Anda di halaman 1dari 19

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

DALAM PENYUSUNAN LKPD


TAHUN 2019

OLEH :
BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH
1. Memastikan saldo audited tahun 2018 (LHP BPK No.
22.A/LHP/XVIII.PEK/05/2019 Tanggal 17 Mei 2019)
menjadi saldo awal tahun 2019.
2. Melakukan uji analistis vertikal dan horizontal untuk
memastikan sinkronisasi saldo antar jenis laporan
keuangan.
3. Akan tetapi pada aplikasi SIPKD Keuangan belum bisa
menarik saldo akhir tahun 2018 menjadi saldo awal tahun
2019, sehingga perlu dilakukan input manual.
 Pemerintah Provinsi Riau TELAH KONSISTEN Dalam menerapkan
Akuntansi berbasis Akrual dengan berpedoman kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 tentang penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah selama periode tahun anggaran
berjalan. Serta Pergub No. 41 Tahun 2014 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Provinsi Riau Berbasis Akrual sebagai mana
diubah beberepa kali terakhir nomor 67 tahun 2018 dan Pergub No.
51 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Berbasis Akrual sebagaimana diubah nomor 73 Tahun 2015.
 Pemerintah Provinsi Riau sedang
mengembangkan sistem dalam pengelolaan
Barang Milik Daerah yakni SIPKD (Modul ASET)
yang akan terintegrasi dengan SIPKD Keuangan.
 Aset Tetap dinilai dengan biaya perolehan.
 Biaya perolehan aset tetap terdiri dari harga beli atau
biaya konstruksinya termasuk bea impor dan setiap
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang
membuat aset tersebut dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan.
 Atribusi biaya kapitalisasi aset tetap telah
menggunakan sistem pembagian secara
proporsional.
 Batas minimal kapitalisasi untuk pengeluaran aset
tetap berupa peralatan dan mesin sebesar Rp.
500.000 per unit, sedangkan untuk pengeluaran aset
tetap berupa gedung dan bangunan sebesar Rp.
10.000.000,-
 Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sedang
melaksanakan pendataan asset tetap tanah di
bawah jaringan dan irigasi.
 Hasil pendataan aset tersebut akan dicatat
pada Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi
Riau tahun 2019
STATUS DAERAH IRIGASI YANG MENJADI WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH PROVINSI RIAU LAMPIRAN KEPMEN PUPR 14 TAHUN 2015

Jumlah Luasan
NO Nama Daerah Irigasi Rawa Keterangan
DIR (Ha)

III PROVINSI RIAU 8 10.035


a Kab. Kampar 6 6.588
1 D.I. Bancah Labi Sei Silam 1.063
2 D.I. Muara Jalai Sei Tanang Sawah 1.065
D.I. Ranah Singkuang Sei Sirah
1.203
3 Penyesawan
4 D.I. S e i P a k u 1.123
5 D.I. Sei Tibun Petapahan 1.105
6 D.I. Uwai Pangoan 1.029
b Kab. Kuantan Singingi 1.293
1 D.I. Sebrang Gunung Paing 1 1.293
c Kab. Rokan Hulu 2.154
1 D.I. Kaiti Samo 1 2.154
 Bila tidak ada Perda APBD-P, Pemerintah Provinsi
Riau melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD dan ditampung dalam
Laporan Realisasi Anggaran.
 Pada tahun 2019 Pemerintah Provinsi Riau
menerbitkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2019
tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Riau Tahun Anggaran 2019
Tanggal 18 September 2019
 Pemerintah Provinsi Riau telah menyetorkan
hampir seluruh potongan pajak yang
dilakukan oleh BUD dan Bendahara
Pengeluaran ke Kas Negara.
 Sisa yang utang PFK yang belum di setor ke
Kas Negara sebesar Rp. 1.089.440
Inspektorat melakukan reviu terhadap akun-
akun yang ada dalam Laporan Keuangan,
termasuk kewajiban jangka pendek
 Penganggaran pendapatan dan belanja BOS dalam APBD
dimulai dari usulan Alokasi BOS diusulkan oleh
KEMDIKBUD dan di proses oleh KEMENKEU, setelah
PERPRES alokasi BOS keluar. Selanjutnya penganggaran
BOS APBD Provinsi Riau dilaksanakan mengacu kepada
update DATA DAPODIK, untuk kemudian dikeluarkan
PERGUB. Dan penyusunannya mengacu kepada
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
 Pendapatan dana BOS dianggarkan pada
rekening Dana Perimbangan – Dana Alokasi
Khusus - Dana Alokasi Khusus Non Fisik
 Belanja BOS terdiri dari :
1. Belanja Hibah Dana BOS (Penyaluran untuk
SD dan SMP Kab/Kota, SLB dan SMA/SMK
Swasta)
2. Belanja Barang dan Jasa Dana BOS
3. Belanja Modal Dana BOS
 Berdasarkan Surat Permintaan Pengesahan
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan (SP3B)
yang disampaikan oleh Pengguna Anggaran OPD
BLUD, PPKD melakukan pengesahan dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Pendapatan,
Belanja dan Pembiayaan (SP2B).
 Seteleh dilakukan pengesahan (SP2B), Realisasi
pendapatan dan belanja BLUD dimasukan ke
Laporan Keuangan OPD.
 Hibah aset dari pemerintah pusat langsung ke sekolah
yang bersangkutan tidak melalui Dinas Pendidikan.
 Pemerintah Provinsi Riau sedang melakukan
pengumpulan data dari KEMENTERIAN PENDIDIKAN dan
pencocokan data ke masing-masing sekolah yang
bersangkutan terkait hibah aset pemerintah pusat ke
sekolah negeri; baru didata 6 kabupaten yakni Bengkalis,
Rohul, Rohil, Kampar, Pelalawan dan Inhil.
 Hibah aset dari pemerintah pusat belum dicatat dalam
Laporan Keuangan.
 Pemerintah Provinsi Riau TIDAK ADA
menerima Fasum/Fasos yang diserahkan
oleh pengembang.
Pemerintah Provinsi Riau menggunakan Aplikasi
SIPKD dalam menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD)

Anda mungkin juga menyukai