dan otitis media akut
Corpus Alienum pada Tenggorokan
Gejala
Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai berikut :
◦ Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan
obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.
◦ Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis.
◦ Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi
sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul batuk-batuk, hemoptosis,
pneumonia dan abses paru
Benda Asing di Laring
Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadi sumbatan total maupun
sumbatan sebagian.
Sumbatan total
◦ Hal ini dapat menyebabkan keadaan gawat yang berakibat asfiksia dalam waktu
singkat. Memiliki gejala disfonia afonia, apneu dan sianosis.
Sumbatan tidak total :
◦ Suara parau (disfonia)
◦ Afonia
◦ Batuk disertai sesak (croupy cough)
◦ Odinofagi, mengi, sianosis
◦ Hemoptisis
◦ Dispneu dengan derajat bervariasi
Pada pemeriksaan fisik
Gejala sumbatan laring yang dibagi dalam 4 stadium (jackson).
◦ Stadium pertama, cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprasternal, kadang-
kadang belum ada stridor
◦ Stadium kedua, Cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor mulai terdengar
◦ Stadium ketiga, Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, intercostal dan
supraclavicula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
◦ Stadium keempat, Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula
gelisah mulai lemah dan akhirnya kesadaran menurun.
Benda Asing di Trakea
Benda asing di trakea ini dapat menimbulkan gejala batuk yang tiba - tiba berulang
dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), terdapat gejala
patognomonik :
◦ Audible slap (batuk dengan mulut terbuka)
◦ Palpatory thud (teraba di trakea pars servikal)
◦ Asthmatoid wheeze ( bunyi saat ekspirasi inspirasi dengan mulut terbuka )
◦ Tracheal flutter (getaran teraba pada benda asing yang kecil)
Gejala yang ditimbulkan diantaranya :
◦ Sputum haemoragis
◦ Rasa logam / aroma khusus
◦ Emfisema, atelektasis
◦ Febris
◦ Dapat terlihat gambaran bronkiektasis, bronkopneumonia dan abses paru
Jackson (1936) membagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat :
1. By-pass Valve Obstruction
◦ Sumbatan sebagian
◦ Udara dapat lewat waktu inspirasi dan ekspirasi tetapi salurannya sempit bunyi napas
(mengi)
◦ Biasanya benda asing diam dan kecil
Penyebab :
◦ Benda asing dalam bronkus
◦ Penekanan bronkus dari luar
◦ edema
◦ Tumor intraluminer
2. Expiratory Check Valve Obstruction
◦ Udara inspirasi dapat lewat
◦ Udara ekspirasi terhambat (oleh karena kontraksi otot bronkus)
◦ Emfisema paru obstruktif
◦ Benda asing diam
Penyebab :
◦ Benda asing di bronkus
◦ Edema dinding bronkus pada bronkitis
3. Inspiratory Check-Valve Obstruction
◦ Inspirasi terhambat
◦ Ekspirasi masih dapat terlaksana
◦ Benda asing mobile
Penyebab :
◦ Benda asing dalam bronkus
◦ Mucous plug (gumpalan ingus)
◦ Tumor yang berttangkai
4. Stop Valve Obstruction
◦ Inspirasi dan ekspirasi terhambat
◦ Terjadi atelektasis tanpa pneumothorax (udara yang sisa diresorbsi)
Penyebab :
◦ Benda asing menyumbat lumen
◦ Trauma dinding bronkus dan peradangan berat
Diagnosa Corpus Alienum didalam
Saluran napas
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak fase awal (gejala sesaat sesudah teraspirasi):
◦ Batuk tiba-tiba
◦ Rasa tercekik (choking)
◦ Rasa tersumbat di tenggorokan ( gasping)
◦ Menahan nafas (gagging)
◦ Bicara gagap (sputtering)
◦ Obstruksi jalan nafas yang terjadi segera
Pemeriksaan fisik
1. Fase asimtomatis :
◦ Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang / menghilang,
◦ Refleks-refleks melemah akibat benda asing yang tersangkut.

2. Fase komplikasi
Tanda dan gejala sesuai lokasi tersangkutnya benda asing
Laring
◦ Batuk paroksimal
◦ Parau
◦ Disfoni-Afoni
◦ Sesak nafas
◦ Stridor inspirasi dan ekspirasi
◦ Retraksi otot pernafasan
◦ Gelisah
◦ Sianosis
Trakea
◦ Batuk hilang timbul
◦ Asthmatoid wheezing
◦ Palpatory thud (teraba di trakea pars servikal)
◦ Audible snap (batuk dengan mulut terbuka)
◦ Dispnea
◦ Retraksi otot pernafasan
◦ Stridor ekspirasi
◦ Gelisah
◦ Sianosis

