Anda di halaman 1dari 149

TAHUN ANGGARAN 2019

Per 31 Desember 2019


NOMOR : 900/136/BLUD UPTD PKM Pat-1/II/2020

Jl. Mayjen Lili Kusumah No. 458


Kota Banjar Propinsi Jawa Barat
Banjar, 14 Pebruari 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Laporan


Keuangan pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Dinas Kesehatan Kota
Banjar untuk tahun buku yang berakhir per tanggal 31 Desember 2019 telah
dapat disusun.
Laporan Keuangan ini disusun sebagai implementasi dari amanah Pasal
28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan peraturan-peraturan perundangan lainnya yang menyangkut tanggung
jawab pengelolaan keuangan negara/daerah, Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan perubahannya
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Perda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kota Banjar serta Surat Keputusan Walikota
Banjar Nomor 910/Kpts.214-DPPKA/2019 Tentang Penyusunan Laporan
Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2019.
Laporan Realisasi APBD (akrual) pada BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember 2019, menunjukkan
Realisasi Belanja sebesar Rp. 1.949.003.153,00 atau 83,24% dari target
anggaran tahun 2019 sebesar Rp. 3.049.008.777,81, sedangkan pada tahun
2018 menunjukan realisasi sebesar Rp. 49.455.754,00 atau 10,88% dari target
anggaran tahun 2018 sebesar Rp. 454.419.062,00. Pencapaian realisasi pada
tahun 2018 kecil dikarenakan anggaran pada tahun 2018 untuk APBD dan
BOK masuk di anggaran Dinas Kesehatan Kota Banjar, dan puskesmas hanya
mengelola anggaran JKN saja.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 tahun anggaran 2019 sebesar Rp. 662.508.320,00 (93,64%) dari
pagu PAD sebesar Rp. 707.477.875,00, sedangkan pada tahun 2018 realisasi
PAD sebesar Rp. 503.874.816,00 atau 80,02% dari target PAD tahun 2018
sebesar Rp. 629.682.900,00.

i
Penambahan realisasi pada tahun 2019 ini dipengaruhi oleh adanya
pagu anggaran Gaji (Belanja Tidak Langsung/BTL), JKN dan BOK yang masuk
dikarenakan adanya perubahan-perubahan transisi kebijakan pengelolaan,
penyerapan dan belanja anggaran JKN dan BOK, baik dari tingkat pusat
maupun daerah, selain itu karena berubah statusnya Puskesmas Pataruman
1 menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Neraca (akrual) pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Dinas
Kesehatan Kota Banjar per 31 Desember 2019 ditutup dengan jumlah
Kewajiban dan Ekuitas Dana sebesar Rp. 2.119.876.139,32. Dibandingkan
dengan posisi neraca per 31 Desember 2018 (audited) sebesar Rp.
14.150.000,00 terdapat kenaikan sebesar Rp. 2.105.726.139,32 atau sebesar
99,33%. Lonjakan kenaikan ini disebabkan karena berubahnya status
Puskesmas Pataruman 1 menjadi BLUD pada tahun 2019.
Laporan Operasional (LO) periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember 2019
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 menunjukan Pendapatan sebesar
Rp. 660.501.999,00, yang terdiri dari Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp. 645.808.320,00 atau 97,78% dan
Pendapatan Hibah sebesar Rp. 14.693.679,00 atau 2,22%. Beban Operasional
sebesar Rp. 4.364.276.861,62, dengan Beban Pegawai sebesar Rp.
1.410.748.235,00 atau 32,32%, Beban Barang dan Jasa sebesar Rp.
1.034.522.959,62 atau 23,70% dan Beban Penyusutan dan Amortisasi sebesar
Rp. 1.919.005.667,00 atau 43,97% sehingga terdapat Defisit sebesar Rp.
3.703.774.862,00.
Laporan Perubahan Ekuitas periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember
2019 pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 menunjukan nilai ekuitas
akhir sebesar Rp. 2.118.185.019,32 dari nilai ekuitas awal sebesar Rp.
14.150.000,00 dikarenakan ada Defisit nilai LO sebesar Rp. 3.703.774.862,62
dan Pengurangan Dari Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar atas Koreksi Persediaan sebesar Rp. 7.610.895,00 dan Koreksi
Ekuitas Lainnya sebesar Rp. 3.831.372.487,94.
Demikian Laporan Keuangan ini disusun agar dapat memberikan
penjelasan dan sebagai wujud bentuk pertanggungjawaban yang memadai
tentang anggaran dan penggunaan anggaran, serta dapat lebih meningkatkan

ii
kinerja dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan di BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 Dinas Kesehatan Kota Banjar pada khususnya di
masa yang akan datang.

Banjar, 14 Pebruari 2020


Kepala BLUD BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1

dr. Hj. IKA RIKA ROHANTIKA


NIP. 19720102 200604 2 033

iii
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2019 pada BLUD UPTD Puskesmas


Pataruman 1 Dinas Kesehatan Kota Banjar per 31 Desember 2019 Nomor :
900/136/BLUD UPTD PKM Pat-1/II/2019 sebagaimana terlampir adalah
merupakan tanggung jawab kami.

Yang menjadi landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan yaitu :

1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang


mengatur Keuangan Negara;
2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3) Undang-undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
5) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan undang-
undang nomor 9 tahun 2018 tentang perubahan keuda Atas Undang-
Undang nomor 23 Tahu 2014 tentang Pemerintah Daerah;
6) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah denagan peraturan
pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;

iv
10) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelola Uang
Negara Daerah;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
12) Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelola Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah.
Terakhir dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Mentri Dalam Negeri 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
13) Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pokok-poko Pengelola
Keuangan Daerah;
14) Peraturan Walikota Banjar Nomor 32 Tahun 2019 Tanggal 29 Desember
2019 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2014
Tentan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah;
15) Peraturan Walikota Banjar Nomor 34 Tahun 2019 Tanggal 30 Desember
2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Walikota Nomor 13 Tahun
2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Banjar;

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian


anggaran dan keuangan intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan
informasi pelaksanaan anggaran dan realisasi keuangan secara layak sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah ditetapkan sebagaimana
landasan hukum di atas.

Banjar, 14 Pebruari 2020


Kepala BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1

dr. Hj. IKA RIKA ROHANTIKA


NIP. 19720102 200604 2 033

v
PEMERINTAH KOTA BANJAR

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2019 DAN 2018

Urusan Pemerintahan :1 Urusan Wajib


Bidang Pemerintahan : 1 . 02 Kesehatan
Unit Organisasi : 1 . 02 . 04 PUSKESMAS PATARUMAN 1 (Dalam Rupiah)

NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI (%) REALISASI


2019 2019 2018
4 PENDAPATAN - LRA 707.477.875,00 662.508.320,00 93,64 503.874.816,00
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA 707.477.875,00 662.508.320,00 93,64 503.874.816,00
4.1.4 Lain-lain PAD Yang Sah - LRA 707.477.875,00 662.508.320,00 93,64 503.874.816,00

5 BELANJA 3.049.008.777,81 2.611.511.473,00 85,65 454.419.062,00


5.1 BELANJA OPERASI 2.990.172.987,81 2.565.524.473,00 85,80 440.269.062,00
5.1.1 Belanja Pegawai 1.455.091.331,81 1.410.748.235,00 96,95 -
5.1.2 Belanja Barang dan Jasa 1.535.081.656,00 1.154.776.238,00 75,23 440.269.062,00
5.2 BELANJA MODAL 58.835.790,00 45.987.000,00 78,16 14.150.000,00
5.2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 58.835.790,00 45.987.000,00 78,16 14.150.000,00

SURPLUS / (DEFISIT) (2.341.530.902,81) (1.949.003.153,00) 83,24 49.455.754,00

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) (2.341.530.902,81) (1.949.003.153,00) 83,24 49.455.754,00

Banjar, 31 Desember 2019


KEPALA BLUD UPTD PUSKESMAS PATARUMAN 1

dr. Hj. IKA RIKA ROHANTIKA


NIP. 19720102 200604 2 033

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


PEMERINTAH KOTA BANJAR
NERACA
Per 31 December 2019 dan 2018

Urusan Pemerintahan : 1 . 02 Urusan Wajib Pelayanan Dasar Kesehatan


Unit Organisasi : 1 . 02 . 04 PUSKESMAS PATARUMAN I
Sub Unit Organisasi : 1 . 02 . 04 . 01 PUSKESMAS PATARUMAN I
(Dalam Rupiah)
KD. REK URAIAN 2019 2018
1 ASET
1.1 ASET LANCAR
1.1.1 Kas 85.653.517,00 0,00
- Kas di Bendahara Penerimaan 0,00 0,00
- Kas di Bendahara Pengeluaran 0,00 0,00
- Kas di BLUD 85.653.517,00 0,00
- Kas di Bendahara FKTP 0,00 0,00
- Kas di Bendahara BOS 0,00 0,00
- Setara Kas 0,00 0,00
1.1.2 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00
1.1.3 Piutang 0,00 0,00
1.1.4 Piutang Lain-lain 0,00 0,00
1.1.5 Piutang Pendapatan 0,00 0,00
1.1.6 Penyisihan Piutang 0,00 0,00
1.1.7 Beban Dibayar Dimuka 172.150,00 0,00
1.1.8 Persediaan 141.359.431,38 0,00
JUMLAH ASET LANCAR 227.185.098,38 0,00
1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG
1.2.1 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
- Investasi Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya 0,00 0,00
- Investasi dalam Obligasi 0,00 0,00
- Investasi dalam Proyek Pembangunan 0,00 0,00
- Dana Bergulir 0,00 0,00
- Deposito Jangka Panjang 0,00 0,00
- Investasi Non Permanen Lainnya 0,00 0,00
JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non Permanen 0,00 0,00
1.2.2 Investasi Jangka Panjang Permanen
- Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00
- Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00
JUMLAH Investasi Jangka Panjang Permanen 0,00 0,00
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 0,00 0,00
1.3 ASET TETAP
1.3.1 Tanah 119.808.000,00 0,00
1.3.2 Peralatan dan Mesin 1.607.724.395,94 14.150.000,00
1.3.3 Gedung dan Bangunan 1.883.307.430,00 0,00
1.3.4 Jalan, Jaringan dan Instalasi 5.967.500,00 0,00
1.3.5 Aset Tetap Lainnya 0,00 0,00
1.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 0,00 0,00
1.3.7 Akumulasi Penyusutan (1.725.596.884,00) 0,00
JUMLAH ASET TETAP 1.891.210.441,94 14.150.000,00
1.4 DANA CADANGAN
1.4.1 Dana Cadangan 0,00 0,00
JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00
1.5 ASET LAINNYA
1.5.1 Tagihan Piutang Penjualan Angsuran 0,00 0,00
1.5.2 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0,00 0,00
1.5.3 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 0,00 0,00
Urusan Pemerintahan : 1 . 02 Urusan Wajib Pelayanan Dasar Kesehatan
Unit Organisasi : 1 . 02 . 04 PUSKESMAS PATARUMAN I
Sub Unit Organisasi : 1 . 02 . 04 . 01 PUSKESMAS PATARUMAN I
(Dalam Rupiah)
KD. REK URAIAN 2019 2018
1.5.4 Aset Tidak Berwujud 0,00 0,00
1.5.5 Aset Lain-lain 1.480.599,00 0,00
1.5.6 Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud 0,00 0,00
JUMLAH ASET LAINNYA 1.480.599,00 0,00
JUMLAH ASET 2.119.876.139,32 14.150.000,00
2 KEWAJIBAN
2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.1.1 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0,00 0,00
2.1.2 Utang Bunga 0,00 0,00
2.1.3 Utang Pajak 0,00 0,00
2.1.4 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0,00 0,00
2.1.5 Pendapatan Diterima Dimuka 0,00 0,00
2.1.6 Utang Jangka Pendek Lainnya 1.691.120,00 0,00
2.1.7 Utang Beban 0,00 0,00
2.1.8 Kewajiban Untuk Dikonsolidasikan 0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 1.691.120,00 0,00
2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
2.2.1 Utang Dalam Negeri 0,00 0,00
2.2.2 Utang Luar Negeri 0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN 1.691.120,00 0,00
3 EKUITAS
3.1 EKUITAS 2.118.185.019,32 14.150.000,00
JUMLAH EKUITAS 2.118.185.019,32 14.150.000,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.119.876.139,32 14.150.000,00
NERACA

Banjar, 31 Desember 2019


KEPALA PUSKESMAS PATARUMAN 1

dr. Hj. IKA RIKA ROHANTIKA


NIP. 19720102 200604 2 033
DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar i
Pernyataan Tanggung Jawab iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran x
Bagian I Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) per 31 Desember Tahun Anggaran 2019
Bagian II Neraca per 31 Desember 2019 dan per 31 Desember 2018

BAB I PENDAHULUAN 1
A Maksud Penyusunan Laporan Keuangan 1
B Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1
C Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1
D Sistematika Penyusunan Laporan Keuangan 3
BAB II TARGET KINERJA DAN CAPAIAN TARGET KINERJA 4
A Target Kinerja 4
B Penjabaran APBD Tahun Berjalan 8
C Capaian Kinerja Keuangan 8
BAB III IKHTISAR CAPAIAN KINERJA KEUANGAN 10
A Ikhtisar Realisasi Capain Target Kinerja Keuangan 10
B Hambatan dan Kendala yang ada Dalam Pencapain 12
Kinerja Keuangan
BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BANJAR 14
A Kerangka Konseptual Kebijakan Akuntansi Pemerintah 14
Kota Banjar

vi
Hal

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN 101


A Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran 101
B Silpa Tahun Berjalan 110
C Penjelasan Pos-Pos Neraca 111
D Penjelasan Laporan Operasional (LO) 120
E Penjelasan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 123
BAB VI INFORMASI TAMBAHAN YANG PERLU DISAJIKAN 126
A Sistem Informasi Keuangan Daerah 126
B Penerimaan dan Pengeluaran Dana di Luar APBD 126
BAB PENUTUP 128
VII
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 8


BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Tahun Anggaran
2019
Tabel 3.1 Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran 11
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Tahun Anggaran
2019
Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Perubahan Anggaran Per 11
Triwulan
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Tahun Anggaran
2019
Tabel 5.1 Daftar Kelompok Realisasi Belanja Operasi 102
Tabel 5.2 Daftar Rekening Obyek Realisasi Belanja Pegawai 102
Tabel 5.3 Daftar Rekening Obyek Realisasi Belanja Barang dan 103
Jasa T.A 2019
Tabel 5.4 Daftar Rekening Obyek Realisasi Belanja Modal T.A 108
2019
Tabel 5.5 Daftar Rincian Obyek Realisasi Belanja Modal T.A 2019 109
Tabel 5.6 Daftar Rincian Penghitungan SILPA Tahun Berjalan 110
Tabel 5.7 Daftar Saldo Kas di BLUD T.A 2019 111
Tabel 5.8 Daftar Rincian Persediaan 112
Tabel 5.9 Daftar Rincian Mutasi Persediaan 112
Tabel 5.10 Daftar Rincian Saldo Aset Tetap 113
Tabel 5.11 Daftar Rincian Mutasi Aset Tetap Tanah 113
Tabel 5.12 Daftar Rincian Hak Kepemilikan Tanah Berupa 113
Sertifikat
Tabel 5.13 Daftar Rincian Mutasi Aset Tetap Peralatan dan Mesin 114

viii
Tabel 5.14 Daftar Rincian Penambahan Aset Tetap Peralatan dan 114
Mesin
Tabel 5.15 Daftar Rincian Pengurangan Aset Tetap Peratan dan 115
Mesin
Tabel 5.16 Daftar Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan 116
Tabel 5.17 Daftar Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan 116
Tabel 5.18 Daftar Rincian Penambahan Aset Tetap Jalan, Irigasi 117
dan Jaringan
Tabel 5.19 Daftar Rincian Mutasi Aset Tak Berwujud 117
Tabel 5.20 Daftar Rincian Mutasi Aset Lain-Lain 118
Tabel 5.21 Daftar Rincian Mutasi Utang Jangka Pendek Lainnya 118
Tabel 5.22 Daftar Rincian Saldo Ekuitas 119
Tabel 5.23 Daftar Rincian Saldo PAD-LO 120
Tabel 5.24 Daftar Rincian Saldo Pendapatan Transfer-LO 120
Tabel 5.25 Daftar Rincian Saldo Lain-Lain Pendapatan Daerah 121
yang sah
Tabel 5.26 Daftar Rincian Saldo Surplus Non Operasional-LO 121
Tabel 5.27 Daftar Rincian Saldo Pendapatan Luar Biasa-LO 121
Tabel 5.28 Daftar Rincian Saldo Beban Operasi 122
Tabel 5.29 Daftar Rincian Saldo Beban Transfer 122
Tabel 5.30 Daftar Rincian Saldo Kegiatan Non Operasional 122
Tabel 5.31 Daftar Rincian Saldo Beban Luar Biasa 123
Tabel 5.32 Daftar Rincian Saldo Ekuitas Akhir 123
Tabel 5.33 Daftar Rincian Saldo Ekuitas Awal 124
Tabel 5.34 Daftar Rincian Saldo Dampak Kumulatif Perubahan 124
Kebijakan/Kesalahan Mendasar
Tabel 6.1 Daftar Rincian Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran 126
Yang Bersumber dari Dana Non APBD Kota Banjar
Tabel 6.2 Daftar Rincian Realisasi Program dan Kegiatan yang 127
Bersumber dari Dana Pusat

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah


per 31 Desember 2019 dan per 31 Desember 2018
Lampiran 2. Neraca per 31 Desember 2019 dan per 31 Desember 2018
Lampiran 3. Laporan Realisasi Per Rincian Objek Belanja Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah periode 1 Januari 2019
sampai 31 Desember 2019
Lampiran 4. Laporan Perubahan Ekuitas per 31 Desember 2019 dan per
31 Desember 2018
Lampiran 5. Laporan Operasional per 31 Desember 2019 dan per 31
Desember 2018
Lampiran 6. Mutasi Aset per 31 Desember 2019
Lampiran 7. Mutasi Persediaan per 31 Desember 2019
Lampiran 8. Daftar Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2019
Lampiran 9. Bukti Slip Setoran Tagihan Daftar Utang Jangka Pendek per
31 Desember 2019
Lampiran 10. Daftar Utang Jangka Pendek Lainnya per 31 Desember 2019
Lampiran 11. Daftar Pemotongan dan Penyetoran Pajak per 31 Desember
2019
Lampiran 12. Daftar Pajak LS Pihak ke Tiga per 31 Desember 2019
Lampiran 13. Rekap Pajak Rumah Makan/Restaurant per 31 Desember
2019
Lampiran 14. Rekap Pajak Hotel per 31 Desember 2019
Lampiran 15. Daftar Pengadaan Barang per 31 Desember 2019
Lampiran 16. Berita Acara Mutasi Persediaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan per 31 Desember 2019
Lampiran 17. Rekap Mutasi Obat bulan Desember
Lampiran 18. Mutasi Tambah dan Kurang Aset per 31 Desember 2019
Lampiran 18.1. Daftar Pengadaan Belanja Modal per 31 Desember 2019

x
Lampiran 18.2. Laporan Mutasi Aset per 31 Desember 2019
Lampiran 19. Daftar Inventaris Barang Peralatan dan Mesin per 31
Desember 2019
Lampiran 19.1. Daftar Aset Tetap Kondisi Rusak Berat KIB B per 31
Desember 2019
Lampiran 19.2. Berita Acara Pemeriksaan ATK per 31 Desember 2019

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan Keuangan pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota Banjar
Tahun Anggaran 2019 disusun sebagai bentuk akuntabilitas dan
perwujudan ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, yang salah satunya merupakan implementasi dari Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akutansi Pemerintahan.

B. TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Adapun tujuan dari penyusunan laporan keuangan pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi mengenai Realisasi Anggaran dan
Pendapatan Belanja pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1
beserta hambatan pencapaian targetnya;
2. Memberikan informasi tentang aset, kewajiban, ekuitas dan posisi
uang pemerintah daerah pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman
1;
3. Memberikan informasi kepada masyarakat dan stakeholder
pengguna laporan sebagai salah satu bahan kajian, evalusi dan
perencanaan pada tahun anggaran yang akan datang pada BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1.

C. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Yang menjadi landasan hukum dalam penyusunan Laporan Keuangan
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 ini yaitu :
1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian
yang mengatur Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;

1
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
undang-undang nomor 9 tahun 2018 tentang perubahan keuda Atas
Undang-Undang nomor 23 Tahu 2014 tentang Pemerintah Daerah;
6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah denagan
peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelola
Uang Negara Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan;
12. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelola Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali diubah. Terakhir dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Mentri
Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
13. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pokok-poko
Pengelola Keuangan Daerah;
14. Peraturan Walikota Banjar Nomor 32 Tahun 2019 Tanggal 29
Desember 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor
18 Tahun 2014 Tentan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah;

2
15. Peraturan Walikota Banjar Nomor 34 Tahun 2019 Tanggal 30
Desember 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Walikota
Nomor 13 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Kota Banjar;

D. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Sistematika penyusunan laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 Kota Banjar Per 31 Desember 2019 yaitu sebagai berikut :
1. Kata Pengantar;
2. Pernyataan Tanggungjawab Pengguna Anggaran;
3. Laporan Realisasi APBD per 31 Desember 2019 dan 31 Desember
2018;
4. Neraca Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018;
5. Laporan Operasional (LO) per 31 Desember 2019 dan per 31
Desember 2018
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) per 31 Desember 2019 dan per 31
Desember 2018
7. Catatan Atas Laporan Keuangan;
8. Lampiran-lampiran Pendukung.

3
BAB II
TARGET KINERJA DAN
CAPAIAN TARGET KINERJA

A. TARGET KINERJA
Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Kota Banjar Tahun 2018-2023
sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maupun Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014, telah selesai disusun sesuai dengan amanat
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjar 2018-2023 merupakan penjabaran
dari visi, misi, dan program walikota dan wakil walikota terpilih, sekaligus
juga menjadi instrumen pengukuran kinerja pemerintahan daerah untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun sampai dengan Tahun 2023. Dalam
pencapaian target pembangunan RPJMD melibatkan seluruh perangkat
daerah dilingkungan pemerintahan Kota Banjar, mengedepankan
kolaborasi dan sinergi dengan pemerintah pusat dan provinsi, serta
mendorong peran aktif masyarakat termasuk dunia usaha.
Rencana Kerja Pemerintah Kota Banjar periode tahun 2018-2023
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 2 Tahun 2019
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Banjar tahun 2018-2023 tanggal 29 Mei 2019. Komponen RPJM Kota Banjar
Tahun 2018-2023 meliputi Pernyataan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran serta
cara mencapai tujuan dan sasaran yang terdiri dari Kebijakan dan
Program. Sesuai dengan Rencana Strategis Kota Banjar Tahun 2018-2023
yang telah ditetapkan.

4
Visi pembangunan daerah dalam RPJMD Kota Banjar Tahun 2018-2023
merupakan penjabaran dari Visi Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih.
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan
dan peluang yang ada di Kota Banjar, maka kondisi yang ingin dicapai
(desired future) pada periode 2018–2023 adalah sebagai berikut :
“Dengan Iman dan Taqwa Kita Wujudkan Kota Banjar
yang Bersih Pemerintahannya, Sejahtera Masyarakatnya,
Asri Lingkungannya Menuju Banjar Agropolitan”
Deskripsi singkat dari Visi tersebut untuk kemudahan mengingatnya dan
menjadi slogan pembangunan Kota Banjar tahun 2018-2023 adalah:
“Banjar Semakin Berseri”. Kata “Berseri” pada slogan tersebut
merupakan singkatan dari pokok-pokok Visi, yaitu: BERSIH,
SEJAHTERA, dan ASRI. Berikut adalah penjelasan dari visi tersebut:
a. Iman dan Taqwa, mempunyai makna bahwa iman dan taqwa harus
menjadi landasan utama dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan.
b. Bersih, mempunyai makna bahwa kondisi penyelenggaraan
pemerintahan yang terhindar dari praktik KKN, mengedepankan
pelayanan prima yang didukung oleh profesionalisme aparatur,
transparansi dan akuntabel.
c. Sejahtera, mempunyai makna bahwa kondisi masyarakat yang
mampu melangsungkan kehidupan individu maupun kelompok secara
layak, sehat dan produktif, adanya ketenteraman lahir batin serta tidak
diliputi oleh rasa takut.
d. Asri, mempunyai makna bahwa kondisi lingkungan yang tertata, aman,
sehat, rindang dan indah.
e. Agropolitan, mempunyai makna bahwa kondisi Kota Banjar yang
aktivitas ekonominya berbasiskan agrobisnis, agroindustri, agrowisata,
pusat distribusi produk-produk ataupun jasa pertanian.

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan


dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan visi yang baik membantu
memperjelas penggambaran visi yang ingin dicapai dan membantu
menguraikan upaya-upaya strategis yang harus dilakukan. Secara teknis,
rumusan misi menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi

5
perumusan tujuan dan sasaran yang harus dicapai untuk mewujudkan visi
daerah. Dengan memperhatikan perubahan kondisi yang akan dicapai
pada masa yang akan datang dan dalam rangka mewujudkan “Banjar
Semakin Berseri”, maka misi pembangunan Daerah Kota Banjar pada
periode 2018-2023 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Profesional dan


Akuntabel.
b. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
c. Meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
d. Mewujudkan Kota Peduli Hak Asasi Manusia (HAM).
e. Meningkatkan Kualitas Lingkungan.
f. Mengembangkan Daya Tarik dan Potensi Daerah.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Kota Banjar Tahun 2018-2023, Pemerintah Kota Banjar menetapkan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Banjar yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 2 tahun 2019, tanggal 29 Mei 2019
tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Banjar tahun
2018-2023 yang bertujuan:
1. Menelaah kinerja pembangunan pemerintah daerah Kota Banjar tahun
2013-2018.
2. Menelaah kinerja keuangan masa lalu dan menganalisis kerangka
pendanaan daerah untuk 5 tahun ke depan.
3. Merumuskan permasalahan pembangunan daerah berdasarkan
capaian kinerja pembangunan daerah Kota Banjar selama beberapa
tahun terakhir.
4. Merumuskan isu-isu strategis pembangunan lima tahun ke depan
dengan mempertimbangkan aspek internal dan eksternal Kota Banjar.
5. Merumuskan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan
pembangunan Kota Banjar selama 5 tahun ke depan.
6. Merumuskan program pembangunan daerah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan rencana program Perangkat Daerah untuk seluruh
Perangkat Daerah.

6
7. Menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kunci
(IKK) beserta target untuk tahun 2018 hingga 2023.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berfungsi sebagai pedoman
bagi Perangkat Daerah dalam menyusun usulan Program, Kegiatan dan
Anggaran.
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KU APBD)
Kota Banjar ditetapkan berdasarkan Nota Kesepakatan Antara Pemerintah
Kota Banjar dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjar Nomor
073/Kjs.28-Huk/2018 dan 074/Kjs.11-DPRD/2018 tanggal 16 Desember
2018 tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Banjar Tahun Anggaran 2019. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Perubahan (KU APBD-P) Kota Banjar ditetapkan
berdasarkan Nota Kesepakatan Antara Pemerintah Kota Banjar dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjar Nomor 073/Kjs.21-
Huk/2019 dan 074/Kjs.09-DPRDP/2019 tanggal 30 Juli 2019 tentang
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KU APBD-P)
Kota Banjar Tahun Anggaran 2019 sebagai dasar penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan APBD tahun 2019.
Sebagai implementsi dari Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja (KU APBD) kemudian Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) Kota
Banjar Tahun Anggaran 2019 ditetapkan berdasarkan Nota Kesepakatan
Antara Pemerintah Kota Banjar dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Banjar Nomor 073/Kjs.29-Huk/2018 dan 074/Kjs.12-DPRD/2018
tanggal 16 Desember 2018 tentang Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Kota Banjar tahun 2019 serta sebagai dasar
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) Tahun Anggaran 2019 serta Nota Kesepakatan Antara
Pemerintah Kota Banjar dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Banjar Nomor 073/Kjs.22-Huk/2019 dan 074/Kjs.10-DPRDP/2019 tanggal 30
Juli 2019 tentang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan
(PPAS-P) Kota Banjar tahun 2019 serta sebagai dasar penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (RAPBD-
P) Tahun Anggaran 2019.

7
Merujuk pada Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) Kota Banjar Tahun
Anggaran 2019, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Banjar Tahun Anggaran 2019 ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Banjar Nomor 7 Tahun 2018 tanggal 31 Desember 2018 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Banjar Tahun Anggaran
2019 serta Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 11 Tahun 2019 tanggal 11
September 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Perubahan (APDB-P) Kota Banjar Tahun Anggaran 2019.
Penjabarannya ditetapkan APBD berdasarkan Peraturan Walikota Nomor
71 Tahun 2018 tanggal 12 Oktober 2018 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Banjar Tahun Anggaran 2019
serta Peraturan Walikota Nomor 37 Tahun 2019 tanggal 11 September
2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Perubahan (APBD-P) Kota Banjar Tahun Anggaran 2019.

B. PENJABARAN APBD TAHUN BERJALAN


Dalam perjalanan pelaksanaan APBD tahun 2019 pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 terdapat perubahan tuntutan dan kebutuhan
pelayanan kepada masyarakat yang perlu disikapi dengan penyesuaian
program dan kegiatan. Perubahan tersebut sudah barang tentu
berpengaruh terhadap APBD tahun 2019 sehingga perlu disesuaikan.
Ringkasan Realisasi APBD BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota
Banjar per 31 Desember Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Tahun Anggaran 2019
NO. URUT URAI AN ANGGARAN REALI SASI (%) REALI SASI
2019 2019 2018

4 PENDAPATAN - LRA 707.477.875,00 662.508.320,00 93,64 503.874.816,00

4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA 707.477.875,00 662.508.320,00 93,64 503.874.816,00

4.1.4 Lain-lain PAD Yang Sah - LRA 707.477.875,00 662.508.320,00 93,64 503.874.816,00

5 BELANJA 3.049.008.777,81 2.611.511.473,00 85,65 454.419.062,00

5.1 BELANJA OPERASI 2.990.172.987,81 2.565.524.473,00 85,80 440.269.062,00

5.1.1 Belanja Pegawai 1.455.091.331,81 1.410.748.235,00 96,95 -


5.1.2 Belanja Barang dan Jasa 1.535.081.656,00 1.154.776.238,00 75,23 440.269.062,00

5.2 BELANJA MODAL 58.835.790,00 45.987.000,00 78,16 14.150.000,00


5.2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 58.835.790,00 45.987.000,00 78,16 14.150.000,00

SURPLUS / (DEFI SI T) (2.341.530.902,81) (1.949.003.153,00) 83,24 49.455.754,00

SI SA LEBI H PEMBI AYAAN ANGGARAN (2.341.530.902,81) (1.949.003.153,00) 83,24 49.455.754,00


(SI LPA)

8
C. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN KEUANGAN
Laporan Realisasi APBD (akrual) pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman
1 periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember 2019, menunjukkan Realisasi
Belanja sebesar Rp. 1.949.003.153,00 atau 83,24% dari target anggaran
tahun 2019 sebesar Rp. 3.049.008.777,81, sedangkan pada tahun 2018
menunjukan realisasi sebesar Rp. 49.455.754,00 atau 10,88% dari target
anggaran tahun 2018 sebesar Rp. 454.419.062,00.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 tahun anggaran 2019 sebesar Rp. 662.508.320,00 (93,64%)
dari pagu PAD sebesar Rp. 707.477.875,00, sedangkan pada tahun 2018
realisasi PAD sebesar Rp. 503.874.816,00 atau 80,02% dari target PAD
tahun 2018 sebesar Rp. 629.682.900,00.
Penambahan realisasi pada tahun 2019 dipengaruhi oleh adanya pagu
anggaran Gaji (Belanja Tidak Langsung/BTL), JKN dan BOK yang masuk
dikarenakan adanya perubahan-perubahan transisi kebijakan
pengelolaan, penyerapan dan belanja anggaran JKN dan BOK, baik dari
tingkat pusat maupun daerah, selain itu karena berubah statusnya
Puskesmas Pataruman 1 menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Neraca (akrual) pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Dinas
Kesehatan Kota Banjar per 31 Desember 2019 ditutup dengan jumlah
Kewajiban dan Ekuitas Dana sebesar Rp. 2.119.876.139,32. Dibandingkan
dengan posisi neraca per 31 Desember 2018 (audited) sebesar Rp.
14.150.000,00 terdapat kenaikan sebesar Rp. 2.105.726.139,32 atau
sebesar 99,33%. Lonjakan kenaikan ini disebabkan karena berubahnya
status Puskesmas Pataruman 1 menjadi BLUD pada tahun 2019.
Laporan Operasional (LO) periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember 2019
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 menunjukan Pendapatan
sebesar Rp. 660.501.999,00, yang terdiri dari Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp.
645.808.320,00 atau 97,78% dan Pendapatan Hibah sebesar Rp.
14.693.679,00 atau 2,22%. Beban Operasional sebesar Rp. 4.364.276.861,62,
dengan Beban Pegawai sebesar Rp. 1.410.748.235,00 atau 32,32%, Beban
Barang dan Jasa sebesar Rp. 1.034.522.959,62 atau 23,70% dan Beban

9
Penyusutan dan Amortisasi sebesar Rp. 1.919.005.667,00 atau 43,97%
sehingga terdapat Defisit sebesar Rp. 3.703.774.862,00.
Laporan Perubahan Ekuitas periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember 2019
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 menunjukan nilai ekuitas akhir
sebesar Rp. 2.118.185.019,32 dari nilai ekuitas awal sebesar Rp.
14.150.000,00 dikarenakan ada Defisit nilai LO sebesar Rp.
3.703.774.862,62 dan Pengurangan Dari Dampak Kumulatif Perubahan
Kebijakan/Kesalahan Mendasar atas Koreksi Persediaan sebesar Rp.
7.610.895,00 dan Koreksi Ekuitas Lainnya sebesar Rp. 3.831.372.487,94.

10
BAB III
IKHTISAR CAPAIAN KINERJA KEUANGAN

A. IKHTISAR REALISASI CAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN


APBD Tahun Anggaran 2019 ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Banjar Nomor 7 Tahun 2018 tanggal 31 Desember 2018 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Banjar Tahun Anggaran
2019 dan penjabaranya berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 71 Tahun
2018 tanggal 12 Oktober 2018 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kota Banjar Tahun Anggaran 2019 serta
sebagai implementasi dan sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah.
Dalam perjalanan pelaksanaan APBD tahun 2019 tersebut terdapat
perubahan tuntutan dan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat yang
perlu disikapi dengan penyesuaian program dan kegiatan. Perubahan
tersebut sudah barang tentu berpengaruh terhadap APBD tahun 2019
sehingga perlu disesuaikan dalam perubahan APBD tahun 2019.
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 ditetapkan berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Banjar Nomor 11 Tahun 2019 tanggal 11 September 2019
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APDB-P)
Kota Banjar Tahun Anggaran 2019 dan penjabarannya berdasarkan
Peraturan Walikota Nomor 37 Tahun 2019 tanggal 11 September 2019
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan
(APBD-P) Kota Banjar Tahun Anggaran 2019.
Kondisi yang mendasari perlunya perubahan APBD tahun 2019 tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Rencana pendapatan daerah bertambah karena adanya bantuan
Pemerintah Pusat, di bidang kesehatan/puskesmas khususnya DAK
Non Fisik dalam bentuk Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) baik Kapitasi maupun Non
Kapitasi;

11
2) Pergeseran, penambahan dan pengurangan anggaran untuk setiap
kegiatan karena adanya tambahan dan kebutuhan yang berakibat
perubahan pada obyek belanja pada sebagian program dan kegiatan
sesuai dinamika kebutuhan masyarakat/program di puskesmas;
Ringkasan APBD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota Banjar per 31
Desember Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Tahun Anggaran 2019
Bertambah/
Jumlah (Rp)
KODE (Berkurang)
URAIAN
REKENING Sebelum Setelah
(Rp) %
Perubahan Perubahan
2 3 4 5 6
4 PENDAPATAN 639.682.900,00 707.477.875,00 67.794.975,00 10,60
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 639.682.900,00 707.477.875,00 67.794.975,00 10,60
4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 639.682.900,00 707.477.875,00 67.794.975,00 10,60
yang Sah
5 BELANJA 3.530.583.142,81 3.049.008.777,81 (481.574.365,00) (13,64)
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.203.640.842,81 1.455.091.331,81 (748.549.511,00) (33,97)
5.1 .1 Belanja Pegawai 2.203.640.842,81 1.455.091.331,81 (748.549.511,00) (33,97)
5.2 BELANJA LANGSUNG 1.326.942.300,00 1.593.917.446,00 266.975.146,00 20,12
5.2.1 Belanja Pegawai 530.293.740,00 602.790.716,00 72.496.976,00 13,67
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 739.312.770,00 932.290.940,00 192.978.170,00 26,10
5.2.3 Belanja Modal 57.335.790,00 58.835.790,00 1.500.000,00 2,62
SURPLUS / (DEFISIT) (2.890.900.242,81) (2.341.530.902,81) 549.369.340,00 (19,00)

Dari tabel 3.1 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pendapatan pada
perubahan anggaran BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 pada tahun
2019 mengalami peningkatan sebesar Rp. 67.794.975,00 atau sebesar
10,60%. Sedangkan belanja mengalami penurunan sebesar Rp.
481.574.365,00 atau sebesar 13,64% yang terdiri dari belanja tidak
langsung sebesar Rp. 748.549.511,00 atau sebesar 33,97% dan belanja
langsung sebesar Rp. 266.975.146,00 atau sebesar 20,12%.
Dalam pelaksanaan perubahan anggaran yang telah direncanakan dan
telah ditetapkan tersebut, perlu dilakukan penyusunan rencana
kebutuhan anggaran per triwulannya untuk mempermudah dalam hal
pelaksanaan penyerapan anggaran sesuai dengan kebutuhan program dan
kegiatan, adapun secara garis besar dapat disajikan ringkasan dari
rencana anggaran pertriwulannya pada BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 pada tahun 2019 adalah sebagai berikut :

12
Tabel 3.2
Rencana Pelaksanaan Perubahan Anggaran Per Triwulan
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Tahun Anggaran 2019
TRIWULAN
NO. URAIAN
I II III IV JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7
1 Pendapatan 176.868.000,00 176.868.000,00 176.868.000,00 176.873.875,00 707.477.875,00
2.1 Belanja Tidak Langsung 265.473.848,00 432.198.248,70 406.218.112,00 351.201.123,11 1.455.091.331,81
2.2 Belanja Langsung 834.664.331,00 251.293.000,00 345.023.399,00 162.936.716,00 1.593.917.446,00
3.1 Penerimaan Pembiayaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat rencana pelaksanaan perubahan


anggaran per triwulan pada Pendapatan BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 adalah sebesar Rp. 176.868.000,00 atau sebesar 25,00% per
triwulannya dari alokasi pagu anggaran Pendapatan sebesar Rp.
707.477.875,00.
Sedangkan rencana pelaksanaan perubahan anggaran per triwulan pada
Belanja BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 adalah pada triwulan 1
sebesar Rp. 1.100.138.179,00 atau sebesar 36,08% yang terdiri dari belanja
tidak langsung sebesar Rp. 265.473.848,00 (18,24%) dan belanja langsung
sebesar Rp. 834.664.331,00 (52,37%) dan pada triwulan 2 sebesar Rp.
683.491.248,70 atau sebesar 22,4% yang terdiri dari belanja tidak langsung
sebesar Rp. 432.198.248,70 (29,70%) dan belanja langsung sebesar Rp.
251.293.000,00 (15,77%). Pada triwulan 3 sebesar Rp. 751.241.511,00 atau
sebesar 24,64% yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp.
406.218.112,00 (27,92%) dan belanja langsung sebesar Rp. 345.023.399,00
(21,65%) serta pada triwulan 4 sebesar Rp. 514.137.839,11 atau sebesar
16,86% yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp. 351.201.123,11
(24,14%) dan belanja langsung sebesar Rp. 162.936.716,00 (10,22%) dari
alokasi pagu anggaran Belanja sebesar Rp. 3.049.008.777,81.

B. HAMBATAN DAN KENDALA YANG ADA DALAM PENCAPAIN


KINERJA KEUANGAN
Pada prinsipnya pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah di BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota Banjar per 31 Desember 2019 tidak

13
ada hambatan atau kendala yang berarti, bahkan menunjukan
peningkatan yang cukup signifikan dengan diterapkannya pengelolaan
data keuangan secara digital yaitu dengan aplikasi Simda21 Keuangan
sehingga pengSPJ-an lebih terkoreksi dengan baik. Akan tetapi perlu
diungkapkan beberapa hambatan yang cukup berpengaruh terhadap
capaian Kinerja Keuangan BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota
Banjar diantaranya adalah:
1. Keterlambatan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2019 dipengaruhi oleh pagu anggaran Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) yang belum terserap dikarenakan adanya
perubahan-perubahan transisi kebijakan pengelolaan, penyerapan dan
belanja anggaran BOK baik dari tingkat pusat maupun daerah;
2. Berubah statusnya Puskesmas Pataruman 1 menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) yang sudah barang tentu ada perubahan dalam
hal penatausahaan keuangan, sehingga pengelolaan anggaran baik itu
pendapatan maupun belanja tidak langsung/belanja langsung yang
tadinya dikelola di Dinas Kesehatan Kota Banjar menjadi dikelola oleh
Puskesmas selaku PPK BLUD;
3. Sumber Daya Manusia yang kurang memadai terutama untuk pejabat
pengelola keuangan di BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 masih
merangkap sebagai pelaksana Perawat Gigi yang melaksanakan
program pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut di puskesmas baik di
dalam dan luar gedung puskesmas di wilayah kerjanya.

14
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
PEMERINTAH KOTA BANJAR

Dalam Penyusunan Laporan Keuangan, Pemerintah Kota Banjar menerapkan


Kebijakan Akuntansi yang telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota
Banjar. Adapun rincian kebijakan akuntansi tersebut sebagai berikut :
BAB I
KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI
PEMERINTAH KOTA BANJAR

1. Pendahuluan
1. Kerangka Konseptual Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota
Banjar ini mengacu pada Kerangka Konseptual Standar Akuntansi
Pemerintahan untuk merumuskan konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar. Tujuan
kerangka konseptual kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Banjar adalah
sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya;
b. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah
akuntansi yang belum diatur dalam kebijakan akuntansi;
c. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi; dan
d. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi
yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
kebijakan akuntansi.
2. Kerangka Konseptual ini berfungsi pula sebagai acuan dalam
hal terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam kebijakan
akuntansi Pemerintah Kota Banjar.
3. Dalam hal terjadi pertentangan antara Kerangka Konseptual
dan kebijakan akuntansi, maka yang dijadikan pedoman adalah
ketentuan dalam kebijakan akuntansi ini.

15
4. Kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Banjar adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang telah dipilih berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan untuk diterapkan dalam penyusunan dan penyajian
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Banjar.
5. Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan
dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar untuk tujuan
umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan
terhadap anggaran dan antar periode.
6. Kebijakan ini berlaku untuk setiap entitas
akuntansi/pelaporan Pemerintah Kota Banjar, yang memperoleh
anggaran berdasarkan APBD, tidak termasuk perusahaan daerah.
2. Ruang Lingkup
7. Kebijakan akuntansi ini berlaku untuk entitas akuntansi dan
entitas pelaporan pada Pemerintah Kota Banjar dalam menyusun laporan
keuangan. Kerangka Konseptual ini meliputi:
1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan;
2. Lingkungan Akuntansi Pemerintah Kota Banjar;
3. Pengguna dan Kebutuhan Informasi;
4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan;
5. Komponen Laporan Keuangan;
6. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan;
7. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan;
8. Asumsi Dasar;
9. Prinsip-Prinsip;
10. Kendala Informasi Akuntansi;
11. Dasar Hukum; dan
12. Daftar Istilah.

3. Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan


Peranan Laporan keuangan
8. Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar disusun untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan
seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjar selama

16
satu periode pelaporan. Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar
terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang
dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional Pemerintah
Kota Banjar, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi pemerintah kota banjar dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
9. Pemerintah Kota Banjar mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai
dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada
suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Kota
Banjar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan Pemerintah Kota Banjar dalam periode
pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan
dan pengendalian atas seluruh aset dan ekuitas dana Pemerintah
Kota Banjar untuk kepentingan masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki
hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban Pemerintah Kota Banjar dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah
penerimaan Pemerintah Kota Banjar pada periode laporan cukup
untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung
beban pengeluaran tersebut.

