TANTANGAN

KETAHANAN NASIONAL
DI ERA GLOBALISASI DAN
ERA POST TRUTH

OLEH:

LETJEN (PURN) TNI AGUS WIDJOJO

GUBERNUR LEMHANNAS RI

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2020

 TATA URUT

 PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL.

 ERA GLOBALISASI DAN POST TRUTH.

 TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL.

 PENUTUP.
 NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG
TELAH MENDAPATKAN
LEMBAGA KETAHANAN
NASIONAL KESEPAKATAN
(CORE LEMHANNAS)
REPUBLIK INDONESIA

KONSENSUS DASAR PARADIGMA NASIONAL

 PANCASILA  WAWASAN NUSANTARA

 BHINNEKA TUNGGAL IKA
 KETAHANAN NASIONAL
 NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA  KEWASPADAAN NASIONAL
 UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1945
LEMBAGA KETAHANAN MAKNA KETAHANAN NASIONAL
NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

 KETAHANAN (RESILIENCE):
“THE ABILITY OF AN ENTITY TO ANTICIPATE, PREPARE FOR, AND RESPOND AND ADAPT
TO INCREMENTAL CHANGE AND SUDDEN DISRUPTIONS IN ORDER TO SURVIVE AND
PROSPER.” Sumber: Meriem Webster Dictionary

 KETAHANAN NASIONAL:
KETAHANAN NASIONAL MERUPAKAN KONDISI DINAMIS BANGSA INDONESIA YANG
BERISI KEULETAN DAN KETANGGUHAN, YANG MENGANDUNG KEMAMPUAN
MENGEMBANGKAN KEKUATAN NASIONAL DALAM MENGHADAPI DAN MENGATASI
SEGALA TANTANGAN, ACAMAN, HAMBATAN DAN GANGGUAN BAIK YANG DATANG DARI
DALAM MAUPUN LUAR YANG DAPAT MEMBAHAYAKAN INTEGRITAS, KELANGSUNGAN
HIDUP BANGSA DAN NEGARA.
LEMHANNAS RI
LEMBAGA KETAHANAN
NASIONAL
WAWASAN NUSANTARA
REPUBLIK INDONESIA

HAKIKAT WAWASAN NUSANTARA ADALAH CARA PANDANG BANGSA

INDONESIA TENTANG CIRI DAN LINGKUNGAN KEBERADAANNYA
DALAM MEMANFAATKAN KONDISI DAN KONSTELASI GEOGRAFI
DENGAN MENCIPTAKAN TANGGUNG JAWAB DAN MOTIVASI ATAU
DORONGAN BAGI SELURUH BANGSA INDONESIA UNTUK MENCAPAI
TUJUAN NASIONAL DENGAN ARAH PANDANG KE DALAM DITUJUKAN
KEPADA KESATUAN WILAYAH, SEDANGKAN ARAH PANDANG KE LUAR
DITUJUKAN UNTUK MENJAMIN KEPENTINGAN NASIONAL DAN IKUT
MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA.
LEMHANNAS RI
 STRUKTUR KETAHANAN NASIONAL
LEMBAGA KETAHANAN
NASIONAL
TUJUAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

A G H T

KETAHANAN NASIONAL
PENDEKATAN
PENDEKATAN SPASIAL GEOGRAFIS
GATRA
PROVINSI
KETAHANAN KETAHANAN KETAHANAN KETAHANAN KETAHANAN
IDEOLOGI POLITIK EKONOMI SOSBUD HANKAM
PENDEKATAN GATRA
TIAP PROVINSI

KONDISI TRI GATRA: GEOGRAFI, SUMBER KEKAYAAN ALAM,

DEMOGRAFI
PENGETAHUAN DAN KOMPETENSI
KONSENSUS DASAR: PANCASILA, UUD NRI 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL
IKA
LEMBAGA KETAHANAN
NASIONAL

ERA DIGITAL
REPUBLIK INDONESIA

KITA SEDANG MENYAKSIKAN BAGAIMANA REVOLUSI

TEKNOLOGI MENGUBAH SECARA FUNDAMENTAL
SELURUH SEGI KEHIDUPAN MASYARAKAT. MULAI
DARI CARA KITA HIDUP, BEKERJA DAN
BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN. DEMIKIAN
PULA DENGAN INSTITUSI-INSTITUSI SOSIAL-
EKONOMI-POLITIK YANG MENGATUR KEHIDUPAN
MASYARAKAT.
 PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI 4.0

 PEMERINTAHAN:
◦ POLARISASI MASYARAKAT BERAKIBAT MENYUSUTNYA EFEKTIFITAS
PEMERINTAHAN.
◦ KEKUASAAN DARI AKTOR NEGARA KE AKTOR NON NEGARA.
◦ LEBIH BANYAK INFORMASI, PUBLIK MENUNTUT LEBIH BANYAK.
◦ TEKNOLOGI PENYAMPAIAN PENDAPAT MUDAH MENGHINDARI PENGAWASAN
PEMERINTAH.
◦ LEMBAGA YANG BERWENANG KALAH CEPAT DENGAN PERKEMBANGAN SITUASI.

