Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS AKURASI PENCATATAN KARAKTERISTIK BMD (TANAH DAN

BANGUNAN) PADA SIMDA DI KABUPATEN POSO

A. Latar Belakang
Reformasi di Indonesia sudah merambah hampir keseluruh aspek kehidupan.
Perkembangan reformasi di bidang pemerintahan terus berlanjut dengan
diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah yang
menuntut pemerintah agar mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
daerah, hal ini termasuk pengelolaan keuangan dan asset daerah. Dengan lahirnya
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang kemudian disempurnakan dengan
permendagri Nomor 59 Tahun 2007, kemudian telah diubah menjadi permendagri
77 tahun 2020 tentang pedoman Teknis pengelolaan keuangan daerah. Pelaksanaan
otonomi daerah merupakan suatu harapan cerah dalam pelaksanaan pembangunan
secara keseluruhan, dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk
mengelola, mengembangkan, dan membangun daerah secara keseluruhan
berdasarkan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Dalam melaksanakan otonomi
daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab, diperlukan transparansi dan
akuntabilitas yang memberi kesempatan kepada pemerintah daerah dalam
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Di dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya, Pemerintah
Kabupaten Poso menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya. Unsur penting
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat diantaranya
berupa aset daerah atau barang milik daerah (BMD) menjadikan alasan bagi
Pemerintah Kabupaten Poso untuk melakukan pengadaan aset dengan nilai dan
jumlah yang besar dengan bersumber dari dana APBD. Perolehan aset tersebut
membutuhkan pengelolaan BMD yang baik dimulai dari perencanaan sampai pada
pelaporan (Mahmood, Dhakal, Brown, 2014). Penatausahaan barang milik daerah
(BMD) merupakan bagian penting dalam pengelolaan aset/barang milik daerah
dimana dalam tahapan ini kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berperan
penting didalamnya dan pemerintah daerah harus memberikan perhatian khusus
terhadap pengelolaan aset. Demi tercapainya tujuan pengelolaan yang baik serta
dapat meningkatkan kinerja terhadap pemberian opini atas laporan keuangan dimana
opini yang dibangun benar-benar sesuai yang diharapkan.
Penyusunan laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD (UU Nomor 17 Tahun 2003, Pasal 10 butir 2). Laporan
keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memenuhi prasyarat
normatif sehingga dapat memenuhi tujuannya yakni menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi pengguna. Keempat prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki adalah
relevan andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami (PP 71 Tahun 2010).
Laporan keuangan yang disusun oleh Pemerintah Daerah disampaikan oleh kepala
daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk dilakukan pemeriksaan
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir (Permendagri 13 Tahun
2006, Pasal 297 ayat 1).
Dalam rangka melaksanakan pertanggungjawaban keuangan, pemerintah
daerah memiliki kewajiban untuk memanfaatkan teknologi informasi agar dapat
mempermudah proses pengelolaan data keuangan. Untuk dapat melakukan
pengelolaan data keuangan secara efektif dan efisien maka dibuthkan suatu sistem
informasi terintegrasi yang dapat diandalkan, cepat dan akurat sehingga suatu sistem
dapat diintegrasikan secara menyeluruh dan mampu memberikan informasi yang
handal dan relevan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan total volume
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari tahun ke tahun. Peningkatan
volume kuantitas transaksi tentunya harus diikuti dengan peningkatan kemampuan
pengelolaan keuangan pemerintah. Untuk itu pemerintah daerah berkewajiban untuk
mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk
meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerahnya. Kewajiban pemanfaatan
teknologi informasi oleh pemeintah daerah diatur dalam PP Nomor 56 Tahun 2005
tentang sistem informasi keuangan daerah yang merupakan pengganti dari PP
Nomor 11 Tahun 2001 tentang informasi keuangan daerah yang isinya sebagai
berikut. :
“Untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan
dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan
daerah dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada pelayanan publik”
Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi direalisasikan dalam
bentuk sistem informasi terkomputerisasi yang disebut Sistem Informasi
Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan. SIMDA Keuangan dirancang oleh Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan satu sistem
informasi yang dibangun, dikembangkan dan digunakan untuk melakukan proses
penyususnan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berbasis kinerja.
Guna mewujudkan praktik pengelolaan keuangan daerah yang cepat, tepat,
dan akurat, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah
mengembangkan sistem aplikasi komputer yang dapat mengolah data transaksi
keuangan menjadi laporan keuangan yang dapat dimanfaatkan setiap saat, yakni
Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Sebuah sistem berbasis aplikasi
teknologi yang dikembangkan untuk mendukung tercapainya akuntabilitas bagi
pemerintah daerah baik di tingkat pelaporan (SKPKD) ataupun di tingkat
akuntansi (SKPD). Aplikasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah
dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan dan
penatausahaan APBD dan pertanggungjawaban APBD.
SIMDA Pemerintah Kabupaten Poso merupakan seperangkat aplikasi
komputer sistem akuntansi pemerintah daerah terpadu yang dibangun sebagai alat
pemerintah daerah dalam menjalankan sistem akuntansinya mulai dari
menyelenggarakan sampai dengan mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangan daerah. Hal ini senada dengan yang dilakukan oleh Badan Keuangan dan
Aset daerah Pemerintah KAbupaten Poso yaitu mulai menggunakan aplikasi
SIMDA dalam mengelola keuangan daerah serta menyusun laporan keuangan
pemerintah daerah sejak tahun 2008 hingga sekarang. Prosedur pengelolaan
keuangan seperti yang telah dijelaskan dalam Permendagri No. 13 tahun 2006 telah
diimplementasikan dengan cukup baik oleh aplikasi SIMDA Keuangan.
Hal ini ditunjukkan dalam laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Poso
berhasil meningkatkan kinerja yang berimbas pada peningkatan kehandalan Laporan
keuangan daerah yang diperkuat oleh opini. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Poso,
pada 3 tahun terakhir telah menerima opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sedangkan pada tahun 2016 hingga
2017 laporan keuangan pada Pemerintah Kota Poso memperoleh Opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP).Adanya perubahan opini dari BPK, terjadi karena
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Poso
sudah mulai melakukan perbaikan dengan berusaha mematuhi ketentuan perundang-
undangan untuk menyampaikan LKPD tepat waktu yang berisi laporan realisasi
anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih, neraca per akhir tahun, laporan
operasional, laporan arus kas, laporan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
(https://ppid.posokab.go.id/). Perbaikan dalam pengelolaan aset tersebut telah
mempengaruhi perkembangan opini yang diperoleh Pemerintah Kota Poso dari
BPK.
Aset tetap banyak menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dalam ikhtisar hasil pemeriksaan Daerah (IHPD) tahun 2020, Badan Pemeriksaan
keuangan menemukan kelemahan pada system pengendalian Intern dalam Laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD) Provinsi Sulawesi Tengah. Berikut ini rincian
temuan Badan Pemeriksaan Keuangan khususnya aset tetap tanah dan bangunan di
kabupaten Poso dan Kabupaten Toli-Toli.

Tabel 1.1
Perbandingan temuan BPK Pemerintah Kab.Poso dan Pemerintah
Kab.Toli-toli
Daerah Jenis Total Aset Temuan BPK Nilai
Aset Temuan
Aset
Kab. Kib A Rp.289.066 aset tanah yang Rp.206.262
Poso .426.832,20 belum .708.347
dilengkapi
dengan
informasi
luasan tanah
(SIMDA) dan
aset tanah
belum
bersertifikat
Kib C Rp.720.312 aset tetap yang Rp
.309.947,94 belum di 118.636.93
kapitalisasi di 8.685,05
aset induknya
Kab.To Kib A Rp.284.706 Tanah Milik Rp.143.800
li-Toli .351.157,40 Pemerintah .000,00
Provinsi
Sulawesi
Tengah tercatat
pada Kib A
Kib C Rp.859.271 Bangunan yang Rp.57.537.
.164.359,97 tidak lengkap 804.032,00
informasi luas
lantainya
Sumber: LHP.2020
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa pemerintah kabupaten poso
perlu dilakukan penelitian pada pengelolaan aset daerah. Jika dibandingkan dengan
temuan pemerintah kabupaten toli-toli,pemerintah kabupaten poso memiliki jumlah
nilai temuan terbesar. Khususnya pada aset tetap tanah memiliki permasalahan
utama terkait dengan bukti kepemilikan atau sertifikat dan kurangnya informasi
yang diberikan melalui SIMDA BMD. Dampak dari kurangnya sertifikat sebagai
bukti kepemilikan ini akan rawan memunculkan sengketa tanah dan klaiman
kepemilikan tanah dari pihak lain serta
Keberhasilan pengimplementasian aplikasi SIMDA dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah pemahaman pemerintah daerah dalam penyusunan
LKPD dengan menggunakan teknologi informasi oleh pengguna akhir (end users)
atau pemahaman dalam mengikuti alur transaksi keuangan daerah dengan
menggunakan aplikasi SIMDA. Dalam menyajikan laporan keuangan harus
didasarkan pada karakteristik kualitatif dari informasi keuangan yang dihasilkan
agar informasi tersebut benar-benar bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi, sehingga dapat memenuhi tujuannya atau
menghasilkan informasi yang berkualitas. Dalam Statement of Financial Accounting
Concepts (SFAC) Nomor 2 Tahun 1980 tentang Qualitative Characteristics of
Accounting Information mengisyaratkan bahwa informasi akuntansi yang
berkualitas harus menunjukkan manfaat yang lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan untuk menyajikan informasi tersebut. Suatu informasi akuntansi dapat
dikatakan berkualitas jika para pengguna laporan keuangan berdasarkan pemahaman
dan pengetahuan mereka masing-masing dapat mengerti dan menggunakan
informasi akuntansi yang disajikan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan.
Berkaitan dengan laporan keuangan pemerintah, prasyarat normatif yang diperlukan
agar dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki jika informasi yang termuat
didalamnya relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
Fenomena yang terjadi pada Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Poso
selama ini bahwa pelaksanaan SIMDA seringkali terjadi informasi keuangan daerah
belum akurat. Meskipun Kabupaten Poso sudah tiga tahun mendapatkan opini WTP
secara berturut-turut, namun masih ditemukan adanya permasalahan dalam
pengelolaan pada aset tanah dan bangunan Kabupaten Poso Tahun 2020. Adapun
temuan tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Temuan BPK Terkait Permasalahan dalam Pengelolaan Aset
Tanah dan Bangunan Kabupaten PosoTahun 2020

Tanah Inventaris Gedung


belum asi tanah belum
Nama UPB
bersertifi belum dikapitalis
kat memadai asi
Bagian hukum 2 - -
Bagian umum setdakab. Poso 11 - 1
Dinas pekerjaan umum & penataan ruang 246 1 1
Dinas kesehatan 178 - 23
Dinas pendidikan dan kebudayaan 108 1 471
Dinas pertanian 4 1 6
Dinas perumahan & kawasan permukiman 29 - -
Dinas pariwisata kabupaten poso 14 1 2
Dinas koperasi, umkm dan perdagangan 6 2 2
Dinas lingkungan hidup 8 2 7
Dinas perhubungan 12 1 -
Dinas perikanan & kelautan 3 - 4
Dinas sosial 1 - 2
Badan kesatuan bangsa dan politik 2 - -
Badan keuangan & aset daerah 3 1 -
Badan penanggulangan bencana daerah 35 1 3
Pengelola barang 3 - 1
Dinas pengendalian penduduk dan keluarga
1 - -
berencana
Badan kepegawaian dan pengembangan sumber
- - 1
daya manusia
Badan perencanaan,penelitian dan
- - 1
pengembangan daerah
Dinas kependudukan dan pencatatan sipil - - 3
Dinas komunikasi informatika persandian - - 1
Dinas pemuda dan olahraga - - 4
Dinas tenaga kerja dan transmigrasi - - 2
Sekretariat DPRD - - 16
RSUD - - 5
Jumlah 666 11 556
Sumber : Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2020

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa masih terdapat permasalahan dalam
pengelolaan asset pemerintah daerah Kabupaten Poso. Diantaranya yaitu masih
terdapat 666 aset tanah yang belum bersertifikat, 11 pencatatan inventarisasi asset
tanah yang belum memadai, dan 556 aset gedung dan bangunan yang belum
sepenuhnya dikapitalisasi di induknya. Masih ditemukannya permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen asset di Pemda Kab Poso belum
sepenuhnya berjalan optimal. Meskipun dalam pencatatan sudah menggunakan
aplikasi SIMDA tetapi dalam pencatatan tanah dan bangunan, masih ditemukan
perbedaan pencatatan jumlah aset BMD di Kabupaten Poso dengan sistem yang ada
pada database maupun masih adanya BMD yang belum lengkap dokumen
kepemilikannya. Faktor yang menyebabkan karena fungsi pembukuan/akuntansi
melalui aplikasi SIMDA dalam membuat laporan keuangan belum dilakukan secara
maksimal.
Salah satu kunci dalam upaya penyusunan laporan keuangan yang kredibel
dan memenuhi karakteristik kualitas laporan keuangan yaitu dengan adanya akurasi
dalam pencatatan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi akurasi dalam implementasi SIMDA yaitu tingkat pemahaman
pengguna, kualitas data input dan dukungan manajemen puncak serta kualitas
laporan keuangan (Alfian, 2014). Dukungan manajemen puncak, kualitas sistem,
kualitas informasi, pengguna aktual dan kepuasan penggua terhadap implementasi
SIMDA (Ayu, 2013). Selanjutnya Bahri, et al (2015) menganalisis faktor yang
mempengaruhi implementasi SIMDA dan kualitas laporan keuangan pada SKPD.
Pada penelitian tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SIMDA
difokuskan berdasarkan tingkat pemahaman pengguna, dukungan manajemen
puncak, dan kualitas data.
Peneltian-penelitian diatas memiliki relevansi cukup dekat dengan penelitian
yang penulis lakukan. Dimana penulis menemukan permasalahan dalam
implementasi SIMDA di Kabupaten Poso diantaranya: Kemampuan penguasaan
pengoperasian SIMDA yang belum merata di setiap SKPD, penggunaan aplikasi
SIMDA menuntut penggunanya tidak hanya fasih dalam akuntansi tetapi juga dalam
penggunaan komputer, kurang mampunya pengoperasian SIMDA. Selanjutnya
masih banyak ditemukan pegawai yang lebih memilih menggunakan kertas kerja
manual atau dengan Ms.Excell untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dirasa lebih
mudah daripada menggunakan SIMDA. Dari fenomena yang terjadi maka penulis
tertarik meneliti mengenai implementasi SIMDA dan karakterisik. Hal ini
dikarenakan dalam setiap implementasi suatu kebijakan akan ada permasalahan atau
tantangan yang akan dihadapi serta faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi
pengimplementasian SIMDA.
Berdasarkan hal tersebut, untuk memperoleh gambaran lebih jauh tentang
penerapan SIMDA di Kabupaten Poso khususnya tentang faktor yang
mempengaruhi akurasi pencatatan karakteristik BMD (tanah dan bangunan) pada
SIMDA di Kabupaten Poso. “Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA) Keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Poso”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: Sejauh mana penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) Keuangan pada pemerintah Daerah Kabupaten Poso sehingga dapat
menghasilkan laporan keuangan dan informasi keuangan yang akurat?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran mengenai penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Poso

Anda mungkin juga menyukai