Anda di halaman 1dari 32

By. Anik Enikmawati, S.Kep.,Ns.,M.

Kep
ORGAN YANG
BERPERAN??????

1. GINJAL/ RENAL/ KIDNEY


2. URETER
Disebut dengan sistem 3. VESIKA URINARIA/
perkemihan / urinary KANDUNG KEMIH/
yaitu sistem organ yang BLADDER
memproduksi, 4. URETRA
menyimpan, dan
mengalirkan urin.
ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN / URINARIA
Di belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III
melekat langsung pada dinding abdomen

GINJAL

FUNGSI GINJAL :
- Mengeluarkan zat toksik / racun
- Keseimbangan cairan
- Keseimbangan kadar asam basa
dari cairan tubuh
- Mengeluarkan sisa metabolisme hasil
akhir dari protein, ureum, kreatinin,
dan amoniak.
STRUKTUR GINJAL
NEFRON
Tersusun atas :
1. Glomerolus
2. Tubulus proksimal
3. Lengkung/Ansa
hendle
4. Tubulus distal
5. Tubulus urinarius
(papila vateri)
menyaring 1 liter/menit
darah ± ada 1 juta nefron

GINJAL

memproduksi urin rata-


Hormon yang berperan : rata 2.5 liter/hari.
1. ADH (Antidiuretik Hormon)
(kelenjar pituitari)

Menyerap air > banyak


2. Hormon aldosteron
(kelenjar adrenal)

keseimbangan cairan
URETER
 Terdiri dari 2 pipa dengan
panjang ± 25-30 cm, yang
masing-masing bersambung
dari ginjal ke kandung kemih
 Lapisan dinding ureter terdiri
dari :
- lapisan luar (jaringan ikat/
fibrosa)
- Lapisan tengah (otot polos)
- Lapisan dalam (mukosa)
 Lapisan dinding ureter terjadi
gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang mendorong urine ke
kandung kemih
3. VESIKA URINARIA /
BLADDER / KANDUNG
KEMIH

Tersusun atas :
di belakang simfisis
1. Fundus
pubis di dalam
2. Korpus
rongga panggul
3. Verteks

 Dinding VU :
1. Lapisan Luar :
peritonium
2. Tunika muskuler :
lapisan otot
3. Tunika submukosa
4. Lapisan dalam (mukosa)
* Uretra pada wanita
panjang uretra sekitar 2,5 – 4
U cm dan terletak di antara
klitoris dan pembukaan vagina
R * Uretra pada pria
Panjang uretra sekitar 20 cm.
E * berpangkal Ada 4 bagian:
1. pars pra-prostatica,
pada kandung (sebelum kelenjar prostat)
T kemih 2. pars prostatica (di prostat,
3. pars membranosa, sekitar
R 1,5 cm dan di lateral
terdapat kelenjar
bulbouretralis.
A 4. pars spongiosa/cavernosa,
sekitar 15 cm dan melintas
di corpus spongiosum
penis.
PROSES PEMBENTUKAN URIN…??????

1. FILTRASI 2. REABSORBSI 3. AUGMENTASI


(Penyaringan) (penyaringan kembali) (pengeluaran Zat)
FILTRASI

 Darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat


lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk ke
glomerulus, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak
dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus,
kecuali sel-sel darah dan molekul protein.
 Darah masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil
filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat
glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung:
air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik.
Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan
tubuh.
REABSORBSI

 Urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus


proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai
lengkung Henle. Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang
tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-.
 Setiba di lengkung Henle, volume filtrat berkurang. Hasil tahap
reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus.
 Kandungan urine sekunder adalah air, garam, urea, dan
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urine.
 Urine sekunder masuk ke tubulus kontortus distal dan
terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan
kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine.
AUGMENTASI

 Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun


menuju saluran pengumpul (tubulus kolektivas). Dari
tubulus kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu
ke ureter menuju kantung kemih (vesika urinaria)

KOMPOSISI URIN :
1. Air (96%)
2. Larutan :
a. Larutan Organik : glikosa, Urea, Amonia, Kreatin, dan
Uric acid
b. Larutan Anorganik : Natrium (sodium), klorida, kalium
(potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor
Usaha
mengosongkan
bladder

BERKEMIH /
MIKSI
* Di persyarafi
oleh :
nervus pelvikus,  Vesika urinaria dapat
yang berhubungan menimbulkan rangsangan
dengan medula saraf bila kandung kemih
spinalis melelui berisi ± 250-450 cc (pada
pleksus sakralis orang dewasa) dan 200-250
cc (pada anak-anak).
BERKEMIH

 Jumlah urin yang dikeluarkan tergantung pada usia,


intake cairan, dan status kesehatan
 Pada orang dewasa sekitar 1200 sampai 1500 ml
per hari atau 150-600 ml per sekali berkemih.
Vesika Urinaria (VU) berisi urin

Reflek berkemih

Timbul rangsangan pd VU
Melalui medula spinalis
Dihantarkan o/ korteks Koneksasi otot detrusor dan
serebral relaksasi otot sfingter internal

