Anda di halaman 1dari 42

Presentasi kasus

EPISKLERITIS
dr. Awang wimbo yuwono Sp.M
Laporan kasus

Nama pasien : An. R


Umur : 18 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Grogolan 4/1 ds.Arem
kc.Ampel dt.Boyolali
No.RM : 20-21-440740
Anamnesis
Keluhan utama: Mata kiri merah

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke Bangun tidur gatel (-), nyerocos


poliklinik mata Merah (+), nyeri (-), penglihatan
RSUD Salatiga, ringan, Ganjel (+), ganda (-), silau (-
dengan keluhan mata pedes (+), belek (+) ), penglingatan
kiri merah sejak 2 putih, lengket saat turun (+), pusing
hari yll. membuka mata (+), (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku 2 bln yll pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat sakit mata lain disangkal, riwayat trauma pada mata disangkal, riwayat
tekanan darah tinggi, diabetes mellitus disangkal.
pasien mengaku alergi makanan (seafood, keong) dan cuaca dingin.
Riwayat penyakit keluarga:
keluhan hal serupa dalam keluarga disangkal.
Riwayat personal social:
pasien adalah seorang pelajar.
PEMERIKSAAN
Status generalis
Keadaan umum: sakit sedang
Tekanan darah: 128/85
Nadi: 85x/menit
Pernafasan : 20x/menit
OD OS
Visus 5/62 6/60
Kedudukan bola mata
Gerakan bola mata
Segmen anterior
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Palpebra superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Konjungtiva tarsus superior Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
Konjungtiva tarsus inferior Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi (-) Injeksi (+)
kornea Jernih Jernih
Bilik mata depan Dalam, jernih Dalam, jernih
Iris normal normal
Pupil Bulat, RC (-) Bulat, RC (-)
Lensa Jernih Jernih
TIO Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Diagnosis kerja
OS episkleritis
Penatalaksanaan
Metilprednisolon
Prednison
Augentonic
Prognosis
Bonam
ANATOMI SKLERA
DEFINISI

Episkleritis adalah skleritis adalah

Merupakan reaksi radang jaringan Inflamasi sclera yang


ikat vascular yang terletak difus atau terlokalisir
Antara konjungtiva dan
permukaan sclera. Umumnya
inflamasi bersifat granular dan
mengenai satu mata.
EPISKLERITIS
• Insidensi tidak diketahui
1. Akut
• Umur 20-50 tahun
2. Ringan
• Anak-anak
3. Self-limiting
• Jenis kelamin
4. Sering rekurensi
Episkleritis

Episkleritis simple Episkleritis nodular


a. 5-10 hari resolusi a. Serangan lebih
sempurna 2-3 mgg panjang dan nyeri
b. Rekurensi 60% b. Interval antar
c. sedang-berat serangan tidak
teratur
d. Tidak diakibatkan
penyakit sistemik c. Penyakit sistemik
Etiologi
1. Penyakit autoimun
2. Penyakit granulomatosa
3. Gangguan metabolik
4. spontan
5. alergik
6. Infeksi
7. Lain-lain
Gejala klinis episkleritis
1. Nyeri ringan
2. Tidak ada secret dan mata tidak
Gejala klinis skleritis
berair
1. Nyeri hebat (dapat menjalar ke dahi, alis, dagu),
3. Mata terasa kering
semakin berat pada malam hari
dengan rasa sakit ringan
2. Mata merah berair, fotofobia, nodul tidak dapat
4. Rasa mengganjal
digerakkan
5. Konjungtiva kemotik
3. Visus menurun
6. Visus normal
4. Konjungtiva kemotik dan nyeri
7. Satu mata
5. Tidak ada secret
8. Injeksi berwarna merah muda
6. Kedua mata
9. Pembuluh darah dpt digerakkan
7. Injeksi merah kebiruan
10. Dengan tetes fenilefrin 10% <
• patofisiologi
• Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit imun

sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. Interaksi tersebut adalah bagian

dari sistem imun aktif dimana dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi

kompleks imun pada pembuluh di episklera dan sklera yang menyebabkan

perforasi kapiler dan venula post kapiler dan respon imun sel perantara.

• Inflamasi dari sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan

menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola mata.


Klasifikasi episkleritis
1. Nodular
2. Difus

Klasifikasi skleritis
1. Anterior
a. non-necrotizing anterior scleritis (nodular atau difus) : 85% kasus
b. necrotizing anterior scleritis (dengan atau tanpa inflamasi) : 13%
2. Posterior
inflamasi di sisi posterior dari garis tengah bola mata : 2%
Klasifikasi episkleritis
1. Difus
2. Nodular

Terapi :
>. umumnya sembuh
spontan dalam 1-2
minggu meski bentuk
nodul dapat bertahan
beberapa lama
>. Steroid topical
>. Antiinflamasi non
steroid
1. Diffuse anterior non necrotizing
scleritis
>. Peradangan yang meluas pada
seluruh permukaan sclera
>. Rasa tidak nyaman disertai
berbagai derajat inflamasi dan
fotofobia

Tatalaksana:
a. Anti-inflamasi non-steroid topical atau
sistemik
b. Jika tidak membaik diberikan
imunosupresan
2. Necrotizing anterior scleritis without
inflammation
>. Nyeri berat
>. Komplikasi penyakit sistemik
>. Biasa terjadi pada pasien yang sudah lama
menderita rheumatoid arthritis.

Dikatakan “without inflammation” karena klinisnya


berbeda dari skleritis, peradangan lebih minimal,
namun tekanan intraokuler bisa terus meningkat,
jika keadaan terus berlanjut bisa menyebabkan
perforasi karena penipisan dari sklera.

Terapi: graft atau lyophilized dura


2. Necrotizing anterior scleritis with
inflammation
>. Nyeri berat
>. Komplikasi penyakit sistemik

Dapat menimbulkan komplikasi (uveitis,


keratitis, dan glaucoma)

Terapi:
a. anti inflamasi steroid sistemik
b. Jika tidak berhasil imunosupresan
3. Skleritis posterior

 43% kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan skleritis anterior


 Biasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan penurunan kemampuan melihat.
 Dari pemeriksaan objektif: perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat di sebagian
retina, perlengketan cincin koroid, udem nervus optikus dan udem makular.
 Inflamasi skleritis posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior dangkal,
proptosis, pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata bawah. Terdapat
perataan dari bagian posterior bola mata, penebalan lapisan posterior mata (koroid dan sklera),
dan edema retrobulbar.
>. Dapat diakibatkan penyakit sistemik
Terapi sama dengan necrotizing skleritis with inflammation
Penebalan dan edema sklera dan injeksi Pelebaran pembuluh darah sklera yang tidak mengecil dengan
yang meluas pemberian fenilefrin 2,5% topikal

B-Scan Ultrasonography pada skleritis posterior menunjukkan adanya


Hanya ditemukan injeksi vaskular ringan di segmen anterior
akumulasi cairan pada kapsul tenon
•ANAMNESIS
1

DIAGNOSIS •PEMERIKSAAN FISIK


2

•PEMERIKSAAN
3 PENUNJANG
ANAMNESIS
Gejala klinis episkleritis
1. Rasa sakit ringan
2. Mata kering tidak berair
Gejala klinis skleritis
3. Tidak ad sekret
1. Nyeri hebat (dapat menjalar ke dahi, alis, dagu)
4. Rasa mengganjal
2. Mata merah berair, fotofobia, nodul tidak dapat
5. Visus normal
digerakkan
6. Konjungtiva kemotik
3. Tidak ada sekret
7. Satu mata
4. Visus menurun
8. Injeksi berwarna merah muda
5. Konjungtiva kemotik dan nyeri
9. Pembuluh darah dpt digerakkan
6. Kedua mata
10. Dengan tetes fenilefrin 10% <
7. Injeksi merah kebiruan
Riwayat penyakit dahulu:
1. Penyakit vascular atau penyakit jaringan ikat.
2. Penyakit infeksi
3. Penyakit miscellaneous (atopi, gout, trauma kimia,
rosasea)
4. Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata
5. Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, dll
6. Post pembedahan pada mata
PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan tajam penglihatan


2. Pemeriksaan Umum
3. Pemeriksaan Sklera
4. Pemeriksaan dengan Slit-lamp
PEMERIKSAAN FISIK DAN OFTHALMOLOGI

Pemeriksaan tajam penglihatan

Visus normal atau menurun

Gangguan visus lebih jelas pada skleritis posterior

Pemeriksaan umum pada kulit, persendian,

jantung, dan paru-paru dapat dilakukan  apabila

dicurigai adanya penyakit sistemik.


Pemeriksaan sclera
>. Sklera tampak difus,
>. merah kebiru-biruan
>. Setelah beberapa peradangan, akan terlihat
daerah penipisan sklera
>. Area berwarna hitam, abu-abu, atau coklat
yang dikelilingi oleh peradangan aktif 
menandakan proses nekrosis.
Pemeriksaan slit-lamp

>. Untuk menentukan adanya keterlibatan secara menyeluruh atau segmental.

>. Injeksi yang meluas  ciri khas dari diffuse anterior scleritis.
>. Pada skleritis  kongesti maksimum terdapat dalam jaringan episkleral
bagian dalam dan beberapa pada jaringan episklera superficial.
>. Sudut posterior dan anterior terdorong maju atau bergeser ke depan karena

adanya edema pada sclera dan episklera.


>. Penggunaan lampu hijau dapat membantu mengidentifikasi area avaskuler
pada sclera
Pemeriksaan penunjang Komplikasi
1. Pemeriksaan darah lengkap dan keratitis (37%),
laju endap darah uveitis (30%),

2. Faktor rheumatoid dalam serum cataract (7%),

3. Fungsi hati dan ginjal glaucoma (18%), and

4. VDRL/TPHA scleral thinning (33%)

5. Foto thorax
PEMBAHASAN
Riwayat penyakit dahulu:
1. Penyakit vascular atau penyakit jaringan ikat.
2. Penyakit infeksi
3. Penyakit miscellaneous (atopi, gout, trauma kimia,
rosasea)
4. Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata
5. Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, dll
6. Post pembedahan pada mata
7. Riwayat keluhan yang sama 2 bulan yll
8. ALERGI MAKANAN (SEAFOOD)
PEMERIKSAAN FISIK DAN OFTHALMOLOGI

1. Pemeriksaan tajam penglihatan


VOD : 5/62
VOS : 6/60
2. Pemeriksaan Umum: DBN
3. Pemeriksaan Sklera : INJEKSI EPISKLERA
4. Pemeriksaan dengan Slit-lamp: kongesti maksimum terdapat
dalam jaringan jaringan episklera superficial.
Pemeriksaan penunjang :-
Diagnosa: OS episkleritis
Tatalaksana:
Metilprednisolon
Prednison
Augentonic
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai