Anda di halaman 1dari 15

KOMUNITAS

KEPERAWATAN LANSIA
DENGAN DIABETES
MELLITUS

RESKI
MEGA SAFITRI
Definisi lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di
mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan.
Penyebab terjadinya penuaan
pada lansia
Radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses
Faktor
glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan
Internal
juga faktor genetik.

Gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat,


Faktor kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan
Eksternal dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain
seperti kemiskinan.
Patofisiologi penyakit diabetes
akibat penuaan
 Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan
berbagai sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme
glukosa.” Fungsi vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang
mengalami diabetes dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun
perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin
untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Karakteristik penyakit diabetes mellitus
pada lansia
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

DM tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun

merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang


DM tipe 2
umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin

(American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare,


2008).
Pencegahan
 Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan
diet mungkin diperlukan dan
Latihan juga diperlukan untuk
membantu mencegah diabetes.
Pencegahan sekunder

Penapisan
Nutrisi
Olahraga
Pengobatan
Konsep keperawatan gerontik

Pengkajian
Tujuan :
 Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
 Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
 Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
 Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Diagnosa keperawatan
Aspek fisik atau biologis
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam
memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau
terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola
tidur dan cemas.
 Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular yang ditandai dengan
waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak
mampu mengontrol pengosongan.
 Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder.
 Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan
dalam mencapai kepuasan seksual.
 Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan neuromular.
 Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
 Risiko kerusakan integritas kulit.
 Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
 (NANDA, 2006)
Aspek psikososial
 Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan
koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
 Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan
sejahtera, perubahan status mental.
 Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra tubuh dan fungsi seksual.
 Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
 Resiko kesendirian.
 (NANDA, 2006)

Aspek spiritual
 Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau
orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural (NANDA, 2006).
No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management)
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi 1. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam perawatan jika sesuai.
berhubungan pasien diharapkan mampu: 2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann,
dengan tidak 1. Asupan nutrisi tidak bermasalah jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.
mampu dalam 2. Asupan makanan dan cairan 3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari
memasukkan, tidak bermasalah supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.
memasukan, 3. Energy tdak bermasalah 4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
mencerna, 4. Berat badan ideal 5. Kembangkan hubungan suportif dengna pasien.
mengabsorbsi 6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan
makanan karena dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan.
factor biologi. 7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan
dan untuk menimimalkan berat badan.
8. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan berat badan.
Aspek psikososial
2. Isolasi social Lingkungan keluarga : internal (family Keterlibatan keluarga (family involvement)
berhubungan dengan environment: interna) 1. Mengidentifikasikan kemampuan anggota
perubhaan penampilan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama keluarga untuk terlibat dalam perawatan
fisik, peubahan 3x24 jam pasien secara konsisten diharapkan pasien.
keadaan sejahtera, mampu : 2. Menentukan sumber fisik, psikososial dan
perubahan status 1. Berpatisipasi dalam aktifitas bersama pendidikan pemberi pelayanan kesehatan
mental. 2. Berpatisipasi dalam tradisi keluarga yang utama.
3. Menerima kunjungan dari teman dan anggota 3. Mengidentifkasi deficit perawatan diri
keluarga besar pasien.
4. Memberikan dukungan satu sama lain 4. Menentukan tinggat ketergantungan pasien
5. Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada terhadap keluarganya yang sesuai dengan
yang lain. umur atau penyakitnya.
6. Mendorong anggota keluarga untuk tidak
ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas
komunitas
8. Memecahkan masalah
Aspek spiritual
1. Distress spiritual Pengharapan (hope) Penanaman harapan (hope instillation)
berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Mengkaji pasian atau keluarga untuk
dengan peubahan selama 3x24 jam pasien secara luas mengidentifikasi area pengharapan
hidup, kematian diharapkan mampu : dalam hidup.
atau sekarat diri 1. Mengekspresikan orientasi masa depan 2. Melibatkan pasien secara aktif dalam
atau orang lain, yang positif perawatan diri.
cemas, 2. Mengekspresikan arti kehidupan 3. Mengajarkan keluarga tentang aspek
mengasingkan 3. Mengekspresikan rasa optimis positif pengharapan.
diri, kesendirian 4. Mengekspresikan perasaan untuk
atau pengasingan mengontrol diri sendiri
social, kurang 5. Mengekspresikan kepercayaan
sosiokultural. 6. Mengekspresikan rasa percaya pada
diri sendiri dan orang lain
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN
MENGIKUTI SENAM KEBUGARAN DIABETES PADA LANSIA
PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS NGAGLIK I SLEMAN
YOGYAKARTA
 Latar Belakang: Tahun 2014 jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di dunia sebanyak 387 juta
kasus dan di Indonesia sebanyak 10 juta penderita. Peningkatan jumlah penderita DM terus menerus
dapat meningkatkan angka kecacatan akibat komplikasi. Komplikasi dapat dicegah dengan empat
pilar DM. Pelaksanaan pilar DM yang dilakukan sepanjang hidup menimbulkan kejenuhan bagi
penderita DM.
 Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan mengikuti senam
kebugaran diabetes pada lansia penderita DM Tipe II di Puskesmas Ngaglik I Sleman 2017.
 Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain correlation dengan cross sectional. Teknik
sampling menggunakan cluster sampling sebanyak 106 lansia. Analisis data menggunakan Chi Square.
 Hasil Penelitian: Hasil analisis data 0,000<0,05 (p value<α), artinya terdapat hubungan dukungan
keluarga dan kepatuhan mengikuti senam kebugaran diabetes pada lansia penderita DM Tipe II di
Puskesmas Ngaglik I Sleman 2017. Hasil uji Coefficient Contingency 0,479 artinya korelasi sedang.
 Kesimpulan: Ada hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan mengikuti senam kebugaran diabetes
pada lansia penderita DM Tipe II di Puskesmas Ngaglik I Sleman 2017.
 Saran: Hasil penelitian dapat dijadikan informasi bagi keluarga untuk meningkatkan dukungan salah
satunya mengingatkan lansia yang menderita DM Tipe II untuk mematuhi jadwal senam kebugaran
diabetes agar tetap sehat meskipun mengalami DM.

Okki Chyntia Heldi 1, Nimsi Melati2 (1,2)STIKES Bethesda Yakkum Jl. Johar Nurhadi No. 6 Yogyakarta 524565
Email: nimsi@stikesbethesda.ac.id
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai