Anda di halaman 1dari 22

DEFINISI NYERI

• Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik


ringan maupun berat.yang hanya dapat
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat
dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir,
aktifitas seseorang secara langsung, dan
perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan
tanda dan gejala penting yang dapat
menunjukkan telah terjadinya gangguan
fisiologikal.
Istilah Nyeri
• Nosiseptor : Serabut syaraf yang
mentransmisikan nyeri
• Non-nosiseptor : Serabut syaraf yang biasanya
tidak mentransmisikan nyeri
• System nosiseptif : System yang teribat dalam
transmisi dan persepsi terhadap nyeri
• Ambang nyeri : Stimulus yg paling kecil yg akan
menimbulkan nyeri
• Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi
nyeri yg individu ingin untuk dapat ditahan
Teori pengendalian gerbang (gate
control theory)
Terdapat beberapa teori yang berusaha menggambarkan
bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri.
Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan
bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri
dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007).

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan


bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka
dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori
menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi
impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat
mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat
melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan masukan
yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup
mekanisme pertahanan.
Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat
menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan
menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal
dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan
tersebut dan klien mempersepsian sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen,
seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal
dari tubuh.
Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan
menghambat pelepasan substansi P. Tehnik distraksi, konseling dan
pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endofrin (Potter,
2005).
FISIOLOGI NYERI
• Proses Transduksi (Transduction), merupakan proses dimana
suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) di rubah menjadi suatu
aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf (nerve
ending). Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu
(panas) atau kimia (substansi nyeri).
• Proses Transmisi (Transmison), dimaksudkan sebagai
penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul proses
transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A
delta dan serabut C sebagai neuron pertama, dari perifer ke
medulla spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi
sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus sphinotalamikus
sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls
disalurkan ke daerah somato sensoris di korteks serebri
melalui neuron ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan
dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
• Proses Modulasi (Modulation), adalah proses dimana
terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen yang
dihasilkan oleh tubuh kita dengan imput nyeri yang masuk
ke kornu posterior medulla spinalis. Jadi merupakan proses
acendern yang di kontrol oleh otak. Sistem analgesik
endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan
noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls
nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Kornu
posterior ini dapat diiabaratkan sebagai pintu yang dapat
tertetutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut
diperankan oleh sistem analgesik endogen tersebut di atas.
Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri
menjadi sangat subyektif orang per orang.
• Persepsi (perception), adalah hasil akhir dari proses
interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses
transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang dikenal
sebagai persepsi nyeri.
Jenis kultur Makna
kelamin nyeri
usia Pengalaman
masa lalu

Faktor yang
mempengaruhi
respon nyeri

support
pola keluarga dan
ansietas perhatian koping sosial
Skala Nyeri
• Menurut Bourbanis

• 0 :Tidak nyeri
• 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
• 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
• 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
• 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Skala Oucher
Skala Wajah
Klasifikasi Nyeri
Menurut Tempat 4. Phantom Pain
1. Periferal Pain • Phantom Pain merupakan perasaan
• Superfisial Pain (Nyeri Permukaan) pada bagian tubuh yang sudah tak
• Deep Pain (Nyeri Dalam) ada lagi, contohnya pada amputasi.
Phantom pain timbul akibat dari
• Reffered Pain (Nyeri Alihan) stimulasi dendrit yang berat
nyeri yang dirasakan pada area dibandingkan dengan stimulasi
yang bukan merupakan sumber reseptor biasanya. Oleh karena itu,
nyerinya. orang tersebut akan merasa nyeri
2. Central Pain pada area yang telah diangkat.
• Terjadi karena perangsangan pada 5. Radiating Pain
susunan saraf pusat, spinal cord, • Nyeri yang dirasakan pada
batang otak dll sumbernya yang meluas ke
3. Psychogenic Pain jaringan sekitar.
• Nyeri dirasakan tanpa penyebab
organik, tetapi akibat dari trauma
psikologis.
Menurut Sifat
• Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
• Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama
• Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
biasanya menetal 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian
timbul kembali.
• Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi.
Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat
mengakibatkan kecanduan
Menurut Berat Ringannya
• Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
• Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
• Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
Menurut Waktu serangan
• Nyeri akut
• Nyeri kronis
Karekteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, satu eksistensi
Sumber Sebab eksternal/penyakit dari Tidak diketahui/pengobatn yang
dalam terlalu lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,berkembang dan
terselubung

Waktu Sampe 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai


bertahun-tahun
Pernyataan Nyeri Daerah nyeri tidak diketahui pasti Daerah nyeri sulit untuk
dibedakan
Gejala Klinis Pola respon yang khas dengan Pola respon bervariasi dengan
gejala yang lebih jelas sedikit gejala