Otak memberikan impuls/


Neuromotoris di daerah
rangsangan melalui medula
sakral
spinalis
1. Diet dan Intake
2. Sosiokultural
3. Psikologis
4. Kebiasaan seseorang
5. Tonus otot
6. Kondisi penyakit
7. Tingkat perkembangan
8. Aktivitas
9. Pembedahan
10. pengobatan
1. Retensi urin
 Penumpukan urin dlm bladder dan ketidakmampuan bladder utk
mengosongkannya.
 Distensi = VU dapat menampung urin sebanyak 3000-4000 ml
2. Inkontinensia urin
 Ketidakmampuan otot spinkter mengontrol ekskresi urin.
3. Enuresis / Mengompol
 Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yg diakibatkan
ketidakmampuan utk mengendalikan spinkter eksterna. Tjd pd anak-
anak atau lansia
4. Ureterotomi
 tindakan operasi dgn jalan membuat stoma pada dinding perut untuk
drainase urin.
1. Frekuensi
Meningkatnya frekwensi berkemih tanpa peningkatan intake
cairan. Tjd pd cystitis, stress, wanita hamil
2. Urgensi
Perasaan ingin segera berkemih, biasanya tjd pd anak2 krn
kemampuan spinkter utk mengontrol berkurang
3. Dysuria
Rasa sakit dan kesulitan saat berkemih. Mis pd ISK, trauma,
striktur uretra
4. Polyuria (Diuresis)
Produksi urin abnormal dlm jumlah besar oleh ginjal tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Cth : DM, defisiensi
dieuretik hormon (ADH), penyakit ginjal kronik
5. Urinary Suppression
berhentinya prosuksi urin secara mendadak. Urin diproduksi
oleh ginjal pada kecepatan 60-120 ml/jam
A. PENGKAJIAN
1. Kebiasaan berkemih (waktu)
2. Pola berkemih (frekuensi, urgensi, disuria,
poliuria,urinaria supresi)
3. Volume urine
4. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan BAK (diet
dan asupan, gaya hidup, stres psikologis,
tingkat aktivitas, dll)
5. Keadaan urin / karakteristik urin (warna, bau,
berat jenis, kejernihan, pH, Protein, Darah,
Glukosa)
6. Tanda klinis gangguan eliminasi urin
2. Pemeriksaan Fisik
- Abdomen : Distensi Bladder, nyeri tekan
tenderness, bising usus
- Genitalia Wanita :

inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari


meatus, keadaan atrofi jaringan vagina
- Genitalia Laki Laki : Kebersihan, adanya lesi,
tenderness, adanya pembesaran srotum
3. Intake dan output cairan
- kaji intake dan output cairan dalam sehari (24
jam)
- Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT

- Kaji perubahan volume urin

- Output urin dari urinal, cateter bag, drainage


ureterostomy, sistostomy
- Karakteristik urin : warna, kejernihan, bau,
kepekatan
4. Pemeriksaan diagnostik (Normal)
 Warna : jernih kekuningan

 Bau : beraroma

 pH : 4,5 – 8,0

 Berat jenis : 1,005 – 1,030

 Glukosa : negatif

 Keton : Negatif

 Kultur urin : kuman patogen negatif


B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi urin :
Inkontinensia berhubungan dengan
- Gangguan Neuromuskuler
- Spasme bladder
- Trauma pelvic
- Infeksi Saluran Kemih (ISK)
- Trauma medula spinalis
Tujuan : klien dapat mengontrol urin stiap 4 jam,
tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia
urin, klien berkemih dalam keadaan rileks
Intervensi :
1. Kaji / monitor keadaan bladder setiap 2 jam

2. Hindari faktor pencetus inkontinensia urin

3. Jelaskan tentang :
- Pengobatan
- Kateter
- Penyebab, dll
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan kateter
dan badder training
Lanjt. Diagnosa

2. Retensi urin berhubungan dengan :


- obstruksi mekanik
- pembesaran prostat
- trauma
- pembedahan
- kehamilan
Tujuan : klien dapat mengontrol pengeluaran
bladder setiap 4 jam, tidak ada tanda dan gejala
retensi urin
Lanjt. Diagnosa

 Intervensi :
1. monitor keadaan bladder setiap 2 jam
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam

3. Kurangi minum sebelum tidur

4. Lakukan dan ajarkan latihan pergerakan

5. Lakukan dan ajarkan relaksasi ketika duduk


berkemih
6. Berikan cairan 2000 ml/hari

7. Kolaborasi dalam pemasangan kateter


C. EVALUASI
1. Miksi secara normal ditunjukan dengan
kemampuan pasien sesuai dengan
asupan cairan dan pasien mampu
berkemih tanpa menggunakan obat,
kompresi pada VU atau kateter.
2. Berkurangnya distensi

3. Tidak ada tanda-tanda infeksi

4. Memberikan rasa nyaman

5. Melakukan bladder training


Any Quations???

Anda mungkin juga menyukai