 MASYARAKAT:
◦ MUNCULNYA PROSES INDIVIDUALISASI.
◦ MEMUNGKINKAN KOMUNIKASI ANTAR PERSEORANGAN LINTAS DUNIA, SOSIAL,
DAN BUDAYA.
◦ SUMBER BERITA SEMPIT MEMBENTUK PENDAPAT SEMPIT DAN TERPOLARISASI.
 KEMAJUAN ILMU
PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI TELAH
MENDORONG TERJADINYA
KETERHUBUNGAN,
KETERPENGARUHAN, DAN
SALING
KETERGANTUNGAN
ANTAR NEGARA DALAM
ASPEK EKONOMI,
PERBANKAN, PASAR UANG
DAN MODAL, INDUSTRI,
PERDAGANGAN, MODAL,
TENAGA KERJA,

BAHKAN
SISTEM POLITIK, DAN
SISTEM HUBUNGAN
SOSIAL
DLL.
 PETER DIAMANDIS
CO-FOUNDER SINGULARY UNIVERSITY, USA6 D’S OF EXPONENTIAL GROWTH

FASE DIGITALIZATION
KEMAJUAN TEKNOLOGI DIGITAL MENJADI BAGIAN PENTING
BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

FASE DICEPTION
FASE KETIDAK PERCAYAAN BAHWA TEKNOLOGI DIGITAL
MAMPU MENGGANTIKAN TEKNOLOGI KONVENSIONAL YG
LEBIH BAIK

FASE DISRUPTION
FASE DIMANA TEKNOLOGI DIGITAL MENGGANTIKAN
BERBAGAI TATANAN YANG TELAH MAPAN (CONTOH : TAXI
ON-LINE MAMPU MENGHANCURKAN PERUSAHAAN TAXI
KONVENSIONAL

FASE DEMATERIALIZATION
FASE DIMANA DATA/ARSIP DIGITAL TAK PERLU LAGI
DISIMPAN SECARA MATERIAL, CUKUP DISIMPAN DALAM
CLOUD YANG DAPAT DIUNDUH KAPAN DAN DIMANAPUN

FASE DEMONETIZATION
SEMUA PRODUK YANG DIPASARKAN MELALUI ON-LINE DAN
YANG BISA DIGITALISASI AKAN TURUN HARGA DAN
MENJADI SANGAT MURAH

FASE DEMOCRATIZATION
FASE INI DISEBUT ABUNDANCE FOR ALL, KRN SEMUA BARANG
AKAN MENJADI SANGAT MURAH DAN TERJANGKAU UNTUK
SEMUA ORANG
 DISRUPTION
KORAN, TV, MAJALAH
DIGANTI LEWAT MEDIA ON-
LINE, MEDIA SOSIAL DAN

S
YOUTUBE

S
DLL

L E
E R PERUSAHAAN TANPA
KANTOR DAN ORANG

D
BEKERJA DARI

R
RUMAH/TEMPAT
MANAPUN

B O KEPEMILIKAN
PERUSAAN DARI
KORPORASI MENJADI
PEMILIKAN BERSAMA
PASAR TRADISIONAL DAN
MODERN DIGANTI
ON-LINE MARKET

SEHINGGA KONSUMEN
BISA MEMPEROLEH
PRODUK SEGAR
DARI PETANI
SECARA LANGSUNG
(JALUR DISTRIBUSI
TERPANGKAS)

PERSOALAN : PAJAK
PENJUALAN SERTA
DISTRIBUTOR
(TENGKULAK) DAN
PELAKU PASAR
TRADISIONAL YANG
TERLIBAT MENURUN
 PEMASARAN PRODUK DAN JASA DALAM
SATU SISTEM ON-LINE YANG TERPADU