Pola Terbatas Berlangsung terus,dapat


bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitaan menngkat setelah
beberapa saat beberapa saat
Pengkajian Nyeri
• Provokes/palliates : apa yang menyebabkan nyeri? Apa yang
membuat nyerinya lebih baik? apa yang menyebabkan nyerinya
lebih buruk? apa yang anda lakukan saat nyeri? apakah rasa nyeri
itu membuat anda terbangun saat tidur?
• Quality : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya?apakah
seperti diiris, tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram,
kolik, diremas? (biarkan pasien mengatakan dengan kata-katanya
sendiri.
• Radiates: apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah
nyeri terlokalisasi di satu titik atau bergerak?
• Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan
0 tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
• Time : kapan nyeri itu timbul?, apakah onsetnya cepat atau lambat?
Berapa lama nyeri itu timbul? Apakah terus menerus atau hilang
timbul?apakah pernah merasakan nyeri ini sebelumnya?apakah
nyerinya sama dengan nyeri sebelumnya atau berbeda?
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik
jaringan.
2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri
pada luka.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya.
4. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka.
5. Nyeri akut akibat fraktur panggul.
6. Nyeri kronis akibat arthritis.
7. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstrimitas.
8. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan
menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian.
9. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri.
Perencanaan (Intervensi Keperawatan)
Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan
prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,
menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas
keperawatan.
1. Kaji nyeri klien & karakteristiknya tiap 2 jam dan 30 menit setelah
manajemen nyeri.
2. Hindari faktor yang menimbulkan nyeri (seperti: bladder penuh, posisi
yang tidak nyaman, lingkungan yang tidak mendukung, bising, isolasi sosial).
3. Ajak klien untuk menentukan teknik mana yang dipilih.
4. Memodifikasi stimulus nyeri (Manajemen nyeri).
5. Bantu dalam pemberian analgesik dan obat-obat tambahan / kombinasi.
6. Rencanakan periode istirahat diantara aktivitas.
7. Yakinkan ke klien bahwa ada banyak cara untuk mengurangi nyeri.
8. Bantu klien napas dalam, relaksasi otot.
9. Berikan kompres hangat / dingin.
10. Masase dengan perlahan area nyeri yang berlawanan.
Contoh
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
rasa nyeri pada luka.
• Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat
kemampuan aktivitas yang optimal.
• Kriteria Hasil :
a) Pergerakan paien bertambah luas
b) Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai
dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan).
c) Rasa nyeri berkurang.
d) Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri
secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Intervensi (Rencana Tindakan) Rasional
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan 1. Untuk mengetahui derajat kekuatan
otot pada kaki pasien. otot-otot kaki pasien.

2. Beri penjelasan tentang pentingnya 2. Pasien mengerti pentingnya aktivitas


melakukan aktivitas untuk menjaga kadar sehingga dapat kooperatif dalam
gula darah dalam keadaan normal. tindakan keperawatan.
3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk melatih otot – otot kaki
menggerakkan/mengangkat ekstrimitas sehingga berfungsi dengan baik.
bawah sesui kemampuan.
4. Bantu pasien dalam memenuhi 4. Agar kebutuhan pasien tetap dapat
kebutuhannya. terpenuhi.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : 5. Analgesik dapat membantu
dokter (pemberian analgesik) dan tenaga mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk
fisioterapi. melatih pasien melakukan aktivitas
secara bertahap dan benar.
Cara Mengatasi Nyeri dengan
Farmakologi
1. Analgesik Narkotik
2. Analgesik Lokal
3. Analgesik yang dikontrol klien
4. Obat – obat nonsteroid
Tindakan Awal
• TTV: Kaji tekanan darah, frekuensi nadi naik, jumlah respirasi rate naik, dan
suhu (pantau adanya demam) secara periodik.
• Tanda pada klien: adanya sianosis, ekspresi muka gelisah, dan berkeringat.
• Nyeri: kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum dan pada puncak reaksi
setelah pemberian.
• Informasi umum: Kaji fungsi usus (peningkatan asupan cairan dan serat,
pelunak fese, laksatif dapat meminimalkan efek konstipasi), perbandingan
asupan dan haluaran (jika terjadi perbedaan yang bermakna, kaji adanya
retensi urin dan konsultasikan pada dokter).
Diagnosis keperawatan
– Nyeri (indikasi)
– Gangguan persepsi: penglihatan, pendengaran (efek samping)
– Resiko cidera tinggi (efek samping)
– Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan
pasien/keluarga)
Intervensi
• Berikan narkotik sebelum nyeri mencapai puncaknya untuk
memaksimalkan efektifitas obat.
• Amati klien untuk efek samping dari narkotik, termasuk distress
pernapasan (<10x/menit), hipotensi ortostatik, mengantuk mental
berkabut retensi urin, konstipasi, konstriksi pupil (toksisitas dari preparat
opium), dan gejala-gejala putus obat.
• Pantau TTV dengan interval cukup sering untuk mendeteksi perubahan
pernapasan. laju pernapasan akan berubah dalam 7-8 menit setelah
injeksi IM, dan sekitar 90 menit setelah injeksi SC. Periksa laju pernapasan
sebelum memberikan narkotik.
• Pantau keluaran urin klien, narkotik dapat menyebabkan retensi urin,
keluaran urin harus sekurang-kurangnya 600 ml/hari.
• Periksa bising usus untuk mengetahui apakah terjadi penurunan
peristaltik, suatu sebab dari kontipasi. Laksatif ringan atau perubahan diet
mungkin diperlukan.
• Periksa klien lanjut usia terhadap efek samping dari narkotik.
Implementasi
– Jelaskan nilai terapeutik obat sebelum pemberian untuk meningkatkan
efek analgesiknya.
– Berikan dosis secara teratur, analgesic lebih efektif jika diberikan
sebelum nyeri menjadi berat.
– Berikan dengan dosis yang rendah apabila pemberian bersamaan
dengan analgesic nonnarkotik karena dapat menyebabkan efek
tambahan.
– Hentikan pengobatan secara bertahap setelah pemberian jangka
panjang utnuk mencegah gejala putus obat.
Evaluasi
» Evaluasi efektifitas dari analgesic narkotik dalam mengurangi atau
meredakan nyeri. Jika nyeri menetap setelah beberapa hari, sebab harus
ditentukan atau narkotik perlu diganti.
» Evaluasi stabilitas TTV, TTV abnormal harus segera dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai