Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

Kejahatan Seksual
Semua tindakan seksual, percobaan tindakan seksual, komentar yang
tidak diinginkan, perdagangan sex dengan menggunakan paksaan,
ancaman, paksaan fisik oleh siapapun saja, tanpa memandang hubungan
dengan korban, dalam situasi apa saja, tidak terbatas pada rumah dan
pekerjaan

Understanding and addressing violence against women. Sexual Violence. WHO.


Kejahatan Seksual
Kejahatan Seksual

Kejahatan
seksual

Senggama Non-senggama

Vs wanita tak Vs wanita Perbuatan


Perselingkuhan Perkosaan Incest
berdaya dibawah umur cabul

Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang: 2007.
Senggama
Penetrasi penis ke dalam vagina baik sebagian maupun total
ke dalam vagina, yang disertai maupun tidak disertai dengan
ejakulasi

ILEGAL
LEGAL

Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang: 2007.
Legal
1. Ada izin (consent).
2. Cukup umur, sehat akal, tidak sedang terikat
perkawinan, bukan keluarga dekat.
Izin yang sah menurut hukum:
• Sadar (conscious)

Senggama
• Wajar (naturally)
• Tanpa keragu-raguan (unequivocal)
• Atas kemauan sendiri (voluntary)

Ilegal
1. Izin tidak sah.
2. Tidak cukup umur, tidak sehat akal, dalam ikatan
perkawinan (berselingkuh), atau dengan keluarga
dekat.Izin yang tidak sah menurut hukum:
• Paksaan (force)
• Tipu daya (fraud)
• Menciptakan ketakutan (fear)
BANTUAN YANG DIBERIKAN DOKTER
PADA PEMERIKSAAN
KORBAN TERSANGKA
Mengungkap apakah betul korban
seorang perempuan Mengungkap apakah tersangka
benar-benar laki-laki
Mengungkap apakah betul telah Mengungkap apakah tersangka
terjadi senggama serta dapat melakukan senggama
memperkirakan senggama tersebut
baru atau lama (tidak impoten)
Mengungkap apakah betul telah
terjadi kekerasan fisik

Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang: 2007.
BUKTI PERSETUBUHAN
Tanda tidak
Tanda langsung:
langsung:
Robekan selaput dara
akibat penetrasi penis Kehamilan
Lecet atau memar akibat
gesekan-gesekan penis
Adanya sperma akibat Penyakit menular seksual
ejakulasi

Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang: 2007.
CARA PEMERIKSAAN

FROG LEG

LITOTOMI

KNEE CHEST

Simel DL, Rennie D: The Rational Clinical Examination: Evidence-Based Clinical Diagnosis: http://www.jamaevidence.com
VARIASI BENTUK HYMEN

Manhattan Women’s Health & Wellness. Available from: https://www.obgynecologistnyc.com/procedures/hymenectomy/


JENIS ROBEKAN HYMEN

SUPERFICIAL • Robekan < 50% dari lebar membran.

INTERMEDIATE • Robekan kira-kira setengah dari lebar membran.

DEEP • Robekan > 50% dari lebar membran.

TRANSECTION • Robekan sudah sampai dasar membran.

TRANSECTION WITH • Robekan sudah melebihi hymen dan melekat ke jaringan


EXTENSION sekitar.

AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS, 2006.


MENENTUKAN PERKIRAAN SAAT TERJADINYA
PERSETUBUHAN

• Sperma dalam liang vagina masih dapat bergerak pada waktu 4-5 jam post-coital; sperma
masih dapat ditemukan, tetapi tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam post-coital, dan bila
wanitanya mati masih dapat ditemukan 7-8 hari.
• Perkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan sel
aput dara yang robek, yang pada umumnya penyembuhan tersebut akan dicapai dalam 7-1
0 hari post-coitus.

Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang: 2007.
DASAR HUKUM
UU no 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

Pasal 1
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan
Pasal 76d
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Pasal 76e
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan
tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.
DASAR HUKUM
UU no 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

Pasal 81

(1) setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76d dipidana dengan pidana penjara p
aling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak rp5.000.000.000,0
0 (lima miliar rupiah).
(2) ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melak
ukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan
orang lain.

(3) dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pend
idik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksu
d pada ayat (1)
DASAR HUKUM
UU no 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

Pasal 82

(1) setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76E dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 ( lima belas ) tahun dan denda paling banyak
rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh
anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Anda mungkin juga menyukai