SEHINGGA MEMUDAHKAN
BAGI KONSUMEN

SS
UNTUK MEMPEROLEH PRODUK DAN
JASA YANG DIINGINKAN
(JALUR DISTRIBUSI DAN TINGKATAN

LE PEMASARAN TERPANGKAS)

KONTRIBUSI TERHADAP EKONOMI

ER
NASIONAL SEBESAR 16 %, DAN
MENDORONG ADANYA INVESTASI
(ASING)
RD

PERSOALAN :
KEMUNDURAN USAHA RETAIL,
BO

MENINGKATNYA PHK, BEA MASUK

BARANG DAN PPN HILANG,
PENGAWASAN RAWAN, PERLINDUNGAN
PRODUK DALAM NEGERI MENJADI
LEMAH
 TELE-MARKET (ON-LINE )

S
DENGAN NET-WORKING TIDAK
DIBATASI OLEH SEKAT-SEKAT

ES
TERITORI NEGARA

SEHINGGA DAPAT MENJANGKAU

L
SELURUH PENDUDUK DUNIA YANG
MENGGUNAKAN SISTEM APLIKASI

ER
DAMPAK POSITIF : AKAN
MEMPERLUAS PASAR PRODUK
KARENA KONEKTIVITAS TERBUKA

RD
LUAS LINTAS TERITORI NEGARA

DAMPAT NEGATIF : PERSAINGAN

BO
PRODUK SEJENIS MENJADI
SEMAKIN KETAT
 SS
E
NET-WORKING TIDAK DIBATASI
OLEH SEKAT-SEKAT TERITORI

L NEGARA SEHINGGA DAPAT

R
MENJANGKAU SELURUH
PENDUDUK DUNIA YANG

E
MENGGUNAKAN SISTEM

D
APLIKASI

R SEHINGGA MURAH,

O
SEMUA BUKU DAN IPTEK DAPAT

B
DIAKSES

MASALAH :
PENGAWASAN SULIT
 EY
SS
PERAN LEMBAGA PERBANKAN

N
MULAI DIGESER OLEH LEMBAGA-

O
LEMBAGA NON-BANK

LE
M
PERAN UANG CARTAL

R AL
ER
TERGANTIKAN DENGAN UANG

O TU
DIGITAL (VIRTUAL MONEY) DARI
LEMBAGA NON-BANK

D
IR
MASALAH :

V
BELUM ADA ATURAN YANG
MEWADAHI SECARA
KOMPREHENSIP SEHINGGA BILA
TERJADI DISPUTE SULIT
B
PENYELESAIANNYA
 G
AN
AG IT
D EX
G R
A N B
R A N
E
P D
PERKEMBANGAN MEDIA SOSIAL
BLUETOOTH 2001 GOOGLE ANDROID 2008
MOZILLA 2002 APPLE iPAD 2010
SKYPE 2003 INSTAGRAM 2010
MYSPACE 2003 GOOGLE GLASS 2012
FACEBOOK 2004 DRIVER LESSCAR 2012
YOUTUBE 2005 SOPHIA ROBBOT 2015
TWITTER 2006 TESLA MODEL 3 2066
APPLE iPHONE 2007

MEDIA SOSIAL AKAN SEMAKIN BERKEMBANG

SECARA CEPAT, DERAS, BERSIFAT SIMETRIS DAN
ASIMETRIS (TIDAK LINEAR), REAL TIME,
INTERAKTIF, DAN MELINASI BATAS WAKTU DAN
BATAS TERITORI.

PENGGUNA MEDIA SOSIAL KE DEPAN SEBAGAI

SUBYEK YANG AKTIF DAN BISA MENJADI JURNALIS
(PEMBUAT BERITA), JADI PRODUSEN, KONSUMER,
KOMENTATOR, DAN PEMBENTUK OPINI PUBLIK

( EVERETT M ROGGERS)
MEDIA SOSIAL DAPAT BERPERAN :
1. SEBAGAI KANAL PESAN DAN INFORMASI
2. SEBAGAI PEMBENTUK OPINI PUBLIK
3. ALAT UNTUK MEMPENGARUHI PERILAKU PUBLIK
4. SEBAGAI SARANA UNTUK MENYUARAKAN ASPIRASI
PUBLIK DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN
5. DAPAT MENJADI “PEMICU KONFLIK SOSIAL & BIBIT
PERPECAHAN ANTAR GOLONGAN/KELOMPOK”, KARENA
MUATAN KONTEN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGGUNANYA
6. DAPAT MENJADI SARANA UNTUK MEMBANGUN
BRANDING, MEMPERLUAS PASAR PRODUK, MENYEBAR-
KAN BERITA YANG NYATA (REAL)
7. SEBAGAI ALAT PROPAGANDA (BAIK YANG POSITIF
MAUPUN YANG NEGATIF)
8. DALAM PELAKSANAAN DEMOKRASI, DAPAT MEMPE-
NGARUHI TINGKAT LEGITIMASI HASIL PEMILIHAN &
TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP PEMERINTAH
9. MENURUNNYA ETIKA POLITIK DAN PERILAKU POLITIK
YANG TIDAK SANTUN DALAM KOMUNIKASI POLITIK
10. BERGESERNYA PEMILIH RASIONAL MENJADI PEMILIH
IRASIONAL DAN EMOSIONAL

(AYLIN MANDURIC)
RALPS KEYES DAN STEPHEN
COLBER, 2004, BERBICARA TENTANG
“TRUTHINESS” YANG BERARTI SEBAGAI
SESUATU YANG SEOLAH-OLAH BENAR,
PADAHAL FAKTANYA TIDAK BENAR
SAMAKALI”

PADA TAHUN 2016, KETIKA MOMENT

KAMPANYE DONALD TRUMP DAN
KAMPANYE BREXIT (BRITAIN EXIT),
ISTILAH POST TRUTH MENJADI TRENDING
TOPIC, DAN OXFORD DICTIONERY
MENEMPATKAN SEBAGAI “WORD OF THE
YEAR”

POST TRUTH MENURUT KAMUS OXFORD

ADALAH “SEBAGAI KONDISI DIMANA FAKTA
TIDAK TERLALU BERPENGARUH TERHADAP
PEMBENTUKAN OPINI MASYARAKAT,
DIBANDINGKAN DENGAN EMOSI DAN
KEYAKINAN PERSONAL”

BAHKAN ADA YANG MENYATAKAN BAHWA

“POST TRUTH ADALAH DIMANA KEBO-
HONGAN DISAMARKAN & DIREKAYASA
SEDEMIKIAN RUPA AGAR DAPAT DITERIMA
MENJADI SUATU KEBENARAN”
HOAX
DI ERA POST TRUTH
KEBENARAN
BISA TUMBANG OLEH
KEBOHONGAN
SALAH SATU SEBAB MELUASNYA HOAX, FAKE NEWS, FALSE
NEWS DAN HATE SPEECH KARENA FILTER BUBBLE
SISTEM ALGORITMA YANG DIPERGUNAKAN
OLEH PARA PENGELOLA MEDIA SOSIAL AKAN
MEMUNCULKAN EFEK ECO-CHAMBER,
SEHINGGA TERJADI “FILTER BUBLE”

FILTER BUBLE MENYEBABKAN : BILA KITA

MENYUKAI SUATU KONTEN TERTENTU, MAKA
SISTEM DALAM MEDIA SOSIAL AKAN
OTOMATIS MEMBERIKAN BERBAGAI
INFORMASI LAINNYA YANG SEJENIS DENGAN
KONTEN YANG KITA SUKAI MAUPUN GROUP-
GROUP LAINYA YANG PUNYA MINAT YANG
SAMA DENGAN KONTEN KITA.

CONTOH : BILA KITA MENYUKAI KONTEN

HOAX, FAKE NEWS, FALSE NEWS, HATE
NEWS DLL, MAKA SISTEM AKAN
MENYUGUHKAN BERBAGAI INFORMASI
KEPADA KITA WEB DAN SITUS YANG
MEMUAT KONTEN-KONTEN LAIN YG
KAMPRET CEBONG SEJENIS DENGAN YANG KITA MINATI DAN
JUGA GROUP-GROUP LAIN YANG
MINATNYA SEJENIS DENGAN MINAT KITA
 2019

29,2 % 18,4 %
35-44 TH 10-24 TH JUMLAH PENDUDUK
267 JUTA JIWA

JUMLAH PENGGUNA
18 % INTERNET 171,17
45-54 TH
24,4 % JUTA (64,8%)
25-34 TH

DIDOMINASI USIA
10 % 10 – 44 TAHUN
55 KEATAS
ADA 800.000 SITUS PENYEBAR HOAX
DAN UJARAN KEBENCIAN
PENYEDIA INDUSTRI HOAX ANTARA
LAIN : POS-METRO, NUSA NEWS,
SARACEN, CYBER ARMY dll.
SERANGAN CYBER SEBANYAK RATA-
RATA 42.000 SERANGAN PER-HARI
HOAX, HATE SPEECH, FAKE NEWS,
FALSE NEWS DI INDONESIA TAHUN
2019 : - POLITIK 620
- PEMERINTAHAN 210
- KESEHATAN 200
- FITNAH 159
- KEJAHATAN 113
- AGAMA, BENCANA ALAM,
MITOS DLL
HASIL RISET “KUMPARAN DAILY
SOCIAL” TAHUN 2019 :
MEDIA YG DIGUNAKAN UNTUK
MENYEBAR HOAX, HATE SPEECH,
FAKE NEWS :
82,25% FACEBOOK
56,55% WAHATS APP
29,48% INSTAGRAM
72 % ORANG INDONESIA CENDE-
RUNG SUKA SEBAR HOAX
44,19% PENGGUNA MEDSOS TIDAK
BISA MENDETEKSI HOAX
55% PENGGUNA MEDSOS TAK MELA-
KUKAN PENGECEKAN ATAS
KONTEN YANG DIBACA DI
MEDSOS
 RESIKO
MENJADI
MANUSIA
IRASIONAL &

POST TRUTH EMOSIONAL

UNTUK DIRI BUTA

MATA
BUTA

PRIBADI HATI

TAK PUNYA KESADARAN

TERJEBAK DALAM BALON ILLUSI

MENURUT PENELITIAN LEON

FESTINGER DALAM PROPHECY FALLS :
“APA YG KITA PERCAYA DLM LUBUK
HATI TERDALAM, LAMA KELAMAAN
MENJADI KOMITMEN DAN AKAN
MENGGERAKKAN UNTUK BERBUAT
SESUATU DI LUAR NALAR”
 RESIKO POLITIK
DI ERA POST TRUTH
1. MASYARAKAT SULIT MEMBEDAKAN INFORMASI
YG BENAR DENGAN YG TIDAK BENAR.
2. TERJADI PERPECAHAN DIANTARA KELOMPOK
PENDUKUNG SECARA MENDALAM DALAM
JANGKA WAKTU LAMA DI TINGKAT AKAR
RUMPUT.
3. AKSEPTABELITAS DAN LEGITIMASI PEMENANG
KONTESTASI PEMILU DIRAGUKAN.
4. TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHA-
DAP PEMERINTAHAN MENURUN.
5. “LOSSER GROUP” MUDAH DISULUT UNTUK
MELAKUKAN TINDAKAN ANARKHIS DAN
MUDAH DIGERAKKAN UNTUK MELAKUKAN
“PEOPLE POWER”.
6. MUNCUL EGO KELOMPOK YANG BERLEBIHAN,
IRASIONAL DAN EMOSIONAL.
7. ETIKA DAN KOMUNIKASI POLITIK YG SANTUN
DIABAIKAN.
8. MARAKNYA INDUSTRI LAYANAN PENYEDIA
KONTEN HOAX, FAKE NEWS, FALSE NEWS,
HATE SPEECH, FITNAH DLL.
 RESIKO SOSIAL
DI ERA POST TRUTH
1. TERJADI KONFLIK SOSIAL DAN KERUSUHAN
SECARA HORIZONTAL DAN VERTIKAL.
2. TUMBUH SUBURNYA DAN SEMAKIN
MENGUATNYA EGO KELOMPOK/GOLONGAN,
EGO RAS, EGO AGAMA, EGO KESUKUAN, EGO
KEPENTINGAN, EGO KEDAERAHAN, DLL,
SEHINGGA MASYARAKAT TERKOTAK-KOTAK.
3. TERJADINYA “KEBINGUNGAN SOSIAL” DAN
KETIDAK-PERCAYAAN TERHADAP FAKTA DAN
DATA YANG BENAR.
4. TIDAK SEDIKIT ANGGOTA MASYARAKAT
(AWAM) YANG TERKENA KASUS HUKUM
I.T.E. AKIBAT KONTEN YANG DIBUAT
MAUPUN HANYA SEKEDAR “SHARE” SUATU
KONTEN DI MEDIA SOSIAL.
5. POLITISASI AGAMA MEMUNCULKAN
PERSELISIHAN IDIOLOGI SEHINGGA MASYA-
RAKAT TERPECAH-BELAH.
6. BERUBAHNYA NILAI-NILAI DAN HUBUNGAN
SOSIAL: DARI MASYARAKAT TOLERAN
MENJADI MASYARAKAT YANG EGOIS DAN
CENDERUNG INTOLERAN.
LANGKAH MENGHADAPI
ERA POST TRUTH