Bronkus
◦ Batuk tidak produktif hingga produktif
◦ Mengi (wheezing)
◦ Perkusi : normal / redup / hipersonor sisi ipsilateral
◦ Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral
Pemeriksaan radiologi leher-thorax
◦ Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukan foto polos PA dan leteral (dapat
dilakukan segera)
◦ Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24 jam ( untuk
mengetahui adanya atelektasis/ emfisema)
◦ Video fluoroscopy
a. Cara terbaik melihat saluran napas keseluruhan
b. Evaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
c. Adanya obstruksi parsial
Jika ≥ 1 tahapan disamping menunjukkan hasil positif dilanjutkan pemeriksaan
endoskopi
Pemeriksaan endoskopi (diagnosa
pasti)
◦ Laringoskopi
◦ Bronkoskopi
a. bronkoskop kaku
b. bronkoskop fleksibel
Penatalaksanaan

Penanggulangan pada obstruksi saluran nafas atas pada prinsipnya supaya jalan
napas lancar kembali.
◦ Tindakan konservatif : pemberian antiinflamasi, anti alergi, antibiotika serta pemberian
oksigen intermitten yang dilakukan pada obstruksi laring stadium 1.
◦ Tindakan operatif/resusitasi : memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut
(intubasiorotrakea) atau melalui hidung (intubasinasotrakea), membuat trakeostoma
yang dilakukan pada obstruksi laring stadium ii,iii, atau melakukan krikotirotomi yang
dilakukan pada obstruks laring stadium IV.
Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :

Intubasi
◦ Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut atau hidung.
Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamatan dan dapat dilakukan tanpa
atau dengan analgetika.
◦ Membantu ventilasi
◦ Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
◦ Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari lambung.
Laringotomi (Krikotirotomi)
◦ Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran tirokrikoid
(krikotirotomi).

Trakeostomi
◦ Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat lubang sehingga
terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar untuk mengatasi
gangguan pernapasan atas.
Perasat Heimlich
◦ Prinsip perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada paru-paru
◦ Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas rongga perut
sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas.
Back blow
Pada penderita yang sadar.
◦ Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut, Lakukan tiga sampai
empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau
dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan. Tindakan terakhir yang masih dapat kita
lakukan adalah, krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih18.
Pada bayi :
◦ Pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah
◦ Topang dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan.
◦ Lakukan pemukulan ringan pada punggung secara lembut antara kedua tulang
belikat.
Komplikasi
◦ Infeksi paru
◦ Bronkiektasis
◦ Asma
Corpus Alienum di Esofagus
Etiologi
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esophagus dapat dibagi dalam
golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain, anomaly congenital
termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh
darah.
Faktor predisposisi antara lain :
◦ Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik
◦ Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok
usia 6 bulan sampai 1 tahun.
◦ Retardasi mental
◦ Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya.
◦ Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai
gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (taktil sensation) dari palatum, pada pasien
gangguan mental dan psikosis.
Patogenesis
Benda asing masuk ke oesofagus peradangan pada esophagus trauma pada
esophagus edema rasa nyeri.
Efek lebih lenjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher dan
kemudian dapat mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat trauma yang juga
mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.
Manifestasi Klinis
◦ Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.
◦ timbul nyeri didaerah leher
◦ timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri di punggung.
◦ rasa tercekik
◦ Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak enak di substernal
atau nyeri di punggung.
◦ Disfagia, disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat
sumbatan sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten,
◦ odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang mudah berdarah.
◦ Nyeri di punggung menunjukkan adanya tanda perforasi atau mediastinitis. Gangguan
napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea
atau benda asing.
Pemeriksaan Fisik
◦ Terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang
timbul progresif.
◦ Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut, didapatkan tanda-tanda
pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran di
daerah pre cordial dan inter scapula.
◦ Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman.
◦ Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing, demam, abses leher atau tanda
empisema subkutan.
◦ Tanda lanjut, berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan.
Komplikasi
◦ Laserasi mukosa perdarahan,
◦ perforasi local dengan abses leher atau mediastinitis
◦ Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan torakal oleh karena benda asing :
- emfisema subkutis atau mediastinum
- krepitasi di daerah leher atau dada
- pembengkakan leher
- kaku leher
- demam dan menggigil
- gelisah, nadi dan pernapasan cepat
- nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang
◦ Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior
dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing.
◦ Esofagogram pakai barium enema dilakukan untuk benda asing radiolusen akan
memperlihatkan filling defect persistent. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan
untuk benda asing radioopak, karena densitas pada bahan asing sama dengan zat
kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing.
◦ CT Scan dapat menunjukkan gambaran inflamasi dan jaringan lunak
◦ MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik esophagus.
Penatalaksanaan
◦ Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing
tersebut dapat dikeluarkan.
◦ Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus
yang telah ada sebelumnya.
◦ Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan esofagoskopi harus segera
dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut, yaitu servikotomi,
torakotomi atau esofagotomi.
◦ Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak
menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari
agar tidak terjadi sepsis.
Kesimpulan
◦ Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya pada bidang
THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa mengalami keparahan.
Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan dan interaksi dengan
lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan berjalan, anak mulai berinteraksi
dengan banyak benda yang biasanya anak suka memasukan benda-benda tersebut
ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan sampai tenggorokan.
◦ Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat kesengajaan atau
tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga, ataupun benda asing
lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan yang darurat maka perlu
segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda asing tersebut. Namun
terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda asing dalam THT.
Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari benda asing sendiri,
dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan kerjasama dari pasien.

Anda mungkin juga menyukai