Anda di halaman 1dari 23

Pemeriksaan Fisik

Sensorik
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensoris
Bergantung pada perasaan penderita, jadi bersifat subjektif. Selain itu, reaksi seseorang
terhadap rangsangan dapat berbeda-beda, malah pada satu orangpun reaksi tersebut dapat
berbeda, tergantung pada keadaannya, apakah ia sedang lelah, atau pikirannya terpusat pada
hal lain
selama pemeriksaan diupayakan agar pasien berada dalam keadaan tenang dan perhatiannya
dapat dipusatkan pada pemeriksaan.
Untuk maksud ini sebaiknya penderita memejamkan mata.
Bila pasien merasa lelah sebaiknya pemeriksaan ditangguhkan.
Namun demikian, kadang-kadang kita terpaksa melakukan pemeriksaan dalam keadaan pasien
yang tidak tenang, pemeriksaan yang dilakukan secara kasar ini nilainya kurang teliti
Pemeriksaan Sensibilitas
Sebelum kita melakukan pemeriksaan kita tanyakan dulu apakah ada keluhan mengenai
sensibilitas
Waktu melakukan pemeriksaan perhatikan daerah-daerah kulit yang kurang merasa, sama sekali
tidak merasa atau daerah yang bertambah perasaannya
Bertambahya perasaan dapat disebabkan oleh iritasi pada reseptor atau serabut saraf atau
karena fenomena pelepasan (release)
Disestesia digunakan untuk menyatakan adanya perasaan yang berlainan dari rangsang yang
diberikan , misalnya pasien diraba ia merasa seolah-olah dibakar atau semutan
Paresthesia merupakan perasaan abnormal yang timbul spontan , biasanya ini berbentuk rasa-
dingin, panas, semutan, ditusuk-tusuk, rasa-berat, rasa ditekan atau rasa gatal
Pemeriksaan sensibilitas eksteroreseptif
Perlu diperiksan rasa raba, rasa nyeri, dan rasa suhu
Sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas, kertas atau kain dan ujungnya diusahakan
sekecil mungkin  hindari adanya tekanan atau pembangkitan rasa nyeri
Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang simetris
Rasa nyeri dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menusuk dengan jarum,
memukul dengan benda tumpul, merangsang dengan api atau hawa yang sangat dingin dan juga
dengan berbagai larutan kimia
Pemeriksaan Suhu
Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa
dingin, dan untuk rasa panas dengan air panas
Untuk memeriksa rasa dingin dapat digunakan air yang bersuhu sekitar 10-20 derajat celcius,
dan untuk panas yang bersuhu 40-50 derajat Celsius
Suhu yang kurang dari 5oC dan lebih dari 50oC dapat menimbulkan rasa nyeri
Perubahan rasa suhu dinyatakan dengan kata anesthesia suhu (therm-anesthesia tidak merasa),
hepestesia-suhu (therm-hypesthesia, kurang merasa), atau hiperestesia-suhu (therm-
hyperesthesia, lebih merasa) dan ditambahkan kata dingin atau panas
Pemeriksaan sensibilitas propioseptif
Pemeriksaan Rasa Gerak dan Rasa Sikap
Teknik : rasa gerak dan rasa posisi diperiksa bersamaanmenggerakkan jari-jari secara pasif dan
menyelidiki apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta mengetahui arahnya
pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas pasien, misal jari kaki, pegang jari kaki pada bagian
lateral dan hindari bersentuhan dengan jari-jari lainnya
dinilai derajat gerakan terkecil yang masih dapat dirasakannyanormal pasien dapat merasakan
arah gerakan bila sendi-interfalang digerakkan sekitar dua derajat atau 1 mm
Pemeriksaan Rasa Getar
Stimulus : garputala 128 Hz
Teknik : Menempatkan garputala yang sedang bergetar pada ibu jari kaki, maleolus lateral dan
medial kaki, tibia, spina iliaka anterior superior, sacrum, prosesus spinosus vertebra, sternum ,
klavikula, prosesus stiloideus radius dan ulna dan jari-jari
Instruksi kepada pasien : “pejamkan mata anda,anda akan merasakan sebuah getaran,
beritahukan pada saya apabila anda sudah tidak merasakan getarannya lagi
Pemeriksaan Rasa Raba Kasar ( Rasa Tekan)

Stimulus : Tekanan menggunakan jari tangan pemeriksa atau benda tumpul pada kulit pasien,
atau memencet otot tendon dan serabut syaraf
Teknik : tekan kulit pasien atau dengan jalan memencet otot tendon, namun jangan terlalu kuat
karena kan terasa rasa nyeri.

