Anda di halaman 1dari 16

SOP

Fiksasi dan Imobilisasi

Oleh kelompok :5
~ juni l purba
~wahyuli rohayati
~putra jaya hulu
~murni krisdayanti simatupang
Standar Operasional
Prosedur Fiksasi dan
Imobilisasi

 Pembalutan
 Tujuannya:
 a. Untuk mengurangi atau menghentikan
perdarahan
 b. Untuk meminimalkan kontaminasi
 c. Untuk stabilisasi benda yang menancap
Kapan dilakukan
a. Pada luka terbuka yang memungkinkan
terkontaminasi dengan lingkungan luar
b. Ada perdarahan eksternal, sehingga darah
mengalir melalui luka yang ada
c. Ada luka tusuk dengan benda yang masih
menancap, dengan kemungkinan benda
tersebut menembur arteri atau pembuluh
darah besar
ALAT BALUT

a. Kassa atau kain, banyak tenaga


medis yang menggunakannya
dalam kondisi kegawatan
b. Elastic bandage, mudah
penggunaannya dan juga elastis
sehingga hasil balutan juga
bagus
Pembidaian
 Tujuannya:
a. Immobilisasi sehingga membatasi pergerakan
antara 2 bagian tulang yang patah saling
bergesekan
b. Mengurangi nyeri
c. Mencegah kerusakan jaringan lunak, pembuluh
darah dan syaraf di sekitarnya
 Kapan dilaksanakan:
a. Pasien dengan multiple trauma
b. Jika terdapat tanda patah tulang pada ekstremitas
Prinsip Umum Pembidaian
a. Lihat bagian yang mengalami cedera
dengan jelas
b. Periksa dan catat sensasi, motoris dan
sirkulasi distal sebelum dan sesudah
pembidaian
c. Jika terdapat angulasi hebat dan denyut
nadi tidak teraba, lakukan fiksasi dengan
lembut. Jika terdapat tahanan, bidai
ekstremitas dalam posisi angulasi.
d. Tutup luka terbuka dengan kassa steril
sebelum dibidai, pasang bidai di sisi yang
jauh dari luka tersebut
e. Gunakan bidai yang dapat mengimobilisasi
satu sendi di proksimal dan distal jejas
f. Pasang bantalan yang memadai
g. Jangan mencoba untuk menekan masuk
kembali segmen tulang yang menonjol, jaga
agar ujung segmen fraktur tetap lembab
h. Jika ragu akan adanya fraktur, lakukan
pembidaian pada cedera ekstremitas.
Jenis Bidai

a. Bidai Kaku/Rigid Splint (bahan


apapun, kayu, logam)
b. Bidai Lunak/Soft Splint (air splint,
bantal)
c. Bidai Traksi/Traction Splint
(Thomas splint, hare traction splint)
 2.2pemasangan traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan
berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan
otot. Traksi adalah pemasangan gaya tarikan
ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spame otot, untuk mereduksi,
mensjajarkan, dan mengimubilisasi fraktur;
untuk mengurangi deformitas, dan untuk
menambah ruangan di antara kedua
permukaan patahan tulang.
Jenis-jenis Traksi

 a. Traksi kulit
Traksi kulit menggunakan plaster lebar yang
direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan
perban elastis. Berat maksimum yang dapat
diberikan adalah 5 kg yang merupakan batas
toleransi kulit.
 Jenis-jenis traksi kulit.
 Beberapa jenis traksi kulit, yaitu :
 a. Traksi ekstensi dari Buck adalah traksi kulit
dimana plaster melekat secara sederhana
dengan memakai katrol.
 b. Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada
fraktur suprakondiler humeri anak-anak.
 c. Traksi dari Gallow atau traksi dari Brayant,
dipergunakan pada fraktur femur anak-anak
usia di bawah 2 tahun .
 d. Traksi dari Hamilton Russel, digunakan
pada anak-anak usia lebih dari 2 tahun.
Indikasi
Indikasi penggunaan traksi kulit adalah:
•Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur
femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak-
anak.
•Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan
imobilisasi tidak dapat dilakukan.
Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil
menunggu terapi definitif.
•Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil
misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak.
• Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur
sendi misalnya sendi lutut dari panggul.
•Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang
seperti hernia nukleus
pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
Kompli kasi :
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada
traksi kulit.
b. Penyakit trombo emboli.
c. Abersi, infeksi serta alergi pada kulit.
b. Traksi pada tulang
gips
 Pemasangan gips merupakan salah satu pengobatan
konservatif pilihan (terutama pada fraktur) dan dapat
dipergunakan di daerah terpencil dengan hasil yang cukup baik
bila cara pemasangan, indikasi, kontraindikasi serta perawatan
setelah pemasangan diketahui dengan baik.
 Bentuk -bentuk Pemasangan GIPS
 a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua
pertiga lingkaran permukaan anggota gerak.
 b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-
posterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir
melingkar.
 c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota
gerak.
 d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai
untuk menumpu atau berjalan pada patah tulang anggota
gerak bawah.
Indikasi
a. Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai
bidal).
b. Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi
nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis tulang belakang
atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang
belakang.
c. Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama
pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.
d. Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada
talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut
oleh karena berbagai sebab.
e. Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
f. Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk
menyatu setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.
g. Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya
setelah operasi tendo Achilles.
h. Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai
atau protesa.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH


Anda mungkin juga menyukai