BISNIS
ASURANSI
Kelompok 5:
-Alivia Rahayu (1702114816)
-Nova Desmayanti (1702114721)
-Sherina Fadhilla (1702121800)
-Ode Asra (1702121764)
-Ilham Mawardi (1702114753)
-Anandha Wahyu (1702121809)
SEJARAH ASURANSI
• Sejarah Asuransi di Dunia
•
Sekitar tahun 2250 SM bangsa Babylonia hidup di daerah lembah sungai
Euphrat dan Tigris (sekarang menjadi wilayah Irak), pada waktu itu apabila
seorang pemilik kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya
atau melakukan suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang
saudagar (Kreditur) dengan menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan
perjanjian bahwa si Pemilik kapal dibebaskan dari pembayaran hutangnya
apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang
sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh pemberi pinjaman.
Tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang premi” yang
dikenal pada asuransi sekarang. Di samping kapal yang dijadikan barang
jaminan, dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa barang-barang muatan
(Cargo).Transaksi seperti ini disebut “RESPONDENT/A CONTRACT”.
SEJARAH ASURANSI
• Sejarah Asuransi Di Indonesia
• Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie.Keberadaan asuransi di
negeri kita ini sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan
• di negeri jajahannya.
• Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlukan. Dengan demikian usaha pera.suransian di Indonesia dapat dibagi
dalam dua kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu
pendudukan bala tentara Jepang selama kurang lebih tiga setengah tahun, hampir tidak mencatat sejarah perkembangan. Perusahaan-perusahaan asuransi
yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan itu adalah :
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan
kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh
masyarakat pribumi.
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan
pengangkutan.Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki
oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya.Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian satupun.Selama terjadinya
Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya pemsahaan-
• PENGERTIAN ASURANSI
• Cakap berbuat
• Sebagaimana diketahui bahawa ada beberapa jenis kontrak dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang telah diatur khusus secara terperinci, yang dalam ilmu hukum disebut
dengan “ kontrak bernama”. Misalnya kontrak jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar,
dan lain-lain. Dari semua jenis kontrak bernama yang terdapat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, maka kontrak asuransi ke dalam kategori kontrak untung-
untungan sebagaimana diatur dalam Bab 12, buku ke III KUH Perdata, mulai dari Pasal
1774 sampai dengan Pasal 1791
• Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, maka suatu kontrak untung-untungan merupakan
suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung-ruginya baik bagi semua pihak maupun
bagi pihak tertentu saja,bergantung pada perjanjian yang belum tentu. Oleh KUH Perdata,
perjanjian asuransi dengan tegas digolongkan dalam kontrak untung-untungan, yang
selanjutnya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dikatakan untung-
untungan karena pihak penanggung akan diuntungkan (karena pembayaran premi) jika
risiko yang diasuransikan tersebut ternyata tidak terjadi. Sebaliknya, bagi pihak tertanggung
akan diuntungkan ( dalam arti dibayar kerugiannya) jika risiko yang diasuransikan tersebut
benar-benar terjadi. Itulah sebabnya, maka oleh KUH Perdata perjanjian asuransi dengan
tegas digolongkan ke dalam kontrak untung-untungan.
Lalu apakah kontrak asuransi merupakan judi?
Asuransi sejumlah uang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial. Pembagian ini
berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Perasuransian sebagai
berikut:
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan.”
“Perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
diasuransikan.”
• Reasuransi
• Reasuransi adalah asuransi kembali oleh penanggung,
baik seluruh maupun sebagian risiko yang telah
ditanggungnya kepada penanggung lain atau proses
ketika satu penanggung mengatur dengan satu atau
beberapa penanggung lainnya dalam membagi risiko
pada reasuransi.
• Pasal 3 huruf a butir 3 Undang-Undang
Perasuransian menyebutkan adanya usaha reasuransi,
yaitu “Usaha uang memberikan jasa dalam
pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi
oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau
Perusahaan Asuransi Jiwa.”
Perbedaan Asuransi Dengan
Kontrak Penjaminan
• Pada awal pendirian, perusahaan asuransi dan reasuransi harus menempatkan sekurang-
kurangnya 20% dari modal disetor yang disyaratkan, dalam bentuk deposito berjangka dengan
perpanjangan otomatis pada bank umum di Indonesia yang bukan afiliasi dari perusahaan
assuransi dan perusahaan reasuransi yang bersangkutan.
• Deposito tersebut merupakan jaminan terakhir dalam rangka melindungi kepentingan pemegang
polis.
• Premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak diterapkan
secara diskriminatif.
• Sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam
polis asuransi yang bersangkutan.
• Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim kompetisi yang sehat.
• Tingkat premi dinilai berlebihan apabila sedemikian tinggi sehingga sangat tidak sebanding dengan
manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan
Prinsip-Prinsip Asuransi
• Menurut ketentuan Pasal 255 KUH Dagang ditentukan bahwa semua asuransi atau
pertanggungan harus dibentuk secara tertulis dengan suatu akta yang dinamakan polis.
• Polis asuransi atau pertanggungan merupakan isi dari perjanjian asuransi. Dalam
ketentuan Pasal 256 KUH Dagang ditentukan bahwa isi polis asuransi atau pertanggungan pada
umumnya kecuali asuransi jiwa harus memuat:
• Nama pihak yang selaku tertanggung menyetujui terbentuknya asuransi, yaitu atas
tanggungannya sendiri atau atas tanggungan orang lain
• Penyebutan yang cukup terang dari hal atau objek yang dijamin
• Mulai dan akhir tenggang waktu di mana diadakan jaminan oleh penanggung
• Pada umumnya semua hal-hal yang perlu diketahui oleh pihak penanggung, serta semua janji-
janji tertentu yang diadakan antara kedua belah pihak.
• Menurut Pasal 257 (1) KUH Dagang ditentukan
bahwa perjanjian asuransi lahirnya pada saat
terjadinya kesepakatan atau konsensus antara
penanggung dan tertanggung. Bahkan sebelum
polis ditandatangani.
• Tenggang waktu perjanjian asuransi ditentukan dalam polis dan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) tidak mengatur secara tegas mengenai hal tersebut.
• Apabila peristiwa atau bahaya yang dijanjikan dalam polis terjadi maka perjanjian asuransi
berakhir.
• Pertanggungan berhenti.
• Berhentinya pertanggungan dapat terjadi karena persetujuan kedua belah pihak atau karena
faktor di luar kemauan para pihak. Persetujuan kedua belah pihak, misalnya karena premi tidak
dibayar dan biasanya diperjanjikan dalam polis. Pertanggungan berhenti di luar kemauan para
pihak, misalnya terjadi pemberatan risiko setelah pertanggungan berjalan (Pasal 293 dan 638
KUHD).
• Pertanggungan gugur.
• Pertanggunga gugur biasanya terdapat dalam asuransi pengangkutan. Apabila barang yang akan
diangkut diadakan pertanggungan kemudian tidak jadi diangkut maka pertanggungan gugur
Risiko Dalam Asuransi