Instruksi pada pasien: “pejamkan mata anda, beritahu pada saya jika anda merasakan tekanan
pada tubuh anda, dan katakan dimana lokasinya”
Pemeriksaan Rasa Nyeri Dalam

Stimulus : dengan jalan memencet otot atau tendon, menekan serabut syaraf yang terletak
dekat permukaan, memencet testes atau biji mata.

Teknik : kita pencet otot lengan atas, lengan bawah, paha , betis dan tendon Achilles, juga dapat
dengan jalan menekan biji mata, laring, epigastrium dan testes. Perhatikan apakah pasien peka
terhadap rasa nyeri dalam.

Instruksi pada pasien ; “Pejamkan mata anda, beritahukan pada saya apabila anda merasakan
nyeri pada tubuh anda “
Perasaan somestesia luhur
Rasa diskriminasi

Stimulus : jarum / peniti

Teknik : Dengan hati-hati peganglah dua peniti dengan jarak 2-3 mm dan sentuhlah ujung jari
tangan pasien. Minta pasien menyebutkan jumlah peniti yang dirasakan. Bandingkan penemuan
ini dengan daerah yang sama pada ujung jari tangan lainnyadaerah tubuh yang berlainan
mempunyai sensitivitas yang berbeda-bedaDi ujung jari tangan dapat membedakan 1 mm, jari
kaki 3-8 mm, telapak tangan 8-12 mm, punggung 40-60 mm.
Barognesia
Adalah kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang atau kemampuan membeda-
bedakan berat benda

Tenik : suruhlah pasien menutup mata, letakkan benda yang bentuk dan ukurannya sama serta
terbuat dari zat yang sama, namun beratnya dibuat berbeda, misalnya dengan menambahkan
pemberat (misalnya timbal) di dalamnya
Hilangnya kemampuan untuk membedakan berat disebut baragnosia
Stereognosia
Adalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan jalan meraba, tanpa melihat. Tenik : suruhlah pasien menutup mata, letakkan
kunci, pensil, klip kertas atau mata uang di telapak tangan pasien dan mintalah kepadanya untuk mengenali benda-benda itu, periksa
tangan lainnya dan bandingkan hasilnya.. Jika pasien tidak mampu mengenali barang tersebut maka pasien menderita asteriognosis.

Hasil : ketidakmampuan mengenali benda mengindikasikan adanya gangguan fungsi lobus parietalis
Topostesia (topognosia)
Adalah kemampuan untuk melokalisasi tempat dari rasa raba.
Teknik : Suruhlah pasien untuk menutup matanya. Sentuh pasien dan mintalah pasien untuk
membuka matanya dan menunjukkan daerah dimana ia disentuh
Hasil : ketidakmampuan melokalisasi titik menandakan adanya kelainan pada korteks sensorik
Grafestesia
Adalah kemampuan untuk mengenal angka yang dibuat diatas telapak tangan pasien.

Teknik : mintalah pasien untuk menutup mata dan menjulurkan tangannya. Pakailah ujung
tumpul sebatang pensil untuk menulis angka dari 0 sampai 9 di telapak tangan itu. Angka harus
dibuat menghadap ke arah pasien. Bandingkan dengan tangan yang lainnya.
Hasil : ketidakmampuan mengenali angka yang dibuat menggunakan ujung pena pada telapak tangan
merupakan tanda yang sensitive untuk penyakit lobus parietalis

Anda mungkin juga menyukai