2.MARTIN EMAWAN 8.ROAH HASTUTI 3.MURTININGSIH 9.SITI AROFAH 4.MURWATI 10.SRI ENDAH. W 5.NGATIAH 11.SRI ENDANG .S 6.NOORHADI. S Latar Belakang Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 pendudukhun. PENGERTIAN Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif •Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh normanorma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma- norma sosial dan budaya setempat. RESPON MALADAPTIF ANTARA LAIN
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis. : Individu
yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu. b. Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita- cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri. c. Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat. d. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. etiologi Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri : 1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres. 2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan 3. Interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti. 4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukumanpada diri sendiri. 5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan. Faktor Predisposisi Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antaralain : Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi. Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif. ·. Faktor Presipitasi Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah: 1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubunganinterpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. 2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres. 3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukumanpada diri sendiri. 4. Cara untuk mengakhiri keputusan. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut a. Petunjuk dan gejala 1. Keputusasaan 2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna 3. Alam perasaan depresi 4. Agitasi dan gelisah 5. Insomnia yang menetap 6. Penurunan BB 7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. 8. Petunjuk psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia f. Riwayat psikososial 1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan 2) Hidup sendiri 3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami 4) Faktor-faktor kepribadian a) Implisit, agresif, rasa bermusuhan b) Kegiatan kognitif dan negatif c) Keputusasaan d) Harga diri rendah e) Batasan/gangguan kepribadian antisocial PSIKOPATOLOGI Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori : a. Isyarat Bunuh Diri b. Ancaman bunuh diri c. Upaya bunuh diri d. Bunuh Diri Pohon masalah Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh diri :
1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri berhubungan
dengan gangguan alam perasaan : depresi. 2. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani stres, perasaan bersalah. 3. Koping yang tidak efektif berhubungan dengan ingin bunuh diri sebagai pemecahan masalah. 4. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan keadaan stress yang tiba-tiba 5. Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun. 6. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan (sekolah, hubungan interpersonal). Diagnosa keperawatan Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang cermat. Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh mempengaruhi perawat dala melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang diberikan oleh pasien dan keluarga. Diagnosa NANDA yang berhubungan dengan Respon Proteksi Diri Maladaptif adalah Risiko Bunuh diri Diagnosa Keperawatan resiko bunuh diri TUJUAN : KLIEN TIDAK MENCEDERAI DIRI Kriteria Hasil: 1. Pasien dapat menunjukan pengendalian implus dengan indikator sebagai berikut: · Mengeluarkan perasaaan negatif secara tepat · Mengidentifikasi perasaan atau perilaku yg mengarah pada tindakan implusif · Mengungkapkan secara verbal tentang pengendalian secar implus · Menghindari lingkungan dan situasi beresiko tinggi SP 1 PASIEN
1. Membina hubungan saling percaya dengan
klien 2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien 3. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien. 4. Melakukan kontrak treatment 5. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri SP 2 PASIEN 1. Mengidentisifikasi aspek positif pasien 2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri 3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga Sp 3 pasien
1. Mengidentisifikasi pola koping yang biasa
diterapkan pasien 2. Menilai pola koping yng biasa dilakukan 3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif 4. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif 5. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan SP 4 pasien 1 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien 2 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis 3 Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan SP I Keluarga 1. Mediskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, resiko bunuh diri dan jenis perilaku yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya SP II Keluarga 1. Melatih keluarga untuk mempraktekan cara merawat pasien resiko bunuh diri 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien resiko bunuh diri SP III Keluarga 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dan dirumah termasuk minum obat 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang dapat dijangkau oleh keluarga EVALUASI . 1. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat, jumlah asal atau waktu. 2. Klien menggunakan koping yang adaptif. 3. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri. 4. Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial. 5. Sumber koping klien telah cukup dikaji dan dikerahkan