1. MEMUPUK RASA KEBANGSAAN MELALUI

BERBAGAI BENTUK PELAKSANAANNYA.
2. MENINGKATKAN PENEGAKAN HUKUM
UNTUK MEMBERI WUJUD YANG TEGAS
MELALUI ATURAN HUKUM APA YANG
DIPERKENANKAN DAN APA YANG TIDAK
DIPERKENANKAN DALAM PERSEBARAN
INFORMASI POLITIK.
3. MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI
MEDIA DAN LITERASI DIGITAL.
4. PENCEGAHAN MELALUI INDIVIDU,
KELOMPOK DAN PEMERINTAH.
5. MENJAGA KONTEN DALAM TEMA-TEMA YANG
DIBAWA KE DALAM BERBAGAI FORUM YANG
MELIBATKAN MASYARAKAT.
6. PERBEDAAN PENDAPAT DALAM KEHIDUPAN
KEBANGSAAN DIJAGA AGAR TETAP BERADA
DALAM JALUR MORAL, AKHLAK, ETIKA
KAIDAH DEMOKRASI SERTA KONSENSUS
DASAR BANGSA.
PENYEBAB MUNCULNYA
POST TRUTH

1. FLEKSIBILITAS YANG DITANAMKAN OLEH

MEDIA SOSIAL YANG MENJUSTIFIKASI
SIKAP DAN BIAS YANG ADA.

2. MUNCULNYA PILIHAN LEBIH BANYAK.

3. KOMUNIKASI POLITIK LANGSUNG

MENGAKIBATKAN MOBILISASI MASSA
MELALUI MEDIA.

4. MEMUDARNYA MODAL SOSIAL.

ANCAMAN POST TRUTH TERHADAP
KETAHANAN NASIONAL

1. MEMPERLEMAH PERSATUAN DAN

KESATUAN BANGSA.

2. ANCAMAN TERHADAP BANGSA TIDAK LAGI

MELALUI INVASI MILITER MELAINKAN SOFT
POWER, YAITU SERANGAN TERHADAP
PIKIRAN WARGA.

3. BERPOTENSI MEMECAH BELAH

MASYARAKAT MELALUI POLARISASI SIKAP
YANG DAPAT MENGARAHKAN NEGARA
MENUJU NEGARA GAGAL.
 PENUTUP
1. DENGAN MEMPERHATIKAN PERKEMBANGAN DALAM ERA GLOBALISASI DAN POST
TRUTH (TERUTAMA PASCA PEMILU 2019), KETAHANAN NASIONAL INDONESIA
MENGALAMI PENURUNAN.
2. UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL PERLU LANGKAH-LANGKAH
STRATEGIS:
A. MENYUSUN REGULASI YANG TEGAS DAN TERUKUR TENTANG KRITERIA YANG
DIPERKENANKAN DAN TIDAK DIPERKENANKAN DALAM KOMUNIKASI PUBLIK.
B. MENEGAKKAN HUKUM SECARA EFEKTIF MENYANGKUT REGULASI DI ATAS.
C. MENINGKATKAN KEMAMPUAN TENTANG LITERASI MEDIA DAN LITERASI
DIGITAL.
D. MENJAGA KONTEN DALAM TEMA-TEMA YANG DIBAWA DALAM BERBAGAI
FORUM PUBLIK DALAM KERANGKA KONSENSUS DASAR KEBANGSAAN.
E. PENYELENGGARAAN SISTEM POLITIK AGAR BERLANDASKAN MORAL, AKHLAK
DAN ETIKA KAIDAH POLITIK DEMOKRATIS.
F. PERBEDAAN PENDAPAT DALAM KEHIDUPAN KEBANGSAAN AGAR TETAP
BERLANDASKAN MORAL, AKHLAK DAN ETIKA KAIDAH DEMOKRASI DAN
KONSENSUS DASAR KEBANGSAAN.
G. PARTAI POLITIK SEBAGAI PILAR DALAM SISTEM POLITIK DEMOKRASI HARUS
TERLEBIH DAHULU MENJADIKAN DIRINYA MODEL SEBAGAI KEHIDUPAN
DEMOKRATIS YANG DIDASARKAN KEPADA 4 KONSENSUS DASAR
KEBANGSAAN: PANCASILA, UUD NRI 1945, NKRI DAN SEMANGAT BHINNEKA
SEKIAN -- TERIMA
KASIH