17
e. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai
kinerja yang direncanakan.
Tujuan Pelaporan Keuangan
10. Pelaporan keuangan Pemerintah Kota Banjar menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial
maupun politik dengan:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi
yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil
yang telah dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan
mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal
dari pungutan pajak dan pinjaman;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan
entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
11. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya
keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional
(LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas Pemerintah Kota Banjar.
Lingkungan Akuntansi Pemerintah Kota Banjar
12. Lingkungan operasional organisasi Pemerintah Kota Banjar
memiliki pengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan

18
pelaporan keuangannya.
4. Ciri-ciri penting lingkungan Pemerintah Kota Banjar yang
dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Ciri utama struktur Pemerintah Kota Banjar dan pelayanan yang
diberikan:
1) Bentuk umum Pemerintah Kota Banjar dan pemisahan
kekuasaan;
2) Sistem pemerintahan otonomi;
3) Adanya pengaruh proses politik;
4) Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan
Pemerintah Kota Banjar.
b. Ciri keuangan Pemerintah Kota Banjar yang penting bagi aspek
pengendalian:
1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan
sebagai alat pengendalian;
2) Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan;
3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan
pengendalian;
4) Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena
digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan.
Bentuk Umum Pemerintah Kota Banjar dan Pemisahan
Kekuasaan
14. Dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berazas demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat. Rakyat
mendelegasikan kekuasaan kepada pejabat publik melalui proses
pemilihan. Sejalan dengan pendelegasian kekuasaan ini adalah
pemisahan wewenang di antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sistem
ini dimaksudkan untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan terhadap
kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan di antara penyelenggaraan
Pemerintah Kota Banjar.
15. Sebagaimana berlaku dalam lingkungan keuangan

19
Pemerintah Kota Banjar, pihak eksekutif menyusun anggaran dan
menyampaikannya kepada pihak legislatif untuk mendapatkan
persetujuan. Pihak eksekutif bertanggung jawab atas penyelenggaraan
keuangan tersebut kepada pihak legislatif dan rakyat.
Sistem Pemerintahan Otonomi dan Transfer Pendapatan
Antar Pemerintah
16. Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan
dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang
lebih luas cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang
cakupannya lebih sempit. Adanya pemerintah yang menghasilkan
pendapatan pajak atau bukan pajak yang lebih besar mengakibatkan
diselenggarakannya sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau
subsidi antar entitas pemerintahan.
Pengaruh Proses Politik
17. Salah satu tujuan utama Pemerintah Kota Banjar adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sehubungan dengan itu, Pemerintah
Kota Banjar berupaya untuk mewujudkan keseimbangan fiskal dengan
mempertahankan kemampuan keuangan daerah yang bersumber dari
pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi keinginan
masyarakat. Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan
keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses politik untuk
menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.
Hubungan antara Pembayaran Pajak dan Pelayanan
Pemerintah Kota Banjar
18. Walaupun dalam keadaan tertentu Pemerintah Kota Banjar
memungut secara langsung atas pelayanan yang diberikan, pada
dasarnya sebagian besar pendapatan Pemerintah Kota Banjar bersumber
dari pungutan pajak dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Jumlah pajak yang dipungut tidak berhubungan langsung
dengan pelayanan yang diberikan Pemerintah Kota Banjar kepada wajib
pajak. Pajak yang dipungut dan pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Banjar mengandung sifat-sifat tertentu yang wajib

20
dipertimbangkan dalam mengembangkan laporan keuangan, antara lain
sebagai berikut:
a. Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang
sifatnya sukarela.
b. Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan,
seperti penghasilan yang diperoleh, kekayaan yang dimiliki, aktivitas
bernilai tambah ekonomis, atau nilai kenikmatan yang diperoleh.
c. Efisiensi pelayanan yang diberikan Pemerintah Kota Banjar
dibandingkan dengan pungutan yang digunakan untuk pelayanan
dimaksud sering sukar diukur sehubungan dengan monopoli
pelayanan oleh Pemerintah Kota Banjar. Dengan dibukanya
kesempatan kepada pihak lain untuk menyelenggarakan pelayanan
yang biasanya dilakukan Pemerintah Kota Banjar, seperti layanan
pendidikan dan kesehatan, pengukuran efisiensi pelayanan oleh
Pemerintah Kota Banjar menjadi lebih mudah.
d. Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang
diberikan Pemerintah Kota Banjar adalah relatif sulit.
Anggaran sebagai Pernyataan Kebijakan Publik, Target Fiskal,
dan Alat Pengendalian
19. Anggaran Pemerintah Kota Banjar merupakan dokumen
formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja
yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan Pemerintah Kota Banjar
dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja
tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi
defisit atau surplus. Dengan demikian, fungsi anggaran di lingkungan
Pemerintah Kota Banjar mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi
dan pelaporan keuangan, antara lain karena :
a. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
b. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan
keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang
diinginkan.
c. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi

21
hukum.
d. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja Pemerintah Kota
Banjar.
e. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan
Pemerintah Kota Banjar sebagai pernyataan pertanggungjawaban
Pemerintah Kota Banjar kepada publik.
Investasi dalam Aset yang Tidak Menghasilkan Pendapatan
20. Pemerintah Kota Banjar menginvestasikan dana yang besar
dalam bentuk aset yang tidak secara langsung menghasilkan pendapatan
bagi Pemerintah Kota Banjar, seperti gedung perkantoran, jembatan,
jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian besar aset dimaksud
mempunyai masa manfaat yang lama sehingga program pemeliharaan
dan rehabilitasi yang memadai diperlukan untuk mempertahankan
manfaat yang hendak dicapai. Dengan demikian, fungsi aset dimaksud
bagi Pemerintah Kota Banjar berbeda dengan fungsinya bagi organisasi
komersial. Sebagian besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan
secara langsung bagi Pemerintah Kota Banjar, bahkan menimbulkan
komitmen Pemerintah Kota Banjar untuk memeliharanya di masa
mendatang.

4. Pengguna dan Kebutuhan Informasi


Pengguna Laporan Keuangan
21. Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan
keuangan Pemerintah Kota Banjar, namun tidak terbatas pada :
a. Masyarakat;
b. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,
dan pinjaman; dan
d. Pemerintah yang lebih tinggi (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat).
Kebutuhan Informasi
22. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan
umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok
pengguna. Dengan demikian laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar

22
tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing
kelompok pengguna. Namun demikian, selain Dana Alokasi Umum,
berhubung pajak merupakan sumber utama pendapatan Pemerintah Kota
Banjar, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan
informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian.
23. Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang
tercantum di dalam laporan keuangan, Pemerintah Kota Banjar wajib
memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk
keperluan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
24. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-
ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini
merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
Pemerintah Kota Banjar dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
a. Relevan
b. Andal
c. Dapat dibandingkan
d. Dapat dipahami
Relevan
25. Laporan Keuangan Pemerintah Kota Banjar dikatakan
relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan
membantunya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna
laporan dimasa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang
relevan adalah yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
26. Informasi yang relevan harus:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feed back value), artinya bahwa
laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar harus memuat informasi
yang memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau
mengoreksi ekspektasinya di masa lalu;
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value),artinya bahwa laporan

23
keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna
laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan
hasil masa lalu dan kejadian masa kini;
c. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Kota
Banjar harus disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna untuk pembuatan keputusan pengguna laporan keuangan;
dan
d. L e n g k a p , artinya bahwa penyajian laporan keuangan Pemerintah
Kota Banjar harus memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pembuatan keputusan pengguna laporan. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan
dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Andal
27. Informasi dalam laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar
harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan setiap kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi.
Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi
karakteristik:
a. Penyajiannya jujur
Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar harus memuat informasi
yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan;
b. Dapat diverifikasi (verifiability)
Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar harus memuat informasi
yang dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali
oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus tetap menunjukkan
kesimpulan yang tidak jauh berbeda;

24
c. Netralitas
Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar harus memuat informasi
yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan bias pada
kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal
tersebut akan merugikan pihak lain.
Dapat Dibandingkan
28. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan Pemerintah
Kota Banjar akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan Pemerintah Kota
Banjar lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal
dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila Pemerintah
Kota Banjar menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila Pemerintah Kota Banjar
yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
Pemerintah Kota Banjar akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih
baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan
kebijakan akuntansi harus diungkapkan pada periode terjadinya perubahan
tersebut.
Dapat Dipahami
29. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus
dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam
bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna laporan. Untuk itu, pengguna laporan diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi
Pemerintah Kota Banjar, serta adanya kemauan pengguna laporan untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.
Komponen Laporan Keuangan
30. Komponen Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar terdiri
dari:
a. Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) sebagai entitas akuntansi yang menghasilkan:
1) Laporan Realisasi Anggaran SKPD;

25
2) Neraca SKPD;
3) Laporan Operasional SKPD;
4) Laporan Perubahan Ekuitas SKPD; dan
5) Catatan Atas Laporan Keuangan SKPD.
b. Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD) sebagai entitas pelaporan yang menghasilkan:
1) Laporan Realisasi Anggaran PPKD;
2) Neraca PPKD;
3) Laporan Operasional PPKD;
4) Laporan Perubahan Ekuitas PPKD; dan
5) Catatan Atas Laporan Keuangan PPKD;
c. Laporan keuangan gabungan yang mencerminkan laporan keuangan
Pemda secara utuh yang menghasilkan:
1) Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota;
2) Laporan Perubahan SAL Pemerintah Kota;
3) Neraca Pemerintah Kota;
4) Laporan Operasional Pemerintah Kota;
5) Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Kota;
6) Laporan Arus Kas Pemerintah Kota; dan
7) Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota.
31. Laporan keuangan pemerintah Kota Banjar terdiri dari
Laporan Pelaksanaan Anggaran (budgetary reports), Laporan Finansial,
dan CaLK. Laporan Pelaksanaan Anggaran terdiri dari LRA dan Laporan
Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan
Operasional-LO, Laporan Perubahan Ekuitas-LPE, dan Laporan Arus Kas
(LAK). CaLK merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih
lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan
finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
32. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan
oleh setiap entitas akuntansi, kecuali:
a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai
Fungsi Perbendaharaan Umum, unit yang mempunyai fungsi

26
perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendahara umum daerah kota banjar atau sebagai kuasa bendahara
umum daerah kota banjar;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh
entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
Laporan Realisasi Anggaran
33. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
34. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi
Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan
pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum negara/
Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/
Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu
entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/ pengeluaran yang
tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar
kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil

27
divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
35. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya pos-pos berikut :
a. Saldo anggaran lebih awal;
b. Penggunaan saldo anggaran lebih;
c. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya ; dan
e. Lain-lain
f. Saldo anggaran lebih akhir
Neraca
36. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
37. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban,
dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan
dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta
dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.

28
Aset
38. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud
dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan
sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan
operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan
belanja bagi pemerintah.
39. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan
nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika
diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk
dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut
diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.
40. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka
pendek, piutang, dan persediaan.
41. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka
panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun
tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan
masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi
jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
42. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang
diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan
manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.
Investasi jangka panjang meliputi investasi nonpermanen dan permanen.
Investasi nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara,
penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi
nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan modal
pemerintah dan investasi permanen lainnya.
43. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam pengerjaan.
44. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset
lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset
kerja sama (kemitraan).

29
Kewajiban
45. Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah
mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan
datang.
46. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu.
Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena
penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga
keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai
yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa lainnya.
47. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-
undangan.
48. Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek
merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang
dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka
panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan
setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
Ekuitas
49. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal
laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada
Laporan Perubahan Ekuitas.
Laporan Operasional
50. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dalam satu periode pelaporan.
51. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos

30
luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang
dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/ kepada entitas pelaporan
lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Surplus/ defisit dari kegiatan non operasional.
e. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa
yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan
operasi biasa tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada
di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
f. Surplus/defisit-LO
Laporan Arus Kas
52. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir
kas pemerintah kota banjar selama periode tertentu.
53. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
Umum Negara/ Daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Negara/ Daerah.
Laporan Perubahan Ekuitas
54. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Catatan Atas Laporan Keuangan
55. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif
atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran,

31
Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan
juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan
dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas
56. Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan
Entitas Akuntansi;
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan
ekonomi makro;
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan
atas transaksi- transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan;
f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan;
g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan;
3. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
57. Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan
terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam
catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur
aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan,
Pendapatan-LO dan Beban sebagaimana akan termuat pada laporan

32
keuangan Pemerintah Kota Banjar. Pengakuan diwujudkan dalam
pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang
terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.
58. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian
atau peristiwa untuk diakui yaitu:
a. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan
dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari
atau masuk ke dalam entitas Pemerintah Kota Banjar.
b. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal.
59. Dalam menentukan apakah suatu kejadian / peristiwa
memenuhi kriteria pengakuan, perlu mempertimbangkan aspek
materialitas.
Kemungkinan Besar Manfaat Ekonomi Masa Depan Terjadi
60. Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan
besar manfaat ekonomi masa depan terjadi digunakan dalam pengertian
derajat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan pos atau kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir
dari atau ke entitas pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi
ketidakpastian lingkungan operasional Pemerintah Kota Banjar.
Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam arus manfaat ekonomi
masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh pada saat
penyusunan laporan keuangan.
Keandalan Pengukuran
61. Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai
uang akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan
pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan didasarkan pada hasil
estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi
yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi
demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
62. Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi
apabila kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak
terjadi peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang.

33
Pengakuan Aset
63. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal.
64. Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk
piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk
mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas
lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat
diukur atau diestimasi.
65. Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara
lain bersumber dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak,
retribusi, pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan
setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman.
Proses pemungutan setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam
dan melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan demikian, titik
pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk mendapatkan
pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci,
termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima
sampai penyetorannya ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset
tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode
akuntansi berjalan.
Pengakuan Kewajiban
66. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas
kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal.
67. Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui
pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
Pengakuan Pendapatan
68. Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi.

34
69. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Pengakuan Beban Dan Belanja
70. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
71. Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/ Daerah atau entitas pelaporan. Khusus
pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
4. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
72. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan
Pemerintah Kota Banjar. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
Pemerintah Kota Banjar menggunakan nilai perolehan historis. Aset
dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban
dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan
pemerintah kota banjar untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
73. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata
uang Rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing harus
dikonversikan terlebih dahulu (menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia) dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah (IDR).
5. Asumsi Dasar
74. Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan Pemerintah Kota
Banjar adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa
perlu dibuktikan agar kebijakan akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri
atas:
a. Asumsi kemandirian entitas;
b. Asumsi kesinambungan entitas; dan
c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

35
Kemandirian Entitas
75. Asumsi kemandirian entitas, yang berarti bahwa unit
Pemerintah Kota Banjar sebagai entitas pelaporan dan entitas akuntansi
dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar
unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk
menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab
penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber
daya diluar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan
entitas, serta terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah
ditetapkan.
76. Entitas di Pemerintah Kota Banjar terdiri atas Entitas
Pelaporan dan Entitas Akuntansi.
77. Entitas Pelaporan adalah Pemerintah Kota Banjar yang
terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggung-jawaban berupa laporan keuangan Pemda.
78. Entitas Akuntansi adalah Satuan Kerja Penguna Anggaran/
Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi
dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas
pelaporan. Yang termasuk kedalam entitas akuntansi adalah SKPD dan
PPKD.
Kesinambungan Entitas
79. Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar disusun dengan
asumsi bahwa Pemerintah Kota Banjar akan berlanjut keberadaannya
dan tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi atas entitas pelaporan
dalam jangka pendek.
Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary Measurement)
80. Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar harus
menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan

36
satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya
analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
6. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan
81. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan
sebagai ketentuan yang harus dipahami dan ditaati oleh penyelenggara
akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah Kota Banjar dalam
melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan dalam memahami
laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang
digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah Kota
Banjar:
a. Basis akuntansi;
b. Prinsip nilai historis;
c. Prinsip realisasi;
d. Prinsip substansi mengungguli formalitas;
e. Prinsip periodisitas;
f. Prinsip konsistensi;
g. Prinsip pengungkapan lengkap; dan
h. Prinsip penyajian wajar.
Basis Akuntansi
82. Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah Kota Banjar adalah basis akrual, untuk pengakuan
pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal
peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan
dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian.
83. Basis Akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui
pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun
kas belum diterima di Rekening Kas Umum Pemerintah Kota banjar dan
beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai
kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Pemerintah Kota Banjar. Pendapatan seperti
bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO.
84. Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar
Basis Kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa

37
pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima
di Rekening Kas Umum pemerintah kota banjar; serta belanja, transfer
dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum pemerintah kota banujar. Namun demikian,
bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual,
maka LRA disusun berdasarkan basis akrual.
85. Basis Akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban,
dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada
saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
Prinsip Nilai Historis (Historical Cost Principle)
86. Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar
nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh Aset tersebut
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dimasa yang
akan datang dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintah Kota Banjar.
87. Penggunaan nilai perolehan lebih dapat diandalkan dari pada
nilai yang lain, karena nilai perolehan lebih obyektif dan dapat
diverifikasi.
Prinsip Realisasi (Realization Principle)
88. Ketersediaan pendapatan daerah basis kas yang telah
diotorisasi melalui APBD selama suatu tahun anggaran akan digunakan
untuk membayar utang dan belanja daerah dalam periode tahun
anggaran dimaksud. Mengingat LRA masih merupakan laporan yang
wajib disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah
melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.
89. Prinsip layak temu biaya - pendapatan (matching cost again
strevenue principle) tidak ditekankan dalam akuntansi Pemerintah Kota
Banjar, sebagaimana dipraktikkan dalam akuntansi sektor
swasta/komersil.
Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas (Substance Over
Form Principle)

38
90. Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan
jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka
transaksi atau peristiwa lain tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek
formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
konsisten / berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut
harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
Prinsip Periodisitas (Periodicity Principle)
91. Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah
Kota Banjar perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga
kinerja Pemerintah Kota Banjar dapat diukur dan posisi sumber daya
yang dimilikinya dapat ditentukan.
92. Periode utama pelaporan keuangan yang digunakan adalah
tahunan. Namun untuk laporan realisasi anggaran dibuat periode
semester.
Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
93. Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada
kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh Pemerintah Kota
Banjar (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak
boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi
yang lain.
94. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat
bahwa metode yang baru diterapkan harus menunjukkan hasil yang lebih
baik dari metode yang lama. Pengaruh dan pertimbangan atas perubahan
penerapan metode ini harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan.
Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)
95. Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar harus menyajikan
secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna laporan dapat ditempatkan pada lembar
muka (on the face) laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation Principle)
96. Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar harus

39
menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
perubahan saldo anggaran lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan
Keuangan.
97. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan
Pemerintah Kota Banjar diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan
mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan
pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah
Kota Banjar. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada
saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset
atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi serta kewajiban dan
belanja tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan
pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya pembentukan
dana cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan
yang terlampau rendah atau sengaja mencatat kewajiban dan belanja
yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan tidak netral dan tidak
andal.
10. Kendala Informasi Akuntansi yang Relevan dan Andal
98. Kendala informasi yang relevan dan andal adalah setiap
keadaan yang tidak memungkinkan tercapainya kondisi ideal dalam
mewujudkan informasi akuntansi yang relevan dan andal dalam laporan
keuangan Pemerintah Kota Banjar sebagai akibat keterbatasan
(limitations) atau karena alasan-alasan tertentu. Tiga hal yang
mengakibatkan kendala dalam mewujudkan informasi akuntansi yang
relevan dan andal, yaitu:
a. Materialitas;
b. Pertimbangan biaya dan manfaat; dan
c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.
Materialitas
99. Laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar walaupun
idealnya memuat segala informasi, tetapi hanya diharuskan memuat
informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang

40
material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan pengguna
laporan yang dibuat atas dasar informasi dalam laporan keuangan
Pemerintah Kota Banjar.
Pertimbangan Biaya dan Manfaat
100. Manfaat yang dihasilkan dari informasi yang dimuat dalam
laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar seharusnya melebihi dari
biaya yang diperlukan untuk penyusunan laporan tersebut. Oleh karena
itu, laporan keuangan Pemerintah Kota Banjar tidak semestinya
menyajikan informasi yang manfaatnya lebih kecil dibandingkan biaya
penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya dimaksud juga
tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat.
Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif
101. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan
untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai
tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan
Pemerintah Kota Banjar. Kepentingan relatif antar karakteristik kualitatif
dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan.
Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.
11. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan
102. Pelaporan keuangan Pemerintah Kota Banjar
diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur keuangan daerah, antara lain:
a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian
yang mengatur keuangan Negara; (khususnya pasal 23 ayat 1:
Anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.)
b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan

41
Negara;
d. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
e. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tetang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan;
l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
m. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
n. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dan Nomor 59
Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Nomor

42
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
o. Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah; dan
p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada
Pemerintah Daerah.
q. Perda dan aturan-aturan hukum selain yang tersebut di atas, yang
mengatur tentang keuangan negara, khususnya keuangan daerah.
12. Daftar Istilah
103. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
Kebijakan dengan pengertian:
Aktivitas Operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah daerah selama
satu periode akuntansi.
Aktivitas Investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi
lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali
yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi utang dan
piutang jangka panjang.
Aktivitas Non Anggaran adalah aktivitas penerimaan atau
pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan pemerintah daerah.
Aktivitas Transitoris adalah aktivitas penerimaan atau pengeluaran
kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
Amortisasi adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto
selama umur utang pemerintah.
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut
klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.

43
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan
pencatatan secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran
pada suatu unit organisasi atau tidak memperkenankan pencatatan
pengeluaran setelah dilakukan kompensasi antara penerimaan dan
pengeluaran.
Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
Bendahara Umum Daerah.
Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPRD yang merupakan
mandat yang diberikan kepada walikota untuk melakukan pengeluaran-
pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
Pemerintah Kota Banjar sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh oleh Pemerintah Kota Banjar, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset Tak Berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi
dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual.
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintah
Kota Banjar atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Aset)
selanjutnya disebut Aset Tertentu adalah aset yang membutuhkan
waktu yang cukup lama agar siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai
dengan tujuannya.
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah instansi di
lingkungan Pemerintah Kota Banjar yang dibentuk untuk memberikan

44
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Bantuan Keuangan adalah beban pemerintah daerah dalam bentuk
bantuan uang kepada pemerintah daerah lainnya yang ditujukan untuk
pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan daerah.
Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial.
Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.
Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
Pemerintah Kota Banjar.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban Hibah adalah beban pemerintah dalam bentuk uang/barang
atau jasa kepada pemerintah daerah lainnya, perusahaan negara/daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang bersifat tidak wajib
dan tidak mengikat.
Beban Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu
aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan.
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau
kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada

45
suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan.
Biaya Investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh entitas
investor dalam perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa
bank, biaya legal dan pungutan lainnya dari pasar modal.
Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus
ditanggung oleh pemerintah sehubungan dengan pinjaman dana.
Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu
aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut
dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan.
Biaya Pengurusan Aset adalah pengeluaran dalam rangka perolehan
Aset Tetap seperti pengurusan surat-surat, ongkos angkut, pemasangan,
uji coba dan pelatihan awal.
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat
dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Debitur adalah pihak yang menerima utang dari kreditur.
Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban
(present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value)
karena tingkat bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Kota Banjar.
Entitas Akuntansi adalah Satuan Kerja pengguna anggaran/pengguna
barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan
menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Yang termasuk ke dalam entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD.
Entitas Pelaporan adalah Pemerintah Kota Banjar yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, pihak lain atau

46
sebaliknya, tanpa memberi atau memperoleh penggantian atau imbalan.
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomik seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial
sehingga dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota Banjar
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Investasi Jangka Pendek adalah investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan
atau kurang.
Investasi Jangka Panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk di miliki secara berkelanjutan.
Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak
masuk dalam investasi permanen, dimaksudkan untuk dimiliki secara
tidak berkelanjutan.
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat
dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang
Ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung
seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Kota Banjar.
Kebijakan Akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-
konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua
pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk
meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur
teknisnya dalam rangka menambah nilai aset tersebut.
Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah bangunan dalam proses
penyelesaian dan belum dicatat dalam buku inventaris namun telah
tercatat dalam Perkiraan Buku Besar dalam Sistem Akuntansi
Pemerintah (SAP).
Kontrak Konstruksi adalah bentuk perikatan tertulis yang dilakukan

47
secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang
berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal
rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.
Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan kontrak untuk
membangun aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan
entitas lain sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak
konstruksi.
Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja
sebagai penggantian biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak
yang disebabkan kesalahan pemberi kerja.
Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan
bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
Pemerintah Kota Banjar.
Kurs adalah rasio pertukaran antar dua mata uang.
Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur.
Kewajiban Diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya
belum pasti.
Kewajiban Kontijensi adalah:
1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiswa masa dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
dalam kendali suatu entitas; atau
2. Kewajiban yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
a. Tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) suatu entitas
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak
sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan

48
periode berjalan atau periode sebelumnya.
Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang
tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang
seharusnya.
Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang
diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan
lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat
disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian.
Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan
yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas
akuntansi sehingga tersaji sebagai satu entitas pelaporan tunggal.
Laporan Keuangan Interim adalah laporan keuangan yang
diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan.
Mata Uang Asing adalah mata uang selain mata uang Rupiah.
Mata Utang Pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam
menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah.
Manfaat Sosial adalah manfaat yang tidak dapat diukur langsung
dengan satuan uang namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan
pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan masyarakat
tertentu.
Masa Manfaat adalah periode suatu aset yang diharapkan dapat
digunakan untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan dari aset untuk
aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik.
Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah
saji suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian
pengguna yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas
tergantung pada hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang
dipertimbangkan dari keadaan khusus dimana kekurangan atau salah
saji terjadi.
Metode Biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai
investasi berdasarkan harga perolehan.
Metode Ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai

49
investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut
kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan
bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang
terjadi sesudah perolehan awal investasi.
Metode Garis Lurus adalah metode alokasi premium dan diskonto
dengan jumlah yang sama sepanjang periode sekuritas utang pemerintah.
Metode Langsung adalah metode penyajian arus kas dimana
pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto harus
diungkapkan.
Metode Tidak Langsung adalah metode penyajian laporan arus kas
dimana surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi
operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual)
penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta
unsur penerimaan dan pengeluaran dalam bentuk kas yang berkaitan
dengan aktivitas investasi dan pendanaan.
Nilai Wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar
fihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar.
Nilai Historis adalah jumlah kas atau ekuivalen kas yang dibayarkan/
dikeluarkan atau nilai wajar berdasarkan pertimbangan tertentu untuk
mendapatkan aset investasi pada saat perolehannya.
Nilai Nominal adalah nilai yang tertera dalam surat berharga seperti
nilai yang tertera dalam lembar saham atau obligasi.
Nilai Pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu
investasi dalam pasar yang aktif antara pihak-pihak yang independen.
Nilai Sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada
akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya
pelepasan.
Nilai Tercatat (Carrying Amount) Aset adalah nilai buku aset yang
dihitung dari biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi
penyusutan.
Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan

50
pembayaran bunga secara diskonto.
Otorisasi Kredit Anggaran (Allotment) adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang menunjukan bagian dari apropriasi yang
disediakan bagi instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari
Bendahara Umum Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran
selama periode otorisasi tersebut.
Pemberi Kerja adalah entitas yang mengadakan ikatan kontrak
konstruksi secara tertulis dengan pihak ketiga/kontraktor untuk
membangun atau memberikan jasa konstruksi.
Pertambahan Masa Manfaat Aset adalah bertambahnya umur
ekonomis yang diharapkan dari aset tetap yang sudah ada.
Peningkatan Kapasitas Aset adalah bertambahnya volume atau
kemampuan aset tetap yang sudah ada.
Peningkatan Kualitas Aset adalah bertambahnya kualitas aset tetap
yang sudah ada.
Pertambahan Volume Aset adalah bertambahnya jumlah atau satuan
ukuran aset yang sudah ada.
Pertukaran Aset adalah pengalihan pemilikan dan atau penguasaan
barang tidak bergerak milik daerah kecuali tanah kepada pihak lain
dengan menerima penggantian utama dalam bentuk barang tidak
bergerak dan tidak merugikan daerah.
Penambahan Aset adalah pembangunan, pembuatan dan atau
pengadaan Aset Tetap yang menambah kuantitas dan atau volume dan
nilai dari Aset Tetap yang telah ada tanpa merubah klasifikasi barang.
Pengembangan Tanah adalah peningkatan kualitas tanah berupa
pengurugan dan pematangan.
Perbaikan Aset adalah penggantian dari sebagian aset berupa
rehabilitasi, renovasi, dan restorasi sehingga mengakibatkan
peningkatan kualitas, kapasitas, kuantitas, dan atau umur, namun tidak
termasuk pemeliharaan.
Pemeliharaan Aset adalah kegiatan atau tindakan yang di lakukan
agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk digunakan dan berhasil guna.

51
Pembiayaan (Financing) adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran Pemerintah Kota Banjar terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Kota Banjar, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh Pemerintah Kota Banjar.
Pendapatan-LO (Basis Akrual) adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih (ekuitas) dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LRA (Basis Kas) adalah penerimaan Bendahara Umum
Daerah atau oleh entitas pemerintah daerah lainnya yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak Pemerintah Kota Banjar dan tidak perlu dibayar
kembali.
Pendapatan Hibah adalah pendapatan pemerintah daerah dalam
bentuk uang/barang atau jasa dari pemerintah lainnya, perusahaan
negara/daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, bersifat
tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus-menerus.
Pendapatan Transfer adalah pendapatan berupa penerimaan uang
atau hak untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari suatu entitas
pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Penerimaan Kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
Umum Daerah.
Pengeluaran Kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
Umum Daerah.
Periode Akuntansi adalah periode pertanggungjawaban keuangan
entitas pelaporan yang periodenya sama dengan periode tahun anggaran.
Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan
utang pemerintah daerah kepada fihak lain yang disebabkan kedudukan

52
pemerintah daerah sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya,
seperti pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPn), iuran
askes, taspen dan taperum.
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah
Kota Banjar, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Perusahaan Asosiasi adalah suatu perusahaan yang investornya
mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan anak perusahaan
maupun joint venture dari investornya.
Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Kota Banjar.
Piutang Transfer adalah hak suatu entitas pelaporan untuk menerima
pembayaran dari entitas pelaporan lain sebagai akibat pelaksanaan
peraturan perundang-undangan.
Pos adalah kumpulan akun sejenis yang ditampilkan pada lembar muka
laporan keuangan.
Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa
yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan
operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi dan berada di
luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara
jelas berbeda dari aktivitas normal entitas dan karenanya tidak
diharapkan terjadi dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas
sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran
atau posisi aset/kewajiban.
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) merupakan utang pemerintah
kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai
pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Iuran Askes, Taspen, Taperum dan tidak
mempengaruhi ekuitas pemerintah daerah.

53
Premium adalah jumlah selisih lebih antar nilai kini kewajiban (present
value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat
bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan
debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau
tanpa pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:
1. Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk
tunggakan dengan utang baru; atau
2. Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu
mengubah persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada.
Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan
uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/ bupati/ walikota untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
Retensi adalah jumlah termin (progress billing) yang belum dibayar
hingga pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk
pembayaran jumlah tersebut.
Rampasan adalah Aset Tetap yang dikuasai pemerintah yang berasal
dari pihak ketiga sebagai barang sitaan yang telah diputuskan
pengadilan.
Rehabilitasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak sebagian dengan
tanpa meningkatkan kualitas dan atau kapasitas dengan maksud dapat
digunakan sesuai dengan kondisi semula.
Renovasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak atau mengganti aset
tetap yang semula dalam kondisi baik, dengan maksud meningkatkan
kualitas atau kapasitas.
Reklasifikasi adalah perubahan Aset Tetap dari pencatatan dalam
pembukuan karena perubahan klasifikasi.
Selisih Kurs adalah selisih yang timbul karena penjabaran mata uang
asing ke rupiah pada kurs yang berbeda.
Sekuritas Utang Pemerintah adalah surat berharga berupa surat
pengakuan utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan

54
mempunyai nilai jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan,
misalnya Surat Utang Negara (SUN).
Surat Perbendaharaan Negara adalah SUN yang berjangka waktu
sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara
diskonto.
Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat
pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang
dijamin pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.
Setara Kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang
siap dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang
signifikan.
Sisa Lebih/ Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran
APBD selama satu periode pelaporan.
Subsidi adalah beban pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/
lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar
harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Surplus/ Defisit Dari Kegiatan Operasional adalah selisih
lebih/kurang antara pendapatan-operasional dan beban selama satu
periode pelaporan.
Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban
selama satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/defisit
dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa.
Surplus/Defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-
LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.
Tanggal Pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode
pelaporan.
Termiyn (Progress Billing) adalah jumlah yang ditagih untuk
pekerjaan yang dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar
maupun yang belum dibayar oleh pemberi kerja.

55
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
Transfer Masuk adalah penerimaan uang dari suatu entitas pelaporan
lain termasuk penerimaan dana perimbangan dan dana bagi hasil.
Transfer Keluar adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
kepada entitas pelaporan lain termasuk pengeluaran untuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
Tunggakan adalah jumlah kewajiban terutang karena ketidakmampuan
entitas membayar pokok utang dan/atau bunganya sesuai jadwal.
Utang Transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk
melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat dari
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
Uang Muka Kerja adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor
sebelum pekerjaan dilakukan dalam rangka pelaksanaan kontrak
konstruksi.
Untung/ Rugi Penjualan Aset merupakan selisih antara nilai buku
aset dengan harga jual aset.

LAMPIRAN
PERATURAN WALIKOTA BANJAR
NOMOR : 28 TAHUN 2015
TANGGAL : 14 DESEMBER 2015
TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANJAR
NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN
AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BANJAR
NO/
HALAM BAGIAN MENGENAI / TENTANG
AN
1/70 BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
Angka 9 Kebijakan Akuntansi Aset
Nomor 115 diubah sehingga berbunyi sebagai

56
berikut:
Dengan metode persentase dari total saldo piutang
pajak yang ada, Pemerintah Kota Banjar
menentukan persentase umur piutang pajak yang
dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok umur
piutang pajak dan persentase pen yisihan piutang
pajak tak tertagih yaitu:
Umur Piutang Penyisihan Kualitas
Piutang

0 tahun – 1 tahun 5% Lancar


Di atas 1 tahun – 2 Kurang
tahun 10 % Lancar
Di atas 2 tahun – 5
tahun 50 % Diragukan

Di atas 5 tahun
atau lebih 100 % Macet
Kualitas lancar, dapat ditentukan dengan kriteria:
Umur piutang pajak 0 tahun sampai dengan
a. 1 tahun ;dan / atau
Masib dalam tenggang waktu jatub tempo;
b. dan / atau
Wajib pajak men yetujui hasil pemeriksaan;
c. dan/ atau
d. Wajib pajak kooperatif; dan/ atau
e. Wajib pajak liquid ; dan/ atau
Wajib pajak tidak mengajukan keberatan/
f. banding
Kualitas kurang lancar, dapat ditentukan dengan
kriteria:
a. Umur piutang pajak diatas 1 tahun sampai
dengan 2 tahun; dan/ atau
b. Apabila wajib pajak dalam jangka waktu
1 bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan

57
pertama belum melakukan pelunasan;
dan/atau
c. Wajib pajak kurang kooperatif dalam
pemeriksaan ; dan / atau
d. Wajib pajak menyetujui sebagian basil
pemeriksaan ; dan/ atau
e. Wajib pajak mengajukan
keberatan/banding.
Kualitas diragukan, ditentukan dengan kriteria :
Umur piutang lebih dari 2 tahun sampai
a. dengan 5 tahun; dan/atau
b. Apabila wajib pajak dalam waktu 1 bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan kedua
belum melakukan pelunasan; dan/atau
c. Wajib pajak tidak kooperatif; dan/atau
Wajib pajak tidak menyetujui seluruh hasil
d. pemeriksaan; dan/atau
e. Wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas.
Kualitas macet, dapat ditentukan dengan kriteria :
a. Umur piutang lebih dari 5 tahun; dan/atau
b. Apabila wajib pajak dalam jangka waktu 1
bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan
ketiga belum melakukan pelunasan;
dan/atau
Wajib pajak tidak diketahui keberadaannya;
c. dan/atau
Wajib pajak bangkrut/meninggal dunia;
d. dan/atau
Wajib pajak mengalami musibah (force
e. majeure)
Dengan metode persedntase dari total saldo
piutang retribusi yang ada, Pemerintah Kota Banjar

58
menentukan persentase umur piutang retribusi
yang dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok
umur piutang retribusi dan persentase penyisihan
piutang tak tertagih yaitu :
Umur Piutang Penyisihan Kualitas
Piutang

0 bulan – 1 bulan 5% Lancar


Di atas 1 bulan – 2 Kurang
bulan 10 % Lancar
Di atas 2 bulan – 5
bulan 50 % Diragukan

Di atas 5 bulan
atau bulan 100 % Macet
Kualitas lancar, dapat ditentukan dengan kriteria :
a. Umur piutang 0 bulan sampai dengan 1 bulan;
dan/atau
b. Apabila wajib retribusi belum melakukan
pelunasan sampai dengan tanggal jatuh
tempo.
Kualitas kurang lancar, dapat ditentukan dengan
kriteria :
a. Piutang lebih dari 1 (satu) bulan sampai
dengan 3 (tiga) bulan; dan/atau
b. Apabila wajib retribusi belum melakukan
pelunasan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan pertama
tidak dilakukan pelunasan.
Kulaitas diragukan, ditentukan dengan kriteria :
a. Umur piutang lebih dari 3 (tiga) bulan sampai
dengan 12 (dua belas) bulan; dan/atau
b. Apabila wajib retribusi belum melakukan
pelunasan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan kedua

59
tidak dilakukan pelunasan.
Kualitas macet, dapat ditentukan dengan kriteria :
a Umur piutang lebih dari 12 (dua belas) bulan;
dan/atau
Apabila wajib retribusi belum melakukan
pelunasan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan ketiga tidak
dilakukan pelunasan atau piutang telah diserahkan
kepada instansi yang menangani pengurusan
piutang negara.
Dengan metode persentase dari total saldo
piutnag selain pajak dan retribusi yang ada,
Pemerintah Kota Banjar menentukan persentase
umur piutang selain pajak da retribusi yang
dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok umur
piutang selain pajak dan retribusi dan persentase
penyisihan piutang selain pajak dan retribusi tak
tertagih, yaitu :
Penyisihan
Umur Piutang Kualitas
Piutang

0 bulan – 1 bulan 5% Lancar


Di atas 1 bulan – 2 10 % Kurang
bulan Lancar
Di atas 2 bulan – 5 50 % Diragukan
bulan
Di atas 5 bulan 100 % Macet
atau bulan

Kualitas Lancar, dapat ditentukan dengan kriteria :


Apabila belum melakukan pelunasan sampai
dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan.
Kualitas kurang lancar, dapat ditentukan dengan
kriteria :
Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

60
terhitung sejak tanggal surat tagihan pertama tidak
dilakukan pelunasan.
Kualitas diragukan, dapat ditentukan dengan
kriteria :
Apabila dalam jangka waktu 1 9satu) bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan kedua tidak
dilakukan pelunasan.
Kualitas macet, dapat ditentukan dengan kriteria :
Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal surat tagihan ketiga tidak
dilakukan pelunasan atau piutang telah diserahkan
kepada instansi yang menangani pengurusan
piutang negara.
2/71 BAB III : KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
Angka 9 : Kebijakan Akuntansi Aset
Diantara nomor 122 dan 123 ditambahkan nomor
122a sehingga berbunyi sebagai berikut :
122a. Beban Dibayar Dimuka
Beban dibayar dimuka adalah suatu transaksi
pengeluaran kas untuk membayar suatu beban
yang belum menjadi kewajiban sehingga
menimbulkan hak tagih bagi Pemerintah Daerah.
Beban dibayar dimuka diakui pada saat kas
dikeluarkan namun belum menimbulkan
kewajiban.
Pengukuran beban dibayar dimuka dilakukan
berdasarkan jumlah kas yang
dikeluarkan/dibayarkan.
3/82 BAB III : KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
Angka 9 : Kebijakan Akuntansi Aset
: ASET TETAP
Nomor 177 diubah sehingga berbunyi sebagai

61
berikut :
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan
dalam kegiatan Pemerintah Kota Banjar atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Nomor 187 huruf e, diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut :
e. Barang tersebut mempunyai nilai material
sesuai dengan batasan nilai kapitalisasi.
Kebijakan Batasan Nilai
Uraian Kegiatan
Kapitalisasi Kapitalisasi

KIB A Tanah Belanja Tidak ada


Modal batasan
KIB B Peralatan Belanja Rp250.000/Un
dan Mesin Modal it

KIB C Gedung dan Belanja Tidak ada


Bangunan Modal batasan

KIB D Jalan, Irigasi Belanja Tidak ada


dan Modal batasan
Jaringan
KIB E Aset Tetap Belanja Rp250.000/Un
Lainnya Modal it

4/87 : Pengukuran Aset Tetap


Diantara nomor 201 dan 202 disisipkan dua nomor
yaitu nomor 201a dan 201b sehingga berbunyi
sebagai berikut :
201a. Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-
produksi serupa tidak merupakan bagian
suatu aset kecuali biaya tersebut perlu
untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
201b. Untuk keperluan penyusunan neraca awal
suatu entitas, biaya perolehan aset tetap

62
yang digunakan adalah nilai wajar pada
saat neraca awal tersebut disusun. Untuk
periode selanjutnya setelah tanggal
neraca awal, atas perolehan aset tetap
baru, suatu entitas menggunakan biaya
perolehan atau harga wajar bila biaya
perolehan tidak ada.
5/99 G. Penyusutan
Sistematika dan penyajian Huruf G. Diubah
dan/atau ditambah sehingga berbunyi sebagai
berikut :
G. Penyusutan Aset Tetap
Definisi Penyusutan Aset Tetap
a) Penyusutan adalah alokasi yang sistematis
atas nilai suatu aset tetap yang dapat
dususutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan.
b) Akumulasi Penyusutan (accumulated
depreciaton) adalah sebagian dari biaya
perolehan aktiva tetap yang dialokasikan ke
penyusutan sejak aktiva tersebut diperoleh.
c) Masa manfaat adalah:
a. Periode suatu aset diharapkan digunakan
untuk aktivitas pemerintahan dan/atau
pelayanan publik; atau
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang
diharapkan diperoleh dari aset untuk
aktivitas pemerintahan dan/atau
pelayanan publik.
d) Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan
dapat diperoleh pada akhir masa manfaat
suatu aset setelah dikurangi taksiran

63
pelepasan.
e) Metode garis lurus atau straight line method
adalah metode penyusutan dimana besarnya
penyusutan selalu sama dari tiap periode
akuntansi selama umur ekonomis dari aset
tetap yang bersangkutan.
Pengakuan Penyusutan Aset Tetap
a) Nilai penyusutan aset tetap untuk masing-
masing periode diakui sebagai beban
penyusutan dalam laporan operasional dan
dicatat pada Akumulasi Penyusutan Aset
Tetap sebagai pengurang nilai aset tetap
dalam neraca.
b) Aset Tetap lainnya berupa hewan, tanaman,
buku perpustakaan tidak dilakukan
penyusutan secara periodik, melainkan
diterapkan penghapusan pada saat aset tetap
lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan
atau mati.
c) Untuk penyusutan atas Aset Tetap Renovasi
dilakukan sesuai dengan umur ekonomis
mana yang lebih pendek (which ever is
shorter) antara masa manfaat aset dengan
masa pinjaman/sewa.
d) Aset Tetap yang diklarifikasikan sebagai Aset
Lainnya dalam neraca berupa Aset Kemitraan
dengan Pihak Ketiga dan Aset Idle disusutkan
sebagaimana layaknya Aset Tetap.
e) Penyusutan tidak dilakukan terhadap Aset
Tetap yang dikalsifikasikan sebagai Aset
Lainnya berupa :
(1) Aset Tetap yang dinyatakan hilang
berdasarkan dokumen sumber yang sah

64
dan telah diusulkan kepada Pengelola
barang untuk dilakukan
penghapusannya; dan
(2) Aset Tetap dalam kondisi rusak berat
dan/atau usang yang telah diusulkan
kepada Pengelola Barang untuk
dilakukan penghapusan.
Pengukuran Penyusutan Aset Tetap
a) Perhitungan penyusutan dilakukan secara
semesteran yaitu pada semester perlohan
aset tetap. Untuk aset tetap yang diperoleh
pada semester pertama penyusutannya
dihitung 2 (dua) semester sedangkan untuk
aset tetap yang diperoleh pada semester 2
(dua) penyusutannya dihitung 1 (satu)
semester.
b) Metode penyusutan yang digunakan adalah
metode garis lurus (straight line method),
dimana metode ini menetapkan tarif
penyusutan untuk masing-masing periode
dengan jumlah yang sama.
c) Metode garis lurus dipilih karena dianggap
sebagai metode yang paling mudah dan
sederhana.
d) Penyusutan dilakukan tanpa
memperhitungkan adanya nilai residu.
e) Aset Tetap yang disusutkan adalah aset tetap
selain Tanah dan Kontruksi Dalam
Pengerjaan.
f) Masa manfaat Aset Tetap ditetapkan
sebagaimana terlihat pada lampiran Nomor 2
(dua) Peraturan Walikota Banjar Nomor 13
Tahun 2014.

65
g) Penambahan masa manfaat Aset Tetap
karena adanya perbaikan terhadap Aset
Tetap baik berupa overhaul dan renovasi
disajikan sebagaimana pada lampiran Nomor
3 (tiga) Peraturan Walikota Banjar Nomor 13
Tahun 2014.
Penyajian dan Pengungkapan Penyusutan
Aset Tetap
Penyusutan Aset Tetap disajikan dalam
Neraca sebagai pengurang nilai Aset Tetap dan
disajikan secara Akumulasi.
6/123 BAB III : KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
Angka : Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LO
12
Sistematika dan penyajian BAB III Angka 12.
Kebijakan Akuntansi Pendapatan LO dirubah dan
atau ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut :
A. Umum
1. Definisi Pendapatan-LO
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.
b. Pendapatan-LO diklasifikasikan
menurut sumber pendapatan.
Klasifikasi menurut sumber pendapatan
untuk pemerintah daerah dikelompokan
menurut asal dan jenis pendapatan,
yaitu:
1. Pedapatan Asli Daerah – LO;
2. Pedapatan Transfer – LO;

66
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah –
LO;
4. Pendapatan Non Operasional – LO;
5. Pos Luar Biasa – LO.
2. Pengakuan Pendapatan-LO
a. Pendapatan-Lo diakui pada saat:
1. Timbulnya hak atas pendapatan
(earned); dan/atau
2. Pendapatan direalisasi, yaitu
adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi (realized).
b. Pada saat timbulnya hak atas
pendapatan diartikan bahwa:
1. Pendapatan-LO yang diperoleh
berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan sebagai imbalan atas
suatu pelayanan yang telah selesai
diberikan diakui pada saat
timbulnya hak untuk menagih
pendapatan/imbalan;
2. Dalam hal Badan Layanan Umum,
Pendapatan diakui dengan mengacu
pada Peraturan Perundangan yang
mengatur menganai Badan Layanan
Umum.
c. Pendapatan-LO yang diakui pada saat
direalisasi diartikan bahwa hal yang
telah diterima oleh Pemerintah Daerah
tanpa terlebih dahulu adanya
penagihan.
d. Bila dikaitkan dengan Penerimaan Kas
(basis kas) maka pengakuan
Pendapatan-LO dapat dilakukan dengan

67
3 (tiga) kondisi yaitu:
1. Pendapatan-LO diakui sebelum
Penerimaan Kas;
2. Pendapatan-LO diakui bersamaan
dengan Penerimaan Kas dan
3. Pendapatan-LO diakui setelah
Penerimaan Kas.
e. Pendapatan – LO diakui sebelum
Penerimaan Kas dapat dilakukan
apabila dalam hal proses transaksi
Pendapatan Daerah terjadi perbedaan
waktu yang signifikan (1 bulan/akhir
bulan) antara Penetapan Hak
Pendapatan Daerah dan Penerimaan
Kas Daerah, dimana Penetapan Hak
Pendapatan dilakukan lebih dulu, maka
pendapatan – LO diakui pada saat terbit
dokumen Penetapan walaupun Kas
belum diterima.
f. Pendapatan – LO diakui bersamaan
dengan Penerimaan Kas dapat
dilakukan apabila dalam hal proses
transaksi Pendapatan Daerah tidak
terjadi perbedaan waktu yang signifikan
antara Penetapan Hak Pendapatan
Daerah dan Penerimaan Kas Daerah,
dimana Penetapan Hak Pendapatan
dilakukan bersamaan dengan
diterimanya Kas, maka Pendapatan –
LO diakui pada saat Kas diterima dan
terbitnya dokumen Penetapan.
Untuk alasan kepraktisan dan sifat
Pendapatan Daerah serta

68
mempertimbangkan biaya dan manfaat
maka Pendapatan – LO dapat diakui
pada saat Kas diterima (bersamaan
dengan penerimaan kas) dengan
memperhatikan:
1. Dalam hal akhir tahun terdapat
Surat Keputusan Ketetapan Pajak
yang belum dibayar oleh wajib
pajak, maka nilainya diakui sebagai
penambahan Pajak-LO. PPK-SKPD
mencatat “Piutang Pajak Daerah” di
debet dan “Pendapatan Pajak-LO
(sesuai rincian obyek terkait) di
kredit.
2. Penerimaan Kas atas Ketetapan
tersebut diatas, pada periode
Akuntansi berikutnya tidak diakui
sebagai Pendapatan tetapi harus
diakui sebagai Pengurangan
terhadap “Piutang Pendapatan
(Piutang Pajak Daerah sesuai
dengan Rincian Obyek Terkait)”.
3. Mengadministrasikan Piutang
Pendapatan (piutang
Pajak/Retribusi Daerah) tersebut
berdasarkan umur piutang dan
debitur atau wajib pajak/retribusi
sebagai dasar Perhitungan Beban
Penyisihan Piutang.
g. Kebijakan Akuntansi terkait pengakuan
Pendapatan-LO bersamaan dengan
Penerimaan Kas ini dapat juga
dilakukan atas transaksi yang terdapat

69
perbedaan waktu antara Penetapan Hak
Pendapatan Daerah dan Penerimaan
Kas Daerah dengan pertimbangan:
1. Perbedaan waktu yang terjadi tidak
terlalu lama/pendek apabila
perbedaan waktu antara Pengakuan
Pendapatan dan Penerimaan Kas
tidak terlalu lama (maksimal 30
hari) dan masih dalam periode
Akuntansi maka ditinjau dari
manfaat dan biaya maka transaksi
ini akan memberikan manfaat yang
sama dibanding dengan perlakuan
Akuntansi (accaunting treatment)
yang harus dilakukan.
2. Ketidakpastian jumlah Penerimaan
yang cukup tinggi.
Beberapa jenis Penerimaan
mempunyai tingkat ketidakpastian
jumlah Pendapatannya cukup tinggi.
Oleh sebab itu sesuai dengan
prinsip kehati-hatian serta prinsip
Pengakuan Pendapatan yang
seringkali dilakukan secara
Konservatif, maka atas transaksi
yang mempunyai perbedaan waktu
antara pengakuan Pendapatan dan
Penerimaan Kas tersebut dapat
dilakukan Kebijakan Akuntansi
Pengakuan Pendapatan secara
bersamaan saat diterimanya Kas.
h. Pendapatan – LO diakui setelah

70
Penerimaan Kas dapat dilakukan
apabila dalam hal proses transaksi
Pendapatan Daerah terjadi perbedaan
waktu antara Penetapan Hak
Pendapatan Daerah dan Penerimaan
Kas Daerah, dimana kas telah diterima
terlebih dahulu, namun Penetapan
Pengakuan Pendapatan belum terjadi,
maka Pendapatan – LO diakui pada saat
terjadinya Penetapan/Pengakkuan
Pendapatan.
B. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
1. Definisi Pendapatan Asli Daerah - LO
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) – LO
adalah Pendapatan yang diperoleh
Daerah yang dikenakan berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang
diakui sebagai penambah ekuitas dalam
periode Tahun Anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.
b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain
PAD yang Sah.
2. Pengakuan Pendapatan Asli Daerah –
Lo
a. Pendapatan Asli Daerah – LO diakui pada
saat telah menjadi Hak bagi Pemerintah
Daerah.

71
b. Jika dihubungkan dengan Penerimaan
Kas (basis kas) pengakuan atas
Pendapatan Asli Daerah – LO dilakukan
sebagaimana kondisi berikut ini:
1. Pendapatan Asli Daerah – Lo diakui
sebelum Penerimaan Kas. Kondisi ini
terjadi pada saat Hak Pemerintah
Daerah sudah terjadi meskipun Kas
belum diterima. Kondisi ini diakui
pada saat terbitnya Surat Ketetapan
Pajak Daerah, Surat Ketetapan
retribusi maupun terbitnya Bukti
Memorial Lainnya.
2. Pendapatan Asli Daerah – LO diakui
bersamaan Penerimaan Kas. Kondisi
ini terjadi pada beberapa Pendapatan
Asli Daerah – LO dengan
pertimbangan kepraktisan; biaya dan
manfaat; jangka waktu antara
pengakuan Hak dan Penerimaan Kas
yang tidak terlalu lama, dan tidak
adanya dokumen Penetapan maka
Pendapatan Asli Daerah – LO dapat
diakui bersamaan dengan Penerimaan
Kas. Kondisi ini dapat diakui dengan
berdasarkan bukti setoran seperti
Bukti Penerimaan Kas, Surat Tanda
Setoran, Nota Kredit, serta bukti
setoran Pendapatan Lainnya yang
Sah.
3. Pendapatan Asli Daerah – LO diakui
setelah Penerimaan Kas. Kondisi ini
terjadi ketika Pendapatan Asli Daerah

72
– LO belum menjadi hak pada periode
Akuntansi namun Kas sudah diterima.
Kondisi ini diakui berdasarkan Nota
Kredit, Surat Tanda Setoran, atau
Bukti Lain yang Sah. Bukti memorial,
ataupun dokumen Lannya yang Sah.
c. Pengakuan yang dilakukan dengan
kondisi bersamaan dengan Penerimaan
Kas memperhatikan perlakuan Akuntansi
(accaunting treatment) pada akhir
periode Akuntansi atau pada saat
penyusunan Laporan Keuangan agar Hak
yang disajikan dalam Laporan Keuangan
Wajar, tidak disajikan kurang
(understated) maupun lebih (overstated).
3. Pengukuran Pendapatan Asli Daerah
- LO
Pengukuran Pendapatan Asli Daerah – LO
diukur sesuai jumlah Hak Pemerintah
Daerah atas Pendapatan tersebut yang
dilakukan berdasarkan azas Bruto dan tidak
dikurangi terlebih dahulu dengan biaya-
biaya untuk mendapatkannya.
4. Penyajian dan Pengungkapan
Pendapatan Asli Daerah – LO
Pendapatan Asli Daerah – LO disajikan
dalam Laporan Operasional (LO). Rinciannya
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
C. PENDAPATAN TRANSFER – LO
1. Definisi Pendapatan Transfer – LO
a. Pendapatan Transfer – LO adalah

73
Pendapatan yang bersumber dari
Pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
b. Alokasi Pendapatan Transfer – LO untuk
Pemerintah Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Tentang Dana Bagi
Hasil Pajak/Bukan Pajak – LO, Dana
Alokasi Umum – LO, Dana Alokasi
Khusus – LO, dan Dana Penyesuaian – LO
bagi (yang diterbitkan tiap tahun) dan
didistribusikan setiap periode
berdasarkan Nota Kredit dan Bank.
2. Pengakuan Pendapatan Transfer –
LO
a. Pengakuan Pendapatan Transfer – LO
diakui pada saat Kas masuk ke Rekening
Kas Umum Daerah.
b. Pengakuan Pendapatan Transfer – LO
hanya dilakukan di PPKD.
3. Pengukuran Pendapatan Transfer –
LO
Pengukuran Pendapatan Transfer – LO
dilakukan berdasarkan jumlah yang
diterima di RKUD.
4. Penyajian dan Pengungkapan
Pendapatan Transfer – LO
Pendapatan Transfer – LO disajikan dalam
Laporan Operasional (LO). Rincian dari
Pendapatan Transfer – LO dijelaskan dalan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

74
D. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH –
LO
1. Definisi Lain-lain Pendapatan yang
Sah – LO
a. Lain-lain Pendapatan yang Sah – LO
adalah seluruh Pendapatan Daerah
selain Pendapatan Asli Daerah – LO dan
Pendapatan Transfer – LO.
b. Lain-lain Pendapatan yang Sah – LO
terdiri dari:
1. Pendapatan Hibah – LO;
2. Dana Darurat – LO;
3. Pendapatan Lainnya – LO.
2. Pengakuan Lain-lain Pendapatan
yang Sah – LO
a. Pengakuan Lain-lain Pendapatan yang
Sah – LO adalah pada saat Pendapatan
ini diterima di RKUD.
b. Pendapatan Hibah – LO diakui pada
saat diterima di RKUD.
c. Dana Darurat – LO terkait dengan sifat
ketidakpastiannya maka diakui dengan
kondisi bersamaan dengan diterimanya
Kas di Kas Daerah (basis kas).
d. Pendapatan Lainnya – LO diakui pada
saat telah menjadi Hak Pemerintah
Daerah berdasarkan dokumen yang sah.
3. Pengukuran Lain-lain yang Sah – LO
a. Pengukuran Lain-lain Pendapatan yang
Sah – LO dilakukan sebesar jumlah
nominal yang diterima di RKUD.
b. Lain-lain Pendapatan yang Sah – LO

75
diukur dengan azas bruto yang artinya
tidak dikurangi dengan biaya-biaya
yang timbul karena Pendapatan
tersebut.
4. Penyajian dan Pengungkapan Lain-
lain Pendapatan yang Sah – LO
Lain-lain Pendapatan yang Sah – LO
disajikan dalam Laporan Operasional (LO).
Rincian dari lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah – LO dijelaskan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
E. PENDAPATAN NON OPERASIONAL – LO
1. Definisi Pendapatan Non Operasional
– LO
a. Pendapatan Non Operasional – LO
adalah Pendapatan yang diperoleh dari
kegiatan yang bukan merupakan
kegiatan utama Pemerintah Daerah dan
diterima secara tidak rutin tergantung
dari timbulnya suatu transaksi.
b. Pendapatan Non Operasional – LO
terdiri dari:
1. Surplus Penjualan Aset Non Lancar
– LO
2. Surplus Penyelesaian Kewajiban
Jangka Panjang – LO
3. Surplus dari Kegiatan Non
Operasional Lainnya – LO
2. Pengakuan Pendapatan Non
Operasional Lainnya – LO
a. Pengakuan Pendapatan Non
Operasional – LO pada saat Hak atas

76
Pendapatan timbul.
b. Pendapatan Non Operasional diakui
ketika dokumen sumber berupa Berita
Acara kegiatan (misal: Berita Acara
Penjualan untuk mengakui Surplus
Penjualan Aset Non Lancar) telah
diterima.
3. Pengukuran Pendapatan Non
Operasional – LO
Pendapatan Non Operasional – LO diukur
dengan azas bruto yang artinya tidak
dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul
karena Pendapatan tersebut sejumlah nilai
nominal hak yang diterima.
4. Penyajian dan Pengungkapan
Pendapatan Non Operasional – LO
Pendapatan Non Operasional – LO disajikan
dalam Laporan Operasional (LO) setelah
Pendapatan Operasional sebelum pos luar
biasa. Rincian dari Pendapatan Non
Operasional – LO dijelaskan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
F. Pendapatan Luar Biasa – LO
1. Definisi Pendapatan Luar Biasa – LO
Pendapatan Luar Biasa adalah
Pendapatan Luar Biasa yang terjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan
merupakan Operasi Biasa, tidak diharapkan
sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas
bersangkutan.
2. Pengakuan Pendapatan Luar Biasa –

77
LO
a. Pendapatan Luar Biasa – LO diakui pada
saat Hak atas Pendapatan luar biasa
timbul.
b. Adanya ketidakpastian serta kejadian
yang terjadi di luar kendali atau
pengaruh entitas yang bersangkutan
maka Pendapatan ini diakui dengan
kondisi bersamaan dengan diterimanya
Kas (basis kas) dan disesuaikan pada
akhir periode Akuntansi.
3. Pengukuran Pendapatan Luar Biasa
– LO
Pendapatan Luar Biasa – LO diukur
berdasarkan azas bruto atau tidak dikurangi
terlebih dahulu dengan biaya-biaya yang
timbul karena Pendapatan tersebut dan
diukur berdasarkan jumlah nominal atas
Pendapatan tesebut.
4. Penyajian dan Pengungkapan
Pendapatan Luar Biasa – LO
Pendapatan Luar Biasa – LO disajikan dalam
Laporan Operasional (LO) setelah
Pendapatan Non Operasional. Rincian dari
Pendapatan Non Operasional – LO
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
7/27 BAB III : KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
Angka : Beban
13
Sistematika dan Penyajian BAB III Angka 13 Beban
diubah dan atau ditambah sehingga berbunyi

78
sebagai beriut:
A. Umum
1. Definisi Beban
a. Beban adalah penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa dalam
Periode Pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran
atau konsumsi Aset atau timbulnya
kewajiban.
b. Beban terdiri dari:
1. Beban Operasi
2. Beban Tansfer
3. Beban Non Operasional
4. Beban Luar Biasa
2. Pengkuan Beban
a. Beban dapat diakui pada saat:
1. Timbulnya kewajiban;
2. Terjadinya konsumsi aset; dan
3. Terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa.
b. Saat timbulnya kewajiban artinya
beban pada saat terjadinya peralihan
Hak dari pihak lain ke Pemerintah
Daerah tanpa diikuti keluarnya Kas dari
Kas Umum Daerah.
c. Saat Terjadinya Konsumsi Aset
artinya Beban diakui pada saat
Pengeluaran Kas kepada pihak lain yang
tidak didahului timbulnya Kewajiban
dan/atau konsumsi Aset Non Kas dalam
kegiatan Operasional Pemerintah
Daerah.
d. Saat terjadinya penurunan

79
manfaat ekonomi atau potensi
jasa artinya Beban diakui pada saat
penurunan nilai aset sehubungan
dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh
penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa adalah Penyusutan atau
Amortisasi.
e. Bila dikaitkan dengan pengeluaran Kas
maka pengakuan Beban dapat
dilakukan dengan tiga kondisi, yaitu:
1. Beban diakui sebelum Pengeluaran
Kas;
2. Beban diakui bersamaan dengan
Pengeluaran Kas; dan
3. Beban diakui setelah Pengeluaran
Kas.
f. Beban diakui sebelum
pengeluaran kas dilakukan apabila
dalam hal proses transaksi pengeluaran
daerah terjadi perbedaan waktu antara
pengakuan Beban dan Pengeluaran Kas,
dimana Pengakuan Beban Daerah
dilakukan lebih dulu, maka Kebijakan
Akuntansi untuk Pengakuan Beban
dapat dilakukan pada saat terbit
dokumen penetapan/pengakuan
beban/kewajiban walaupun kas belum
dikeluarkan. Hal ini selaras dengan
kriteria telah timbulnya Beban dan
sesuai denga prinsip Akuntansi yang
konservatif bahwa jika Beban sudah
menjadi kewajiban harus segera

80
dilakukan Pengakuan meskipun belum
dilakukan Pengeluaran Kas.
g. Beban diakui bersamaan dengan
Pengeluaran Kas dilakukan apabila
perbedaan waktu antara saat
Pengakuan Beban dan Pengeluaran Kas
Daerah tidak signifikan (akhir bulan
berkenaan) dalam periode pelaporan,
maka Beban diakui bersamaan dengan
saat Pengeluaran Kas.
h. Perlakuan Akuntansi terkait Pengakuan
Beban yang bersamaan dengan
Pengeluaran Kas ini dapat juga
dilakukan dengan pertimbangan
manfaat dan biaya, transaksi ini akan
memberikan manfaat yang sama
dibanding dengan Perlakuan Akuntansi
(accaunting treatment) yang harus
dilakukan.
i. Beban diakui setelah Pengeluaran
Kas dilakukan apabila dalam hal
proses transaksi pengeluaran daerah
terjadi perbedaan waktu antara
pengeluaran kas daerah dan pengakuan
beban, dimana pengakuan dilakukan
setelah pengeluaran kas, maka
perlakuan Akuntansi pengakuan beban
dapat dilakukan pada saat barang atau
jasa dimanfaatkan walaupun kas sudah
dikeluarkan. Pada saat pengeluaran
tersebut belum dapat diakui sebagai
beban. Pengeluaran Kas tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai Beban Dibayar

81
di Muka (akun neraca). Aset Tetap dan
Aset Lainnya.

3. Pengukuran Beban
a. Beban diukur sesuai dengan:
1. Harga perolehan atas barang/jasa
atau nilai nominal atas kewajiban
yang timbul, konsumsi aset dan
penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa. Beban diukur dengan
menggunakan mata uang rupiah.
2. Menaksir nilai wajar barang/jasa
tersebut pada tanggal transaksi jika
barang/jasa tersebut tidak
diperoleh harga perolehannya.
4. Penyajian dan Pengungkapan Beban
Beban disajikan dalam Laporan Operasional
(LO). Rincian dari Beban dijelaskan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
B. Beban Operasi
1. Definisi Beban Operasi
a. Beban Operasi adalah pengeluaran
uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas dalam
rangka kegiatan Operasional entitas
agar entitas dapat melakukan fungsinya
dengan baik.
b. Beban Operasi terdiri dari:
1. Beban Pegawai
2. Beban Barang dan Jasa

82
3. Beban Bunga
4. Beban Subsidi
5. Beban Hibah
6. Beban Bantuan Sosial
7. Beban Penyusutan dan Amortisasi
8. Beban Penyisihan Piutang
9. Beban Lain-lain
c. Beban Pegawai merupakan
kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang
harus dibayarkan kepada Pejabat
Negara, pegawai negeri sipil, dan
pegawai yang dipekerjakan oleh
Pemerintah Daerah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pengadaan Aset Tetap.
d. Beban Barang dan Jasa merupakan
penurunan manfaat ekonomi dalam
periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran
atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban akibat transaksi pengadaan
barang dan jasa yang habis pakai,
perjalanan dinas, pemeliharaan
termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai dan
pemberian hadiah atas kegiatan
tertentu terkait dengan suatu prestasi.
e. Beban Bunga merupakan alokasi
Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk
Pembayaran Bunga (interst) yang

83
dilakukan atas kewajiban penggunaan
pokok utang (principal outstanding)
termasuk Beban Pembayaran biaya-
biaya yang terkait dengan pinjaman dan
hibah yang diterima Pemerintah Daerah
seperti commitment fee dan biaya
denda.
f. Beban Subsidi merupakan
pengeluaran atau alokasi anggaran yang
diberikan Pemerintah Daerah kepada
Perusahaan/Lembaga tertentu agar
harga jual produksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh
masyarakat.
g. Beban Hibah merupakan beban
Pemerintah dalam bentuk uang, barang
atau jasa kepada Pemerintah,
Pemerintah Daerah lainnya, Perushaan
Daerah, masyarakat dan Organisasi
Kemasyarakatan, yang bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat.
h. Beban Bantuan Sosial merupakan
Beban Pemerintah Daerah dalam bentuk
uang atau barang yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat (sesuai dengan
permendagri 32 Tahun 2011 dan 39
Tahun 2012).
i. Beban Penyusutan dan
Amortisasi adalah Beban yang terjadi
akibat penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa terjadi pada saat
penurunan nilai aset sehubungan

84
dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu.
j. Beban Penyisihan Piutang
merupakan cadangan piutang yang
harus dibentuk sebesar persentase
tertentu dari akun piutang terkait
kolektibilitas piutang.
k. Beban Lain-lain adalah Beban
Operasi yang tidak termasuk dalam
kategori tersebut diatas.
2. Pengakuan Beban Operasi
a. Beban Pegawai diakui pada saat
timbulnya kewajiban atau peralihan hak
kepada pegawai. Timbulnya atas Beban
Pegawai diakui berdasarkan dokumen
yang Sah.
b. Beban Pegawai dengan mekanisme LS
akan diakui berdasarkan terbitnya
dokumen Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) LS atau diakui bersamaan
dengan pengeluaran kas (basis kas) dan
dilakukan penyesuaian pada akhir
periode Akuntansi.
c. Beban Pegawai dengan mekanisme
UP/GU/TU akan diakui berdasarkan
bukti Pengeluaran Beban pada saat
Pertanggungjawaban (SPJ) dan
dilakukan penyesuaian pada akhir
Periode Akuntansi.
d. Beban Barang dan Jasa diakui pada
saat timbulnya kewajiban atau
peralihan hak kepada pihak ketiga yaitu
ketika bukti penerimaan barang/jasa

85
atau Berita Acara Serah Terima
ditandatangani. Dalam hal pada akhir
tahun masih terdapat barang
persediaan yang belum terpakai atau
jasa yang belum diterima, maka dicatat
sebagai Pengurang Beban.
e. Beban Bunga diakui saat bunga
tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan.
Untuk keperluan pelaporan keuangan,
nilai Beban Bunga diakui sampai dengan
tanggal pelaporan walaupun saat jatuh
tempo melewati tanggal Pelaporan.
f. Beban Subsidi diakui pada saat
Kewajiban Pemerintah Daerah untuk
memberikan subsidi telah timbul
g. Beban Hibah diakui pada saat
perjanjian Hibah atau NPHD
disepakati/ditandatangani meskipun
masih melalui proses verifikasi. Pada
saat Hibah telah diterima maka pada
akhir periode Akuntansi harus
dilakukan penyesuaian.
h. Pengakuan Beban Bantuan Sosial
dilakukan bersamaan dengan
penyaluran belanja bantuan sosial atau
diakui dengan kondisi bersamaan
dengan Pengeluaran Kas (basis kas),
mengingat kepastian Beban tersebut
belum dapat ditentukan sebelum
dilakukan verifikasi atas persyaratan
penyaluran bantuan sosial. Pada akhir
periode Akuntansi harus dilakukan
penyesuaian terhadap pengakuan

86
belanja ini.
i. Beban Penyusutan dan
Amortosasi diakui saat akhir
tahun/periode Akuntansi berdasarkan
metode penyusutan dan amortisasi yang
sudah ditetapkan dengan mengacu pada
bukti memorial yang diterbitkan.
j. Beban Penyisihan Piutang diakui
saat akhir tahun/periode Akuntansi
berdasarkan persentase cadangan
piutang yang sudah ditetapkan dengan
mengacu pada bukti memorial yang
diterbitkan.
k. Beban lain-lain diakui pada saat
kewajiban atas Beban tersebut timbul
atau terjadi peralihan hak kepada pihak
ketiga.
3. Pengukuran Beban Operasi
Pengukuran Beban Operasi berdasarkan
jumlah nominal Beban yang timbul, Beban
diukur dengan menggunakan mata uang
rupiah.
4. Penyajian dan Pengungkapan Beban
Operasi
Beban Operasi disajikan dalam Laporan
Operasional (LO). Rincian dari Beban
Operasi dijelaskan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
C. Beban Transfer
1. Definisi Beban Transfer
Beban Transfer merupakan beban berupa
pengeluaran uang atau kewajiban untuk

87
mengeluarkan uang dari Pemerintah Daerah
kepada entitas Pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan.
2. Pengakuan Beban Transfer
Beban Transfer diakui pada saat timbulnya
kewajiban pemerintah daerah. Dalam hal
pada akhir periode Akuntansi terdapat
alokasi dana yang harus dibagihasilkan
tetapi belum disalurkan dan sudah
diketahui daerah yang berhak menerima,
maka niali tersebut dapat diakui sebagai
Beban atau yang berarti Beban diakui
dengan kondisi sebelum pengeluaran kas
(basis kas).
3. Pengukuran Beban Transfer
Beban Transfer diukur berdasarkan jumlah
nominal yang diserahkan untuk
dibagihasilkan. Beban Transfer diukur
dengan mata uang rupiah.
4. Penyajian dan Pengungkapan Beban
Transfer
Beban Transfer disajikan dalam Laporan
Operasional (LO). Rincian dari Beban
Transfer dijelaskan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
D. Beban Non Operasional
1. Definisi Beban Non Operasional
Beban Non Operasional adalah Beban
yang sifatnya tidak rutin dan perlu
dikelompokkan dalam kegiatan non
operasional.

88
2. Pengakuan Beban Non Operasional
a. Pengakuan Beban Non Operasional
berdasarkan pada saat timbulnya
kewajiban.
b. Dengan alasan kepraktisan dan faktor
ketidakpastian akan terjadi Beban ini
maka timbulnya kewajiban diakui
bersamaan dengan Pengeluaran Kas
(basis kas).
3. Pengukuran Beban Non Operasional
Beban Non Operasional diukur berdasarkan
jumlah nominal yang diserahkan untuk
dibagihasilkan. Beban Non Operasional
diukur dengan mata uang rupiah.
4. Penyajian dan Pengungkapan Beban
Non Operasional
Beban Non Operasional disajikan dalam
Laporan Operasional (LO). Rincian dari
Beban Non Operasional dijelaskan dalan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
E. Beban Luar Biasa
1. Definisi Beban Luar Biasa
Beban Luar Biasa adalah beban yang
terjadi karena kejadian yang tidak dapat
diramalkan terjadi pada awal tahun
anggaran, tidak diharapkan terjadi
berulang-ulang, dan kejadian diluar kendali
entitas Pemerintah.
2. Pengakuan Beban Luar Biasa
a. Pengakuan Beban Luar Biasa adalah
pada saat kewajiban atas Beban
tersebut timbul atau pada saat terjadi

89
peralihan hak kepada pihak ketiga.
b. Dengan alasan kepraktisan dan faktor
ketidakpastian akan terjadinya beban
ini maka timbulnya kewajiban diakui
bersamaan dengan pengeluaran kas
(basi kas).
3. Pengukuran Beban Luar Biasa
Beban Luar Biasa diukur berdasarkan
jumlah nominal yang diserahkan untuk
dibagihasilkan. Beban Luar Biasa diukur
dengan mata uang rupiah.
4. Penyajian dan Pengungkapan Beban
Luar Biasa
a. Beban Luar Biasa disajikan dalam
Laporan Operasional (LO).
b. Pos Luar Biasa disajikan sesudah
Surplus/Defisit dari kegitan Non
Operasional.
c. Rincian dari Beban Luar Biasa
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).

LAMPIRAN
PERATURAN WALIKOTA BANJAR
NOMOR : 34 TAHUN 2016
TANGGAL : 30 DESEMBER 2016
TENTANG : PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA
BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG
KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BANJAR
RINCIAN PERUBAHAN :
NO/
BAGIAN URAIAN
HALAM

90
AN
1/50 BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
Angka 1 Kebijakan Akuntansi Pendapatan – LRA
1. Ketentuan Nomor 4 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut :
4. Pendapatan – LRA dicatat berdasarkan
Basis Kas. Pendapatan – LRA Pemerintah
Kota Banjar diakui pada saat uang
diterima di Rekening Kas Umum Daerah.
Pendapatan yang diterima oleh
Bendahara Penerimaan SKPD namun
pada saat penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran belum disetor ke Kas Umum
Daerah diakui sebagai pendapatan.
2. KetentuanNomor urut 5 dihapus.
3. KetentuanNomor 6 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut :
6.a Pendapatan-LRA dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
b. Dalam hal besaran pengurang terhadap
pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud
dan tidak dapat dianggarkan terlebih
dahulu dikarenakan proses belum
selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.
c. Dalam hal Badan Layanan Umum,
pendapatan diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur

91
mengenai badan layanan umum.
51 1. Ketentuan Nomor 10 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut :
10. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya
tidak berulang (non recurring) atas
penerimaan pendapatan – LRA yang
terjadi pada periode bsebelumnya
dibukukan sebagai pengurang Saldo
Anggaran Lebih pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.
2/63 BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
Angka 9 Kebijakan Akuntansi Aset
1. Ketentuan Nomor 74 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut :
74 Kas terdiri dari :
a. Kas di Kas Daerah
b. Kas di Bendahara Penerimaan
c. Kas di Bendahara Pengeluaran
d. Kas di BLUD
e. Kas di Bendahara JKN
f. Kas di Bendahara BOS
2. Ketentuan Nomor 75 hurup c dihapus
3. Ketentuan Nomor 76 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut :
76 Kas di Bendahara Penerimaan mencakup
. seluruh Kas, baik saldo rekening di bank
maupun saldo uang tunai termasuk
penerimaan cek yang belum dicairkan,
yang berada di bawah tanggung jawab
bendahara penerimaan. Saldo tersebut
merupakan saldo yang berasal dari

92
pungutan dan setoran yang diterima oleh
bendahara penerimaan yang belum
disetor ke kas daerah pada tanggal
neraca dan diklasifikasikan sebagai
Pendapatan.
3/67 Piutang
101. Piutang antara lain terdiri dari
1. Diantara huruf a dan hurup b disisipkan satu
huruf yaitu huruf a.1. sehingga huruf a.1
berbunyi sebagai berikut :
a.1 Piutang Pajak Daerah terdiri dari Pajak
Hotel, Pajak Restoran, PajakHiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak
Sarang Burung Walet, Pajak PBB
Perdesaan dan Perkotaan, dan Pajak
BPHTB.
71 1. Diantara nomor 120 dan nomor 121
disisipkan 1 (satu) nomor yaitu nomor 120
a.sehingga nomor 120 a. berbunyi sebagai
berikut :
120 Kriteria penghapusbukuan piutang,
a. adalah sebagai berikut :
a. Penghapusbukuan harus memberi
manfaat, yang lebih besar
daripada
kerugianpenghapusbukuan.
1. Memberi gambaran obyektif
tentang kemampuan keuangan
entitas akuntansi dan entitas
pelaporan.

93
2. Memberi gambaran ekuitas
lebih obyektif, tentang
penurunan ekuitas.
3. Mengurangi beban
administrasi/akuntansi, untuk
mencatat hal-hal yang
takmungkin terealisasi
tagihannya.
b. Perlu kajian yang mendalam
tentang dampak hukum dari
penghapusbukuan pada neraca
pemerintah daerah,sebelum
difinalisasi dan diajukan kepada
pengambil keputusan
penghapusbukuan (apabila perlu).
c. Penghapusbukuan berdasarkan
keputusan formal otoritas teringgi
yang berwenang menyatakan
hapus tagih perdata dan atau
hapus buku (write off). Pengambil
keputusan penghapusbukuan
melakukan keputusan reaktif
(tidakberinisiatif), berdasar suatu
sistem nominasi untuk
dihapusbukukan atas
usulanberjenjang yang bertugas
melakukan analisis dan usulan
penghapusbukuan tersebut.
Kriteria Penghapustagihan Piutang
sebagian atau seluruhnya adalah
sebagai berikut:
a. Penghapustagihan karena

94
mengingat jasa-jasa pihak yang
berutang kepada negara, untuk
menolong pihak berutang dari
keterpurukan yang lebih dalam.
Misalnya kredit UKM yang tidak
mampu membayar.
b. Penghapustagihan sebagai suatu
sikap menyejukkan, membuat
citra penagih menjadi lebih baik,
memperoleh dukungan moril lebih
luas menghadapi tugas masa
depan.
c. Penghapustagihan sebagai sikap
berhenti menagih,
menggambarkan situasi
takmungkin tertagih melihat
kondisi pihak tertagih.
d. Penghapustagihan untuk
restrukturisasi penyehatan utang,
misalnya penghapusan denda,
tunggakan bunga dikapitalisasi
menjadi pokok kredit baru,
reskeduling dan penurunan tarif
bunga kredit.
e. Penghapustagihan setelah semua
ancangan dan cara lain gagal atau
tidak mungkin diterapkan.
Misalnya, kredit macet dikonversi
menjadi
saham/ekuitas/penyertaan, dijual
(anjak piutang), jaminan dilelang.
f. Penghapustagihan sesuai hukum

95
perdata umumnya, hukum
kepailitan, hukum industry
(misalnya industri keuangan
dunia, industri perbankan), hukum
pasar modal, hukum pajak,
melakukan benchmarking
kebijakan/peraturan write off di
negara lain.
g. Penghapustagihan secara hukum
sulit atau tidak mungkin
dibatalkan, apabila telah
diputuskan dan diberlakukan,
kecuali cacat hukum.
Penghapusbukuan (writedown
maupun write off) masuk
esktrakomptabel dengan beberapa
sebab misalnya kesalahan
administrasi, kondisi misalnya
debitur menunjukkan gejala mulai
mencicil teratur dan alasan
misalnya dialihkan kepada pihak
lain dengan haircut mungkin kan
dicatat kembali menjadi rekening
aktif intrakomtabel.
4/74 Beban Persediaan
1 Ketentuan nomor 146 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut :
146 Dalam hal persediaan dicatat secara
periodik, maka pengukuran pemakaian
persediaan dihitung berdasarkan
inventarisasi fisik, yaitu dengan cara
saldo awal persediaan ditambah

96
pembelian atau perolehan persediaan
dikurangi dengan saldo akhir
persediaan dikalikan nilai per unit
sesuai dengan metode penilaian yang
digunakan.
76 Investasi Non Permanen
1. Ketentuan Nomor 152 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:
152 Investasi non permanen adalah
investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara
tidak berkelanjutan.Investasi ini
diharapkan akan berakhir dalam jangka
waktu tertentu. Misalnya investasi
dalam bentuk pinjaman, dana bergulir,
pembelian obligasi atau surat utang,
dan penyertaan mnodal dalam proyek
pembangunan.
Pengakuan Hasil Investasi Jangka Panjang
1. Ketentuan Nomor163 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:
163 Metode pengakuan hasil investasi
jangka panjang adalah bahwa hasil
investasi berupa dividen tunai yang
diperoleh dari penyertaan modal
pemerintah yang pencatatannya
menggunakan metode biaya, dicatat
sebagai pendapatan hasil
investasi.Sedangkan apabila
menggunakan metode ekuitas, bagian
laba berupa dividen tunai yang
diperoleh oleh pemerintah dicatat

97
sebagai pendapatan hasil investasi dan
mengurangi nilai investasi pemerintah.
Dividen dalam bentuk saham yang
diterima tidak akan menambah nilai
investasi pemerintah.

80 Penilaian Investasi Jangka panjang (Investasi Non


Permanen)
1. Ketentuan Nomor 169 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut :
169 Investasi Nonpermanen dinilai sebesar
harga perolehannya.
Sedangkan investasi dalam bentuk
dana bergulir dinilai sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan (net
realizable value) yaitu sebesar nilai kas
yang ada ditambah saldo yang bisa di
tagih.
Investasi dalam bentuk dana bergulir
merupakan dana yang dipinjamkan
untuk dikelola dan digulirkan kepada
masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan ekonomi rakyat dan
tujuan lainnya.
Penyisihan Investasi Non Permanen Dana
Bergulir
1. Penyisihan investasi non permanen dana
bergulir yang kemungkinan tidak tertagih
diprediksi berdasarkan pengalaman masa lalu
dengan melakukan analisa terhadap saldo-saldo
investasi non permanen dana bergulir yang
masih beredar (outstanding).

98
2. Penyisihan investasi non permanen dana
bergulir diperhitungkan dan dibukukan dalam
periode yang sama dengan periode timbulnya
investasi non permanen dana bergulir.
3. Perhitungan penyisihan dana bergulir yang tidak
tertagih dihitung berdasarkan persentase
tertentu dari Saldo dana bergulir yang telah
diklasifikasikan sesuai kriteria umur piutang
selain pajak dan retribusi:
4. Penyisihan investasi non permanen dana
bergulir di Neraca disajikan sebagai unsur
pengurang dari investasi non permanen dana
bergulir yang bersangkutan.

LAMPIRAN
PERATURAN WALI KOTA BANJAR
NOMOR : 31 TAHUN 2017
TANGGAL : 9 NOVEMBER 2017
TENTANG : PERATURAN WALI KOTA TENTANG PERUBAHAN KETIGA
ATAS PERATURAN WALI KOTA BANJAR NOMOR 13
TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
PEMERINTAH KOTA BANJAR
RINCIAN PERUBAHAN:
Halaman Bagian Uraian

74 BAB III Kebijakan akuntansi akun


Beban Persediaan
Ketentuan nomor 146 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
146 dalam hal persediaan dicatat secara
periodik, maka pengukuran pemakaian
persediaan dihitung berdasarkan
inventarisasi fisik. Pada akhir periode

99
tertentu dilakukan penyesuaian beban
persediaan dengan cara, beban persediaan
dikurangi dengan jumlah persediaan
berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

99 BAB III Kebijakan akuntansi akun


Pengukuran Penyusutan aset tetap
a) Perhitungan penyusutan dilakukan per
bulan, mulai bulan perolehan aset tetap. Aset
tetap yang waktu perolehannya pada
pertengahan dan/ atau akhir bulan,
penyusutannya tetap dihitung 1 (satu) bulan.

LAMPIRAN
PERATURAN WALI KOTA BANJAR
NOMOR : 31.a TAHUN 2018
TANGGAL : 6 AGUSTUS 2018
TENTANG : PERATURAN WALI KOTA TENTANG PERUBAHAN
KEEMPAT ATAS PERATURAN WALI KOTA BANJAR
NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN
AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BANJAR
Halaman Bagian Uraian
74 BAB III Kebijakan akuntansi akun
Pencatatan Persediaan
Ketentuan nomor 141 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
141 Pencatatan persediaan dilakukan
dengan metode perpetual. Dengan
Metode perpetual pencatatan dilakukan
setiap persediaan yang masuk dan
keluar sehingga nilai/jumlah persediaan
selalu ter-update. Dalam metode

100
perpetual, pengukuran pemakaian
persediaan dihitung berdasarkan
catatan jumlah unit yang dipakai
dikalikan dengan nilai per unit sesuai
metode penilaian yang digunakan
142 Ketentuan nomor 142 dihapus
Penghapusan Persediaan
Diantara Nomor 149 dengan 150
ditambahkan Nomor 149a sehingga
berbunyi:
a. Penghapusan Persediaan dilakukan
dalam hal persediaan sudah tidak
berada dalam penguasaan Pemerintah
Kota Banjar, yang disebabkan:
1) Penyerahan persediaan;
2) Pengalihan status persediaan milik
daerah;
3) Pemindah tanganan atas
persediaan;
4) Putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hokum tetap dan
sudah tidak ada upaya hukum
lainnya;
5) Menjalankan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
6) Pemusnahan; atau
7) Sebab lain
b. Sebab lain sebagaimana dimaksud
pada huruf a poin 7 merupakan
sebab-sebab yang secara normal
dipertimbangkan wajar menjadi
penyebab penghapusan, seperti hilang

101
karena kecurian, terbakar, susut,
menguap, mencair, kadaluarsa, mati
dan sebagai akibat dari keadaan
kahar (force majeure)
74 BAB III Kebijakan akuntansi akun
Beban Persediaan
146 ketentuan nomor 146 dihapus
99 BAB III Kebijakan akuntansi akun
Aset Tetap
Diantara huruf F dan G ditambahkan sehingga
berbunyi:
a. Penghapusan aset tetap dilakukan dalam
hal asset tetap milik daerah sudah tidak
berada dalam penguasaan Pemerintah
Kota Banjar, Pengelola Barang, Pengguna
Barang dan/atau Kuasa Pengguna
Barang;
b. Barang milik daerah sudah tidak berada
dalam penguasaan Pemerintah Kota
Banjar, Pengelola Barang, Pengguna
Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
disebabkan karena:
1) Penyerahan asset tetap;
2) Pengalihan status penggunaan asset
tetap;
3) Pemindahtanganan atas aset tetap;
4) Putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan sudah
tidak ada upaya hukum lainnya;
5) Menjalankan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan ;
6) Pemusnahan;

102
7) Penghapusan sebagian disebabkan
oleh rehab; atau
8) Sebab lain.
c. Sebab lain sebagaimana dimaksud pada
huruf b poin 8 merupakan sebab-sebab
yang secara normal dipertimbangkan
wajar menjadi penyebab penghapusan
seperti hilang karena kecurian, terbakar,
susut, menguap, mencair, kadaluarsa,
mati dan sebagai akibat dari keadaan
kahar (force majeure).

103
BAB V
PENJELASAN
POS-POS LAPORAN KEUANGAN

I PENJELASAN POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN


Realisasi Pendapatan 1. Pendapatan
sebesar
Rp. 662.508.320,00
Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1 tahun anggaran 2019 sebesar
Rp. 662.508.320,00 (93,64%) dari pagu PAD sebesar Rp.
707.477.875,00. PAD tersebut bersumber dari dana Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) baik itu Kapitasi maupun Non
Kapitasi dan Retribusi dari layanan puskesmas sebagai unit
layanan BLUD yang masuk ke kas BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 dan digunakan sebagai dana operasional
kegiatan pelayanan pasien JKN pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 tahun anggaran 2019.
Realisasi Belanja 2. Belanja
sebesar
Rp. 2.611.511.473,00
Laporan Realisasi APBD (akrual) pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 periode 1 Januari 2019 s.d 31
Desember 2019, menunjukkan Realisasi Belanja sebesar Rp.
2.611.511.473,00 atau 85,65% dari target anggaran tahun
2019 sebesar Rp. 3.049.008.777,81, sedangkan pada tahun
2018 menunjukan realisasi sebesar Rp. 454.419.062,00 atau
36,74% dari target anggaran tahun 2018 sebesar Rp.
1.236.794.910,00. Penambahan realisasi pada tahun 2019 ini
dipengaruhi oleh adanya pagu anggaran Gaji (Belanja Tidak
Langsung/BTL), JKN dan BOK yang masuk dikarenakan
adanya perubahan-perubahan transisi kebijakan
pengelolaan, penyerapan dan belanja anggaran JKN dan
BOK, baik dari tingkat pusat maupun daerah, selain itu
karena berubah statusnya Puskesmas Pataruman 1 menjadi

104
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Penjelasan lebih lanjut dari pos-pos belanja anggaran APBD
dapat diuraikan sebagai berikut :
Realisasi Belanja 2.1 Belanja Operasi
Operasi sebesar
Rp. 2.565.524.473,00
Realisasi Belanja Operasi periode 1 Januari 2019 sampai
dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp. 2.565.524.473,00 atau
85,80% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
2.990.172.987,81.
Realisasi Belanja Operasi terdiri dari:
Belanja Pegawai Rp 1.410.748.235,00
Belanja Barang & Jasa Rp 1.154.776.238,00
Jumlah Rp 2.565.524.473,00
Tabel 5.1. Daftar Kelompok Realisasi Belanja Operasi

Adapun penjelasan lebih lanjut dari pos-pos Belanja Operasi


sebagai berikut:
Realisasi Belanja 2.1.1 Belanja Pegawai
Pegawai sebesar
Rp. 1.410.748.235,00
Realisasi Belanja Pegawai periode 1 Januari 2019 sampai
dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp. 1.410.748.235,00 atau
96,95% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
1.455.091.331,81.
Rincian belanja tersebut terdiri dari:
Belanja Tidak Langsung (BTL) :
Belanja Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi Rp 812.193.243,00
Belanja Tunjangan Keluarga Rp 59.228.225,00
Belanja Tunjangan Jabatan Rp 7.560.000,00
Belanja Tunjangan Fungsional Rp 54.435.000,00
Belanja Tunjangan Fungsional Umum Rp 13.830.000,00
Belanja Tunjangan Beras Rp 43.452.000,00
Belanja Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus Rp 833.462,00
Belanja Pembulatan Gaji Rp 16.305,00
Belanja Tambahan Penghasilan PNSD Rp 419.200.000,00
Jumlah BTL Rp 1.410.748.235,00
Tabel 5.2. Daftar Rekening Obyek Realisasi Belanja Pegawai

Realisasi Belanja Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi pada


BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp.
812.193.243,00 atau 97,87% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 829.862.124,60.

105
Realisasi Belanja Tunjangan Keluarga pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp. 59.228.225,00
atau 90,81% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
65.220.915,21.

Realisasi Belanja Tunjangan Jabatan pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp. 7.560.000,00
atau 98,04% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
7.711.200,00.

Realisasi Belanja Tunjangan Fungsional pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp. 54.435.000,00
atau 94,53% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
57.584.100,00.

Realisasi Belanja Tunjangan Fungsional Umum pada BLUD


UPTD Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp.
13.830.000,00 atau 98,04% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 14.106.600,00.

Realisasi Belanja Tunjangan Beras pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp. 43.452.000,00
atau 97,73% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
44.459.664,20.

Realisasi Belanja Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus pada


BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp.
833.462,00 atau 95,24% dari anggaran yang tersedia sebesar
Rp. 875.135,10.

Realisasi Belanja Pembulatan Gaji pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp. 16.305,00 atau
94,84% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp. 17.192,70.

Realisasi Belanja Tambahan Penghasilan PNSD pada BLUD

106
UPTD Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp.
419.200.000,00 atau 96,31% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 435.254.400,00.
Realisasi Belanja 2.1.2 Belanja Barang dan Jasa
Barang dan Jasa
sebesar
Rp. 1.154.776.238,00 Realisasi Belanja Barang dan Jasa periode 1 Januari 2019
sampai dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp.
1.154.776.238,00 atau 75,23% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 1.535.081.656,00.
Realisasi Belanja Barang dan Jasa tersebut terdiri dari:
Belanja Langsung (BL) :
Belanja Bahan Pakai Habis Rp 30.085.910,00
Belanja Bahan/Material Rp 5.790.000,00
Belanja Jasa Kantor Rp 28.226.034,00
Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor Rp 5.210.195,00
Belanja Cetak dan Penggandaan Rp 31.138.725,00
Belanja Makanan dan Minuman Rp 178.369.400,00
Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya Rp 5.203.000,00
Belanja Perjalan Dinas Rp 126.878.000,00
Belanja Pemeliharaan Rp 1.130.000,00
Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Rp 0,00
Bimbingan Teknis PNS
Belanja Honorarium PNS Rp 3.750.000,00
Belanja Honorarium Non PNS Rp 132.650.000,00
Belanja Pegawai BLUD Rp 405.626.383,00
Belanja Barang dan Jasa BLUD Rp 200.718.591,00
Jumlah BL Rp 1.154.776.238,00
Tabel 5.3. Daftar Rekening Obyek Realisasi Belanja Barang dan Jasa T.A 2019

Penjelasan tentang realisasi belanja barang dan jasa pada


BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 pada tahun anggaran
2019 adalah sebagai berikut :

1. Realisasi Belanja Bahan Pakai Habis sebesar Rp.


30.085.910,00 atau 46,63% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 64.517.400,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja alat tulis kantor sebesar Rp.
23.975.910,00 atau 44,31% dari pagu sebesar Rp.
54.107.400,00.
b. Realisasi alat listrik dan elektronik (lampu pijar,
battery kering) sebesar Rp. 350.000,00 atau 70,00%

107
dari pagu sebesar Rp. 500.000,00.
c. Realisasi belanja peralatan kebersihan dan bahan
pembersih sebesar Rp. 645.000,00 atau 71,67% dari
pagu sebesar Rp. 900.000,00.
d. Realisasi belanja bahan bakar minyak/gas sebesar
Rp. 4.677.000,00 atau 58,39% dari pagu sebesar Rp.
8.010.000,00.
e. Realisasi belanja pengisian tabung gas sebesar Rp.
50.000,00 atau 10,00% dari pagu sebesar Rp.
500.000,00.
f. Realisasi belanja surat berharga sebesar Rp.
388.000,00 atau 77,60% dari pagu sebesar Rp.
500.000,00.
2. Realisasi Belanja Bahan/Material sebesar Rp.
5.790.000,00 atau 27,85% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 20.790.000,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja bahan baku bangunan sebesar Rp.
5.790.000,00 atau 100,00% dari pagu sebesar Rp.
5.790.000,00.
b. Realisasi belanja persediaan makanan pokok
sebesar Rp. 0,00 atau 0,00% dari pagu sebesar Rp.
15.000.000,00.
3. Realisasi Belanja Jasa Kantor sebesar Rp. 28.226.034,00
atau 88,37% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
31.940.000,00 dengan rincian realisasi per objek belanja
sebagai berikut :
a. Realisasi belanja telepon sebesar Rp. 0,00 atau 0,00%
dari pagu sebesar Rp. 0,00.
b. Realisasi belanja listrik sebesar Rp. 18.346.034,00
atau 83,54% dari pagu sebesar Rp. 21.960.000,00.
c. Realisasi belanja surat kabar/majalah sebesar Rp.
0,00 atau 0,00% dari pagu sebesar Rp. 100.000,00.

108
d. Realisasi belanja jasa tenaga kerja non pegawai
sebesar Rp. 9.880.000,00 atau 100,00% dari pagu
sebesar Rp. 9.880.000,00.
4. Realisasi Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor
sebesar Rp. 5.210.195,00 atau 80,37% dari anggaran yang
tersedia sebesar Rp. 6.482.610,00 dengan rincian
realisasi per objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja jasa service sebesar Rp.
1.012.259,00 atau 67,48% dari pagu sebesar Rp.
1.500.000,00.
b. Realisasi belanja penggantian suku cadang sebesar
Rp. 3.853.636,00 atau 92,13% dari pagu sebesar Rp.
4.182.610,00.
c. Realisasi belanja pajak kendaraan bermotor sebesar
Rp. 344.300,00 atau 43,04% dari pagu sebesar Rp.
800.000,00.
5. Realisasi Belanja Cetak dan Penggandaan sebesar Rp.
31.138.725,00 atau 69,34% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 41.853.600,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja cetak sebesar Rp. 18.940.000,00
atau 69,34% dari pagu sebesar Rp. 27.313.900,00.
b. Realisasi belanja penggandaan sebesar Rp.
12.198.725,00 atau 83,90% dari pagu sebesar Rp.
14.539.700,00.
6. Realisasi Belanja Makanan dan Minuman sebesar Rp.
178.369.400,00 atau 84,32% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 211.550.000,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja makan dan minuman rapat sebesar
Rp. 178.369.400,00 atau 84,32% dari pagu sebesar Rp.
210.400.000,00.
b. Realisasi belanja makan dan minuman tamu sebesar

109
Rp. 0,00 atau 0,00% dari pagu sebesar Rp.
1.150.000,00.
7. Realisasi Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya sebesar
Rp. 5.203.000,00 atau 98,36% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 5.290.000,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja pakaian dinas harian (PDH) sebesar
Rp. 5.203.000,00 atau 98,36% dari pagu sebesar Rp.
5.290.000,00.
8. Realisasi Belanja Perjalanan Dinas sebesar Rp.
126.878.000,00 atau 49,78% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 254.890.000,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja perjalanan dinas dalam daerah
sebesar Rp. 115.650.000,00 atau 47,82% dari pagu
sebesar Rp. 241.850.000,00.
b. Realisasi belanja perjalanan dinas luar daerah
sebesar Rp. 11.228.000,00 atau 86,10% dari pagu
sebesar Rp. 13.040.000,00.
9. Realisasi Belanja Pemeliharaan sebesar Rp. 1.130.000,00
atau 56,50% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
2.000.000,00 dengan rincian realisasi per objek belanja
sebagai berikut :
a. Realisasi belanja pemeliharaan peralatan dan mesin
sebesar Rp. 1.130.000,00 atau 56,50% dari pagu
sebesar Rp. 2.000.000,00.
10. Realisasi Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan
Bimbingan Teknis PNS sebesar Rp. 0,00 atau 0,00% dari
anggaran yang tersedia sebesar Rp. 3.710.000,00 dengan
rincian realisasi per objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja kursus-kursus singkat/pelatihan
sebesar Rp. 0,00 atau 0,00% dari pagu sebesar Rp.
1.710.000,00.

110
b. Realisasi belanja bimbingan teknis sebesar Rp. 0,00
atau 0,00% dari pagu sebesar Rp. 2.000.000,00.
11. Realisasi Belanja Honorarium PNS sebesar Rp.
3.750.000,00 atau 67,57% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 5.500.000,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja honorarium panitia pelaksana
kegiatan sebesar Rp. 0,00 atau 0,00% dari pagu
sebesar Rp. 1.800.000,00.
b. Realisasi belanja vakasi/insentif PNS sebesar Rp.
3.750.000,00 atau 100,00% dari pagu sebesar Rp.
3.750.000,00.
12. Realisasi Belanja Honorarium Non PNS sebesar Rp.
132.650.000,00 atau 85,53% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 155.100.000,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja honorarium pegawai honorer/tidak
tetap sebesar Rp. 58.800.000,00 atau 87,11% dari
pagu sebesar Rp. 67.500.000,00.
b. Realisasi belanja uang saku/uang lelah non PNS
sebesar Rp. 73.850.000,00 atau 84,30% dari pagu
sebesar Rp. 87.600.000,00.
13. Realisasi Belanja Pegawai BLUD sebesar Rp.
405.626.383,00 atau 91,74% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 442.140.716,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :
a. Realisasi belanja pegawai BLUD sebesar Rp.
405.626.383,00 atau 91,74% dari pagu sebesar Rp.
442.140.716,00.
14. Realisasi Belanja Barang dan Jasa BLUD sebesar Rp.
200.718.591,00 atau 69.39% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 289.267.330,00 dengan rincian realisasi per
objek belanja sebagai berikut :

111
a. Realisasi belanja barang dan jasa BLUD sebesar Rp.
200.718.591,00 atau 69.39% dari pagu sebesar Rp.
289.267.330,00.
Realisasi Belanja 2.2 Belanja Modal
Modal sebesar
Realisasi Belanja Modal periode 1 Januari 2019 sampai
Rp. 45.987.000,00
dengan 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp. 45.987.000,00
atau 78,16% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
58.835.790,00.
Belanja modal ini bersumber dana ABPD Kota Banjar dan
dana JKN Kapitasi tahun anggaran 2019 sesuai dengan DPA
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1.
Realisasi Belanja Modal terdiri dari :
Belanja Langsung (BL) :
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 15.000.000,00
Pengadaan Alat Kantor
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 14.025.000,00
Pengadaan Alat Rumah Tangga
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 9.647.000,00
Pengadaan Komputer
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 7.315.000,00
Pengadaan Alat Studio
Jumlah BL Rp 45.987.000,00
Tabel 5.4. Daftar Rekening Obyek Realisasi Belanja Modal T.A 2019

Penjelasan tentang realisasi belanja modal pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 pada tahun anggaran 2019 adalah
sebagai berikut :

1. Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Pengadaan


Alat Kantor sebesar Rp. 15.000.000,00 atau 83,33% dari
anggaran yang tersedia sebesar Rp. 18.000.000,00.
2. Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin-
Pengadaan Alat Rumah Tangga sebesar Rp.
14.025.000,00 atau 85,00% dari anggaran yang tersedia
sebesar Rp. 16.500.000,00.
3. Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin-
Pengadaan Komputer sebesar Rp. 9.647.000,00 atau
56,96% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.

112
16.935.790,00.
4. Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin-
Pengadaan Alat Studio sebesar Rp. 7.315.000,00 atau
98,85% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.
7.400.000,00
Realisasi Belanja 2.2.1 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Modal Peralatan dan
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin periode 1
Mesin
Rp. 45.987.000,00 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 45.987.000,00 atau 78,16% dari anggaran yang
tersedia sebesar Rp. 58.835.790,00.
Belanja peralatan dan mesin/belanja modal pada BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1 tahun anggaran 2019
dilakukan dengan cara swakelola (pada belanja modal
APBD) dan dengan cara penyedia (pada belanja modal JKN)
yang secara keseluruhan rencana belanja dapat terrealisasi
sesuai DPA tahun 2019 yang terdapat pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1.
Rincian Realisasi Objek Belanja Peralatan dan Mesin pada
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019
terdiri dari :
Belanja Langsung (BL) :
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 15.000.000,00
Pengadaan Alat Kantor Lainnya
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 9.900.000,00
Pengadaan Meubelair
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 4.125.000,00
Pengadaan Alat Pendingin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 0,00
Pengadaan Alat Rumah Tangga Lainnya
(Home Use)
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 7.199.500,00
Pengadaan Personal Komputer
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 2.447.500,00
Pengadaan Peralatan Personal Komputer
Belanja Modal Peralatan dan Mesin- Rp 7.315.000,00
Pengadaan Peralatan Studio Visual
Jumlah BL Rp 45.987.000,00
Tabel 5.5. Daftar Rincian Obyek Realisasi Belanja Modal T.A 2019

Berdasarkan tabel 5.5 di atas realisasi rincian objek belanja


modal pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 pada

113
tahun anggaran 2019 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Realisasi belanja modal peralatan dan mesin-pengadaan
alat kantor lainnya sebesar Rp. 15.000.000,00 atau
83,33% dari pagu sebesar Rp. 18.000.000,00.
b. Realisasi belanja modal peralatan dan mesin-pengadaan
meubelair sebesar Rp. 9.900.000,00 atau 99,00% dari
pagu sebesar Rp. 10.000.000,00.
c. Realisasi belanja modal peralatan dan mesin-pengadaan
alat pendingin sebesar Rp. 4.125.000,00 atau 82,50% dari
pagu sebesar Rp. 5.000.000,00.
d. Realisasi belanja modal peralatan dan mesin-pengadaan
alat rumah tangga lainnya (home use) sebesar Rp. 0,00
atau 0,00% dari pagu sebesar Rp. 1.500.000,00.
e. Realisasi belanja modal peralatan dan mesin-pengadaan
personal komputer sebesar Rp. 7.199.500,00 atau 49,87%
dari pagu sebesar Rp. 14.435.790,00.
f. Realisasi belanja modal peralatan dan mesin-pengadaan
peralatan personal komputer sebesar Rp. 2.447.500,00
atau 97,90% dari pagu sebesar Rp. 2.500.000,00.
g. Realisasi belanja modal peralatan dan mesin-pengadaan
peralatan studio visual sebesar Rp. 7.315.000,00 atau
98,85% dari pagu sebesar Rp. 7.400.000,00.

II. SILPA TAHUN BERJALAN


Silpa Tahun Berjalan Realisasi Pendapatan:
sebesar
Uraian Realisasi
(Rp. 1.949.003.153,00)
a. PAD Rp 662.508.320,00
Jumlah (I) Rp 662.508.320,00
Realisasi Belanja:
Uraian Realisasi
a. Belanja Operasi Rp 2.565.524.473,00
b. Belanja Modal Rp 45.987.000,00
Jumlah (II) Rp 2.611.511.473,00
Surflus/(Defisit) Rp (1.949.003.153,00)
SiLPA 31 Desember 2019 Rp (1.949.003.153,00)
Tabel 5.6. Daftar Rincian Perhitungan SiLPA Tahun Berjalan

114
III. PENJELASAN POS-POS NERACA
Saldo Kas di Per Per
Bendahara 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Pengeluaran per 31
1. Kas di Bendahara
Desember 2019
Pengeluaran Rp. 0,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp. 0,00 Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 sebesar Rp.
0,00. Semua Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota Banjar semua berada di
rekening Kas Umum Daerah Pemerintah Kota Banjar.
Saldo Kas di BLUD Per Per
per 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2019 2018
2019 sebesar
2. Kas di Bendahara
Rp. 85.653.517,00
JKN Rp. 85.653.517,00 Rp. 0,00

Saldo Kas di BLUD per 31 Desember 2019 adalah sebesar


Rp. 85.653.517,00. Semua Saldo Kas di BLUD pada BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota Banjar semua berada di
rekening BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Pemerintah
Kota Banjar.
URAIAN SALDO
Saldo kas JKN Kapitasi Rp 74.274.835,00
Saldo kas PAD BLUD Rp 11.161.952,00
Saldo kas JKN Non Kapitasi Rp 216.730,00
Jumlah Saldo Kas Rp 85.653.517,00
Tabel 5.7. Daftar Saldo Kas di BLUD T.A 2019

Bedasarkan tabel 5.7 di atas dapat dijelaskan bahwa saldo


kas di BLUD terdiri dari saldo kas JKN Kapitasi sebesar Rp.
74.274.835,00 (86,72%), saldo kas PAD BLUD sebesar Rp.
11.161.952,00 (13,03%) serta saldo kas JKN Non Kapitasi
sebesar Rp. 216.730 (0,25%).
Saldo Persediaan per Per Per
31 Desember 2019 31 Desember 31 Desember
2019 2018
sebesar
3. Persediaan Rp. 141.359.431,38 Rp. 0,00
Rp. 141.359.431,38

Saldo Persediaan per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.


141.359.431,38 yang merupakan saldo persediaan alat
kesehatan serta persediaan obat-obatan dan vaksin, ATK,

115
persediaan bahan/material habis pakai dan alkes serta
benda berharga yang berada di BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 dan merupakan aset lancar yang
dipergunakan, dengan rincian sebagai berikut :
URAIAN SALDO
 Persediaan Alat Kesehatan Rp 36.889.440,50
 Persediaan Obat-obatan Rp 89.926.332,58
 Persediaan Alat Tulis Kantor Rp 0,00
 Barang cetakan (TBP dan Karcis) Rp 408.260,00
 Benda berharga Rp 0,00
 Persediaan MaMin Pasien (PMT) Rp 14.135.398,20
Jumlah Saldo Kas Rp 141.359.431,38
Tabel 5.8. Daftar Rincian Persediaan

Saldo persediaan per 31 Desember 2019 berdasarkan hasil


pemeriksaan fisik pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman
1 tidak termasuk persediaan obat yang telah kadaluarsa
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 sebesar Rp.
141.359.431,38 yang terdiri dari Persediaan Alat Kesehatan
dan Alat KB sebesar Rp. 36.889.440,50 atau 26,10%,
Persediaan Obat-obatan sebesar Rp. 89.926.332,58 atau
63,62%, Persediaan Barang Cetakan (TB dan Karcis) sebesar
Rp. 408.260,00 atau 0,29% serta Persediaan Makanan dan
Minuman Pasien (PMT) sebesar Rp. 14.135.398,20 atau
10,00%. Mutasi Persediaan selama Tahun 2019 adalah
sebagai berikut:
1. Saldo per 31 Desember 2018 Rp 152.870.803,11
2. Penambahan 2019 Rp 367.293.170,91
Jumlah Rp 520.163.974,02
3. Pengurangan 2019 Rp (378.804.542,74)
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 141.359.431,38
Tabel 5.9. Daftar Rincian Mutasi Persediaan

Rincian Persediaan pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman


2 pada per 31 Desember 2019 lebih lanjut disajikan dan
diuraikan pada lampiran.

Saldo Aset Tetap per Per Per


31 Desember 2019 31 Desember 31 Desember
2019 2018
sebesar
4. Aset Tetap Rp. 1.891.210.441,94 Rp. 14.150.000,00
Rp. 1.891.210.441,94

Saldo Aset Tetap pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1

116
Kota Banjar per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.
1.891.210.441,94 yang terdiri dari:
Tanah Rp 119.808.000,00
Peralatan dan Mesin Rp 1.607.724.395,94
Gedung dan Bangunan Rp 1.883.307.430,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 5.967.500,00
Aset Tetap Lainnya Rp 0,00
Akumulasi Penyusutan Rp (1.725.596.884,00)
Sub Jumlah 1 Rp 1.891.210.441,94
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp 0,00
Sub Jumlah 2 Rp 0,00
Jumlah 1+2 Rp 1.891.210.441,94
Tabel 5.10. Daftar Rincian Saldo Aset Tetap

Rincian Mutasi Aset Tetap selengkapnya disajikan pada


lampiran.

Saldo Aset Tetap Per Per


Tanah per 31 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Desember 2019
4.1. Tanah Rp. 119.808.000,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp. 119.808.000,00
Mutasi Aset Tetap Tanah Tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
1. Saldo per 31 Desember 2018 Rp 119.808.000,00
2. Penambahan 2019 Rp 0,00
Jumlah Rp 119.808.000,00
3. Pengurangan 2019 Rp (0,00)
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 119.808.000,00
Tabel 5.11. Daftar Rincian Mutasi Aset Tetap Tanah

Tidak ada Penambahan Aset Tetap Tanah yang diperoleh


dari belanja modal pada tahun anggaran 2019. Nilai Tanah
yang dimiliki BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 sampai
dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp. 119.808.000,00 yang
berupa tanah dan bangunan BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 sesuai dengan Sertifikat Tanda Bukti Hak
Sertifikat Nomor : 10.30.02.03.4.00032.
Nilai tanah ditetapkan berdasarkan harga perolehan.
Apabila harga perolehan tidak ditemukan maka digunakan
NJOP. Pencatatan atas tanah senilai Rp. 119.808.000,00
merupakan pencatatan atas tanah hak milik, hak pakai dan
hak guna pakai/pengelolan yang terdiri dari luas tanah buat
bangunan puskesmas dan bidang tanah seluas 2.061 m2, hak

117
kepemilikan tanah berupa sertifikat dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Jumlah
Luas Tanah
Uraian Bidang Nilai
(m2)
Tanah
Tanah yang telah
1 2.061 Rp 119.808.000,00
memiliki sertifikat
Tanah yang Belum
0 0 Rp 0,00
memiliki Sertifikat
Jumlah 1 2.061 Rp 119.808.000,00
Tabel 5.12. Daftar Rincian Hak Kepemilikan Tanah Berupa Sertifikat

Jumlah Aset Tetap Tanah sebesar Rp. 119.808.000,00


termasuk Aset Tetap Tanah yang dipakai sebagai bangunan
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 beserta halaman
lingkungan puskesmas yang terdiri dari bangunan utama
puskesmas baru, bangunan puskesmas lama, kolam ikan,
kantin, rumah dinas dokter, garasi ambulance, taman dan
halaman puskesmas.
Saldo Aset Tetap a. Peralatan dan Per Per
Peralatan dan Mesin Mesin 31 Desember 31 Desember
2019 2018
per 31 Desember
Rp. 1.607.724.395,94 Rp. 14.150.000,00
2019 sebesar
Rp. 1.607.724.395,94
Mutasi Aset Tetap Peralatan dan Mesin pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 1.607.724.395,94 sebagai berikut:
1. Saldo per 31 Desember 2018 Rp 1.751.895.454,00
2. Penambahan 2019 (Belanja modal) Rp 45.987.000,00
3. Penambahan 2019 (Reklas dari dinkes) Rp 31.093.115,94
Jumlah Rp 1.828.975.569,94
1. Pengurangan 2019 (penghapusan) Rp (207.006.174,00)
2. Reklas 2019 Rp (14.245.000,00)
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 1.607.724.395,94
Tabel 5.13. Daftar Rincian Mutasi Aset Tetap Peralatan dan Mesin

Penambahan Aset Tetap Peralatan dan Mesin Rp.


77.080.115,94 diperoleh dari:
1. Belanja Modal Tahun 2019 Rp 45.987.000,00
2. APBN Rp 0,00
3. APBD Provinsi Jawa Barat Rp 0,00
4. Reklas dari Dinas Kesehatan Kota Banjar Rp 31.093.115,94
5. Koreksi Karena Salah Penganggaran Rp 0,00
6. Dst Rp 0,00
Jumlah Rp 77.080.115,94
Tabel 5.14. Daftar Rincian Penambahan Aset Tetap Peralatan dan Mesin

118
Penjelasan mutasi tambah belanja Peralatan dan Mesin
Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp. 77.080.115,94 terdiri dari :
1. Belanja modal bersumber dana APBD Kota Banjar sebesar
Rp. 9.647.000,00 yang berupa belanja modal pengadaan
personal komputer sebesar Rp. 7.199.500,00 atau 49,87%
dari pagu anggaran sebesar Rp. 14.435.790,00 dan belanja
modal pengadaan peralatan personal komputer sebesar
Rp. 2.447.500,00 atau 97,90% dari pagu anggaran sebesar
Rp. 2.500.000,00, belanja modal bersumber dana JKN
Kapitasi sebesar Rp. 36.340.000,00 atau 86,73% dari pagu
anggaran belanja modal bersumber dana JKN Kapitasi
sebesar Rp. 41.900.000,00 yang terdiri dari belanja modal
pengadaan alat kantor sebesar Rp. 15.000.000,00 atau
83,33% dari pagu anggaran sebesar Rp. 18.000.000,00,
belanja modal pengadaan alat rumah tangga sebesar Rp.
14.025.000,00 atau 85,00% dari pagu anggaran sebesar Rp.
16.500.000,00 dan belanja modal pengadaan alat studio
sebesar Rp. 7.315.000,00 dari pagu anggaran sebesar Rp.
7.400.000,00.
2. Reklas aset yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota
Banjar ke BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 pada
tahun 2019 sebesar Rp. 31.093.115,94 yang terdiri dari
reklas peralatan dan mesin.
Pengurangan Aset Tetap Peralatan dan Mesin pada BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp.
221.251.174,00 diperoleh dari:
1. Pengurangan nilai barang (re-statement) Rp 0,00
2. Penghapusan aset lain-lain Rp 207.006.174,00
3. Reklas antar SKPD Rp 14.245.000,00
4. Dst Rp 0,00
Jumlah Rp 221.251.174,00
Tabel 5.15. Daftar Rincian Pengurangan Aset Tetap Peralatan dan Mesin

Mutasi kurang belanja Peralatan dan Mesin Tahun Anggaran


2019 pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 adalah

119
sebesar Rp. 221.251.174,00 yang terdiri dari penghapusan
aset lain-lain sebesar Rp. 207.006.174,00 dan reklas antar
SKPD sebesar Rp. 14.245.000,00 ke BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 3 berupa 1 (satu) unit kendaraan roda 2 (dua).
Rincian Mutasi Aset Tetap peralatan dan mesin pada BLUD
UPTD Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019
selengkapnya disajikan pada lampiran.

Saldo Aset Tetap Per Per


Gedung dan 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Bangunan per 31
4.3 Gedung dan
Desember 2019
Bangunan Rp. 1.883.307.430,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp. 1.883.307.430,00 Nilai Gedung dan Bangunan sebesar Rp. 1.883.307.430,00
adalah gedung dan bangunan milik Pemerintah Kota Banjar
yang berupa bangunan kantor BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 dan unit bangunan pendukung lainnya. Mutasi
Gedung dan Bangunan selama Tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
1. Saldo per 31 Desember 2018 Rp 0,00
2. Penambahan 2019 Rp 1.883.307.430,00
Jumlah Rp 1.883.307.430,00
3. Pengurangan 2019 Rp (0,00)
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 1.883.307.430,00
Tabel 5.16. Daftar Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan

Mutasi tambah belanja aset tetap gedung dan bangunan


pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Tahun Anggaran
2019 sebesar Rp. 1.883.307.430,00 yang merupakan
pengakuan atas aset tetap gedung dan bangunan atas
pembentukan BLUD pada BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 pada tahun 2019.
Rincian mutasi aset gedung dan bangunan terdapat pada
lampiran.

Saldo Aset Tetap Per Per


Jalan, Irigasi dan 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Jaringan per 31
4.4 Jalan, Irigasi dan
Desember 2019
Jaringan Rp. 5.967.500,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp.5.967.500,00 Saldo atas aset tetap jalan, irigasi dan jaringan pada BLUD

120
UPTD Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019
adalah sebesar Rp. 5.967.500,00 yang merupakan nilai dari
penambahan aset tetap Jaringan dan Instalasi perangkat
jejaring SimDa Keuangan pada BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1.
Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan selama tahun 2019 adalah
sebagai berikut:
Saldo per 31 Desember 2018 Rp 0,00
Penambahan 2019 Rp 5.967.500,00
Jumlah Rp 5.967.500,00
Pengurangan 2019 Rp (0,00)
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 5.967.500,00
Tabel 5.17. Daftar Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan

Penambahan Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah


sebesar Rp. 5.967.500,00 diperoleh dari:
Belanja Modal 2019 Rp 0,00
Pengakuan Aset atas dibentuknya BLUD Rp 5.967.500,00
Kapitalisasi Rp 0,00
Koreksi Karena Penganggaran Rp 0,00
Jumlah Rp 5.967.500,00
Tabel 5.18. Daftar Rincian Penambahan Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan

Saldo Penyusutan Per Per


atas Aset Tetap per 31 Desember 31 Desember
2019 2018
31 Desember 2019
4.5 Akumulasi
adalah sebesar
Penyusutan Rp. 1.725.596.884,00 Rp. 0,00
Rp. 1.725.596.884,00

Penyusutan atas Aset Tetap yang diperoleh BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 sampai dengan 31 Desember 2019
mulai diberlakukan, sehingga jumlah Akumulasi Penyusutan
adalah sebesar Rp. 1.725.596.884,00.
Saldo Aset Tak Per Per
Berwujud per 31 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Desember 2019
4.6 Aset Tak Berwujud Rp. 0,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp. 0,00
Saldo Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2019 sebesar Rp.
0,00 adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai fisik serta dimiliki oleh BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 Kota Banjar berupa
software/aplikasi sistem untuk menunjang kegiatan di BLUD

121
UPTD Puskesmas Pataruman 1.
Mutasi Aset Tak Berwujud tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
Saldo per 31 Desember 2018 Rp 0,00
Mutasi Penambahan Tahun 2019 Rp 0,00
Jumlah Rp 0,00
Mutasi Pengurangan Tahun 2019 Rp (0,00)
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 0,00
Tabel 5.19. Daftar Rincian Mutasi Aset Tak Berwujud

Rincian Aset Tak Berwujud pada BLUD UPTD Puskesmas


Pataruman 1 per 31 Desember 2019 selengkapnya disajikan
pada lampiran.

Saldo Aset Lain-lain Per Per


per 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2019 2018
2019 sebesar
4.7 Aset Lain –lain Rp. 1.480.599,00 Rp. 0,00
Rp. 1.480.599,00

Aset Lain-lain merupakan aset BLUD UPTD Puskesmas


Pataruman 1 yang tidak dapat diklasifikasikan baik sebagai
aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan
ganti rugi, tuntutan perbendaharaan, dan kemitraan dengan
pihak ketiga. Contoh Aset Lain-lain adalah aset tetap yang
tidak dapat dipergunakan lagi secara aktif oleh Pemerintah
Daerah. Aset Lain-lain Pemerintah Kota Banjar adalah aset
tetap dalam kondisi rusak berat (RB) yang sudah tidak dapat
lagi digunakan untuk mendukung kegiatan SKPD. Saldo Aset
Lain-lain per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.
1.480.599,00. Mutasi aset lain-lain selama tahun 2019 adalah
sebagai berikut:
Saldo per 31 Desember 2018 Rp 0,00
Mutasi Penambahan Tahun 2019 Rp 1.480.599,00
Jumlah Rp 1.480.599,00
Mutasi Pengurangan Tahun 2019 Rp (0,00)
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 1.480.599,00
Tabel 5.20. Daftar Rincian Mutasi Aset Lain-lain

Aset lain-lain pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 per


31 Desember 2019 berupa aset rusak berat yang baru
diajukan untuk dihapuskan ke bagian aset DPPKA per 31
Desember 2019 berupa 1 unit kendaraan roda 2

122
(dua)/sepeda motor inventaris petugas pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 yang telah rusak.
Saldo Jumlah Utang Per Per
Jangka Pendek 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Lainnya per 31
5. Utang Jangka Pendek
Desember 2019
Lainnya Rp. 1.691.120,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp. 1.691.120,00 Jumlah Utang Jangka Pendek Lainnya per 31 Desember 2019
sebesar Rp. 1.691.120,00 adalah kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan (PSAP No. 01 paragraf 69), Utang Jangka Pendek
Lainnya BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Kota Banjar
adalah utang yang timbul atas penggunaan jasa layanan
listrik. Mutasi Utang Jangka Pendek Lainnya selama tahun
2019 adalah sebagai berikut:
Saldo per 31 Desember 2018 Rp 0,00
Mutasi Penambahan Tahun 2019 Rp 1.691.120,00
Jumlah Rp 1.691.120,00
Mutasi Pengurangan Tahun 2019 Rp 0,00
Saldo per 31 Desember 2019 Rp 1.691.120,00
Tabel 5.21. Daftar Rincian Mutasi Utang Jangka Pendek Lainnya

Mutasi penambahan Utang Jangka Pendek Lainnya selama


tahun 2019 sebesar Rp. 1.691.120,00 merupakan pemakaian
jasa layanan listrik sebesar Rp. 1.691.120,00 yang digunakan
oleh BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 bulan Desember
2019 yang baru dibayarkan pada tanggal 30 Januari 2020,
dikarenakan menunggu Uang Persediaan (UP) untuk
pembayarannya dari anggaran yang disahkan dalam DPA
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 tahun anggaran
2020.
Rincian Utang Jangka Pendek (Listrik, Telepon dan Air)
selengkapnya disajikan pada lampiran.

Saldo Kewajiban Per Per


untuk di 31 Desember 31 Desember
2019 2018
konsolidasikan per 31
6. Kewajiban untuk
Desember 2019
dikonsolidasikan Rp. 1.968.826.499,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp. 1.968.826.499,00 Saldo kewajiban untuk dikonsolidasikan pada BLUD UPTD

123
Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 1.968.826.499,00.
Saldo Ekuitas per 31 Per Per
Desember 2019 31 Desember 31 Desember
2019 2018
sebesar
7. Ekuitas Rp. 2.118.185.019,32 Rp. 63.605.754,00
Rp. 2.118.185.019,32

Saldo Ekuitas per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.


2.118.185.019,32. Daftar rincian saldo ekuitas BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 sebagai berikut :
Saldo Awal Rp 14.150.000,00
Surplus/Defisit LO Rp (3.703.774.862,62)
Koreksi Nilai Persediaan Rp 7.610.895,00
Koreksi Ekuitas Lainnya Rp 3.831.372.487,94
Kewajiban Untuk Dikonsolidasikan Rp 1.968.826.499,00
Jumlah Ekuitas Rp 2.118.185.019,32
Tabel 5.22. Daftar Rincian Saldo Ekuitas

Saldo ekuitas pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1


selengkapnya disajikan pada lampiran

IV. PENJELASAN LAPORAN OPERASIONAL (LO)


A. PENDAPATAN – LO
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD – LO)
Saldo Pendapatan Per Per
Asli Daerah (PAD-LO) 31 Desember 31 Desember
2019 2018
per 31 Desember
Saldo PAD – LO Rp. 645.808.320,00 Rp. 503.874.816,00
2019 sebesar
Rp. 645.808.320,00
Saldo Pendapatan Asli Daerah (PAD-LO) per 31 Desember
2019 adalah sebesar Rp. 645.808.320,00. Jumlah tersebut
merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) – LO pada
pendapatan lain-lain PAD yang sah.
Jumlah PAD – LO tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
Pendapatan pajak daerah – LO Rp 0,00
Pendapatan retribusi daerah – LO Rp 0,00
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan – LO Rp 0,00
Lain-lain PAD yang sah – LO Rp 645.808.320,00
Jumlah PAD – LO Rp 645.808.320,00
Tabel 5.23. Daftar Rincian Saldo PAD – LO

124
2. Pendapatan Transfer – LO
Saldo Pendapatan Per Per
Transfer-LO per 31 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Desember 2019
Saldo Pendapatan
sebesar Rp. 0,00
Transfer-LO Rp. 0,00 Rp. 0,00

Saldo Pendapatan Transfer-LO pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 0,00. Adapun rinciannya pendapatan transfer-
LO dapat disajikan sebagai berikut :
Pendapatan transfer pemerintah pusat – LO Rp 0,00
Pendapatan transfer pemerintah pusat lainnya
– LO Rp 0,00
Pendapatan transfer pemerintah daerah lainnya
– LO Rp 0,00
Bantuan keuangan – LO Rp 0,00
Jumlah pendapatan transfer – LO Rp 0,00
Tabel 5.24. Daftar Rincian Saldo Pendapatan Transfer – LO

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah – LO


Saldo Lain-Lain Per Per
Pendapatan Daerah 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Yang Sah-LO per 31
Saldo Lain-Lain
Desember 2019
Pendapatan Daerah yang
sebesar sah-LO Rp. 14.693.679,00 Rp. 0,00
Rp. 14.693.679,00
Saldo Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah – LO pada
BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember
2019 adalah sebesar Rp. 14.693.679,00. Adapun rinciannya
lain-lain pendapatan daerah yang sah – LO dapat disajikan
sebagai berikut :
Pendapatan hibah – LO Rp 14.693.679,00
Dana darurat – LO Rp 0,00
Pendapatan lainnya – LO Rp 0,00
Jumlah lain-lain pendapatan daerah yang sah-
LO Rp 14.693.679,00
Tabel 5.25. Daftar Rincian Saldo Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah – LO

4. Surplus Non Operasional – LO


Saldo Surplus Non Per Per
Operasional-LO per 31 Desember 31 Desember
2019 2018
31 Desember 2019
Saldo Surplus Non
sebesar
Operasional Rp. 0,00 Rp. 0,00
Rp. 0,00

Saldo Surplus Non Operasional – LO pada BLUD UPTD

125
Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 0,00. Adapun rinciannya dapat disajikan
sebagai berikut :
Surplus penjualan aset non lancar – LO Rp 0,00
Surplus penyelesaian kewajiban jangka
panjang – LO Rp 0,00
Surplus dari kegiatan non operasional lainnya –
LO Rp 0,00
Jumlah lain-lain pendapatan daerah yang sah-
LO Rp 0,00
Tabel 5.26. Daftar Rincian Saldo Surplus Non Operasional – LO

5. Pendapatan Luar Biasa – LO


Saldo Pendapatan Per Per
Luar Biasa-LO per 31 31 Desember 2019 31 Desember 2018
Desember 2019
Saldo Pendapatan
Luar Biasa Rp. 0,00 Rp. 0,00
sebesar
Rp. 0,00
Saldo Pendapatan Luar Biasa – LO pada BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 0,00. Adapun rinciannya dapat disajikan
sebagai berikut :
Pendapatan Luar Biasa – LO Rp 0,00
Jumlah Pendapatan Luar -LO Rp 0,00
Tabel 5.27. Daftar Rincian Saldo Pendapatan Luar Biasa – LO

B. BEBAN – LO
1. Beban Operasi
Saldo Beban Operasi Per Per
per 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2019 2018
2019 sebesar
Rp. 4.364.276.861,62 Saldo Beban Operasi Rp.4.364.276.861,62 Rp. 440.269.062,00

Saldo Beban Operasi pada BLUD UPTD Puskesmas


Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.
4.364.276.861,62. Terdapat kenaikan sebesar Rp.
3.924.007.799,62 atau 89,91%. Adapun rinciannya dapat
disajikan sebagai berikut :
Beban pegawai – LO Rp 1.410.748.235,00
Beban barang dan jasa Rp 1.034.522.959,62
Beban bunga Rp 0,00
Beban subsidi Rp 0,00
Beban hibah Rp 0,00
Beban bantuan sosial Rp 0,00
Beban penyusutan dan amortisasi Rp 1.919.005.667,00
Beban penyisihan piutang Rp 0,00

126
Beban lain-lain Rp 0,00
Jumlah Beban Operasi Rp 4.364.276.861,62
Tabel 5.28. Daftar Rincian Saldo Beban Operasi

2. Beban Transfer
Saldo Beban Transfer Per Per
per 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2019 2018
2019 sebesar
Rp. 0,00 Saldo Beban Transfer Rp. 0,00 Rp. 0,00

Saldo Beban Transfer pada BLUD UPTD Puskesmas


Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.
0,00. Adapun rinciannya dapat disajikan sebagai berikut :
Beban transfer bagi hasil pajak daerah Rp 0,00
Beban transfer bagi hasil pendapatan lainnya Rp 0,00
Beban transfer bantuan keuangan ke Rp 0,00
pemerintah daerah lainnya
Beban transfer bantuan keuangan ke desa Rp 0,00
Beban transfer bantuan keuangan lainnya Rp 0,00
Beban transfer dana otonomi khusus Rp 0,00
Jumlah Beban Operasi Rp 0,00
Tabel 5.29. Daftar Rincian Saldo Beban Transfer

3. Kegiatan Non Operasional


Saldo Kegiatan Non Per Per
Operasional per 31 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Desember 2019
Saldo Kegiatan Non
sebesar
Operasional Rp. 0,00 Rp. 0,00
Rp. 0,00

Saldo Kegiatan Non Operasional pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 0,00. Adapun rincian kegiatan non operasional
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 dapat disajikan
sebagai berikut :
Surplus penjualan aset non lancar-LO Rp 0,00
Surplus penyelesaian kewajiban jangka Rp 0,00
panjang-LO
Surplus dari kegiatan non operasional lainnya- Rp 0,00
LO
Defisit penjualan aset non lancar-LO Rp 0,00
Defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang- Rp 0,00
LO
Defisit dari kegiatan non operasional lainnya- Rp 0,00
LO
Jumlah Kegiatan Non Operasional Rp 0,00
Tabel 5.30. Daftar Rincian Saldo Kegiatan Non Operasional

127
4. Pos Luar Biasa
Saldo Pos Luar Biasa Per Per
per 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2019 2018
2019 sebesar
Saldo Beban Luar Biasa Rp. 0,00 Rp. 0,00
Rp. 0,00

Saldo Defisit Beban Luar Biasa pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp. 0,00. Adapun rinciannya dapat disajikan
sebagai berikut :
Beban Luar Biasa Rp 0,00
Jumlah Beban Luar Biasa Rp 0,00
Tabel 5.31. Daftar Rincian Saldo Beban Luar Biasa

V. PENJELASAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)


A. Ekuitas Akhir
Saldo Ekuitas Akhir Per Per
per 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2019 2018
2019 sebesar
Rp. 2.118.185.019,32 Saldo Ekuitas Akhir Rp. 2.118.185.019,32 Rp. 63.605.754,00

Saldo Ekuitas Awal per 31 Desember 2019 pada BLUD UPTD


Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp.
2.118.185.019,32. Jumlah tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
Ekuitas awal Rp 14.150.000,00
Surplus/defisit-LO Rp (3.703.774.862,62)
Dampak kumulatif perubahan
kebijakan/kesalahan mendasar :
- Koreksi nilai persediaan Rp 7.610.895,00
- Selisih revaluasi aset tetap Rp 0,00
- Koreksi ekuitas lainnya Rp 3.831.372.487,94
- Koreksi ekuitas-penyisihan piutang Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-beban dibayar dimuka Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-penyusutan aset tetap Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-amortisasi Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-pendapatan diterima Rp 0,00
dimuka
Kewajiban Untuk Dikonsolidasikan Rp 1.968.826.499,00
Jumlah Saldo Ekuitas Akhir Rp 2.118.185.019,32
Tabel 5.32. Daftar Rincian Saldo Ekuitas Akhir

Adapun rincian dari penjelasan perubahan ekuitas pada


BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 pada tahun anggaran
2019 adalah sebagai berikut :

128
1. Ekuitas Awal
Saldo Ekuitas Awal Per Per
per 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2019 2018
2019 sebesar
Rp. 14.150.000,00 1. Saldo Ekuitas Awal Rp. 14.150.000,00 Rp. 0,00

Saldo Ekuitas Awal per 31 Desember 2019 adalah sebesar


Rp. 14.150.000,00 yang merupakan saldo awal per 31
Desember 2019. Jumlah tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
ASET
- Jumlah aset lancar per 31 Desember 2018 Rp 0,00
- Jumlah investasi jangka panjang per 31 Rp 0,00
Desember 2018
- Jumlah aset tetap per 31 Desember 2018 Rp 14.150.000,00
- Jumlah dana cadangan per 31 Desember Rp 0,00
2018
- Jumlah aset lainnya per 31 Desember 2018 Rp 0,00
KEWAJIBAN
- Jumlah kewajiban jangka pendek per 31 Rp (0,00)
Desember 2018
- Jumlah kewajiban jangka panjang per 31 Rp (0,00)
Desember 2018

Jumlah Saldo Ekuitas Awal Rp 14.150.000,00


Tabel 5.33. Daftar Rincian Saldo Ekuitas Awal

2. Surplus/Defisit – LO
Saldo Surplus/Defisit- Per Per
LO per 31 Desember 31 Desember 2019 31 Desember 2018
2019 sebesar
2. Saldo (Rp. 3.703.774.862,62) Rp. 63.605.754,00
Surplus/
(Rp. 3.703.774.862,62)
Defisit-
LO

3. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan


Mendasar
Saldo Dampak Per Per
Kumulatif Perubahan 31 Desember 31 Desember
2019 2018
Kebijakan/Kesalahan
3. Saldo Dampak Rp. 3.838.983.382,94 Rp. 0,00
Mendasar per 31
Kumulatif
Desember 2019
Perubahan
sebesar Kebijakan/Kesalaha
Rp. 3.838.983.382,94 n Mendasar

Saldo Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan


Mendasar per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.

129
3.838.983.382,94. Jumlah tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
- Koreksi nilai persediaan Rp 7.610.895,00
- Selisih revaluasi aset tetap Rp 0,00
- Koreksi ekuitas lainnya Rp 3.831.372.487,94
- Koreksi ekuitas-penyisihan piutang Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-beban dibayar dimuka Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-penyusutan aset tetap Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-amortisasi Rp 0,00
- Koreksi ekuitas-pendapatan diterima Rp 0,00
dimuka
Jumlah Saldo Dampak Kumulatif Perubahan 3.838.983.382,94
Kebijakan/Kesalahan Mendasar Rp
Tabel 5.34. Daftar Rincian Saldo Dampak Kumulatif Perubahan
Kebijakan/Kesalahan Mendasar

Berikut rincian koreksi nilai persediaan dan koreksi ekuitas


lainnya pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 per 31
Desember 2019 yang merupakan koreksi atas nilai
persediaan dan mutasi tambah JKN per desember 2019
dengan rincian terlampir

130
BAB VI
INFORMASI TAMBAHAN
YANG PERLU DISAJIKAN

Informasi tambahan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


laporan keuangan secara keseluruhan. Adapun informasi tambahan yang
dapat disajikan terdiri dari :

A. SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH


Pengelolaan keuangan pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 dari
mulai tahapan penganggaran, tahapan penatausahaan, tahapan pelaporan
dan tahapan pertanggungjawabandisusun dengan berbasis komputer.
Perangkat lunak (aplikasi system) dalam pengelolaan keuangan tersebut
berdasarkan hasil asistensi dari Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
Pengelolaan keuangan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam
NegeriNomor 13 Tahun 2006 jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dihasilkan
dari sistem tersebut, yang kemudian dikonversi sesuai ketentuan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.

B. PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DANA DI LUAR APBD


BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 dalam pelaksanaan APBD 31
Desember 2019 terdapat penerimaan dan pengeluaran dana di luar
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diterima oleh BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 adalah sebesar Rp. 1.413.458.046,00 atau 88,68%
dari total penerimaan anggaran sebesar Rp. 1.593.917.446,00, dengan
rincian sebagai berikut :

REALISASI PER
No URAIAN ANGGARAN
31 Desember 2019
1. APBD Provinsi TA 2019 0,00 0,00

131
REALISASI PER
No URAIAN ANGGARAN
31 Desember 2019
yang dilaksanakan Tahun
2018
2. APBD Provinsi TA 2019 0,00 0,00
3. DEKONSENTRASI 0,00 0,00
4. APBN 0,00 0,00
5. Pusat (BOK) 640.150.000,00 413.975.285,00
6. Pusat (JKN Kapitasi) 714.173.046,00 605.313.474,00
7. Pusat (JKN Non Kapitasi) 59.135.000,00 37.371.500,00
Jumlah 1.413.458.046,00 1.056.660.259,00
Tabel 6.1. Daftar Rincian Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Yang Bersumber
Dari Dana Non APBD Kota Banjar

Berikut rincian anggaran dan realisasi anggaran yang bersumber dari


dana pusat yang diterima, dikelola dan digunakan oleh BLUD UPTD
Puskesmas Pataruman 1 per 31 Desember 2019, adalah sebagai berikut :
N Program / Per 31 Desember 2019
Lokasi Pagu Anggaran
o Kegiatan
2019 Realisasi %
1. Bantuan Puskesmas 640.150.000,00 413.975.285,00 64,67
Operasional Pataruman 1
Kesehatan (BOK)
2 Dana Jaminan Puskesmas 714.173.046,00 605.313.474,00 84,76
Kesehatan Pataruman 1
Nasional (JKN
Kapitasi)
3 Dana Jaminan Puskesmas 59.135.000,00 37.371.500,00 63,20
Kesehatan Pataruman 1
Nasional (JKN
Non Kapitasi)
Jumlah 1.413.458.046,00 1.056.660.259,00 74,76

Tabel 6.2. Daftar Rincian Realisasi Program Dan Kegiatan Yang Bersumber Dari Dana
Pusat

132
BAB VII
PENUTUP

Dari uraian pada bagian dan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Laporan Realisasi APBD (akrual) pada BLUD UPTD Puskesmas


Pataruman 1 periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember 2019, menunjukkan
Realisasi Belanja sebesar Rp. 1.949.003.153,00 atau 83,24% dari target
anggaran tahun 2019 sebesar Rp. 3.049.008.777,81, sedangkan pada
tahun 2018 menunjukan realisasi sebesar Rp. 49.455.754,00 atau 10,88%
dari target anggaran tahun 2018 sebesar Rp. 454.419.062,00. Pencapaian
realisasi pada tahun 2018 kecil dikarenakan anggaran pada tahun 2018
untuk APBD dan BOK masuk di anggaran Dinas Kesehatan Kota Banjar,
dan puskesmas hanya mengelola anggaran JKN saja.
2. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada BLUD UPTD Puskesmas
Pataruman 1 tahun anggaran 2019 sebesar Rp. 662.508.320,00 (93,64%)
dari pagu PAD sebesar Rp. 707.477.875,00, sedangkan pada tahun 2018
realisasi PAD sebesar Rp. 503.874.816,00 atau 80,02% dari target PAD
tahun 2018 sebesar Rp. 629.682.900,00.
3. Neraca (akrual) pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 Dinas
Kesehatan Kota Banjar per 31 Desember 2019 ditutup dengan jumlah
Kewajiban dan Ekuitas Dana sebesar Rp. 2.119.876.139,32. Dibandingkan
dengan posisi neraca per 31 Desember 2018 (audited) sebesar Rp.
14.150.000,00 terdapat kenaikan sebesar Rp. 2.105.726.139,32 atau
sebesar 99,33%.
4. Laporan Operasional (LO) periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember 2019
pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 menunjukan Pendapatan
sebesar Rp. 660.501.999,00, yang terdiri dari Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp.
645.808.320,00 atau 97,78% dan Pendapatan Hibah sebesar Rp.

133
14.693.679,00 atau 2,22%. Beban Operasional sebesar Rp.
4.364.276.861,62, dengan Beban Pegawai sebesar Rp. 1.410.748.235,00
atau 32,32%, Beban Barang dan Jasa sebesar Rp. 1.034.522.959,62 atau
23,70% dan Beban Penyusutan dan Amortisasi sebesar Rp.
1.919.005.667,00 atau 43,97% sehingga terdapat Defisit sebesar Rp.
3.703.774.862,00.
5. Laporan Perubahan Ekuitas periode 1 Januari 2019 s.d 31 Desember
2019 pada BLUD UPTD Puskesmas Pataruman 1 menunjukan nilai
ekuitas akhir sebesar Rp. 2.118.185.019,32 dari nilai ekuitas awal
sebesar Rp. 14.150.000,00 dikarenakan ada Defisit nilai LO sebesar Rp.
3.703.774.862,62 dan Pengurangan Dari Dampak Kumulatif Perubahan
Kebijakan/Kesalahan Mendasar atas Koreksi Persediaan sebesar Rp.
7.610.895,00 dan Koreksi Ekuitas Lainnya sebesar Rp. 3.831.372.487,94.
6. Kebijakan Akuntansi yang telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota
Banjar Nomor 34 Tahun 2019 tanggal 30 Desember 2019 tentang
Perubahan kedua Atas Peraturan Walikota Banjar Nomor 13 Tahun 2014
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Banjar.

134

Anda mungkin juga menyukai