Anda di halaman 1dari 9

Penerapan Perlindungan bagi

Saksi dan Korban dalam Perkara


Pidana Yang ditangani Oleh
Kejaksaan Republik Indonesia

 Pusat Penerangan Hukum


Kejaksaan Agung Republik Indonesia
APA UNDANG – UNDANG YANG MENGATUR
PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ?

 UNDANG-UNDANG RI
NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PERLINDUNGAN SAKSI DAN
KORBAN
APA ITU SAKSI DAN KORBAN
?
 Saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan tentang suatu perkara
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, dan/atau ia alami sendiri.

 Korban adalah seseorang yang mengalami


penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak
pidana.
APA LEMBAGA YANG MELINDUNGI
SAKSI DAN KORBAN ?

Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK)

Adalah lembaga yang bertugas dan berwenang


untuk memberikan perlindungan dan hak-hak
lain kepada Saksi dan/atau Korban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
itu.
TUGAS DAN KEWENANGAN
LPSK
 bertanggung-jawab untuk menangani pemberian
perlindungan dan bantuan pada saksi dan korban
berdasarkan tugas dan kewenangan sebagaimana
diatur dalam (pasal 12 UU No. 13 th 2006).
 Perlindungan : segala upaya pemenuhan hak dan
pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman
kepada saksi/korban yang wajib dilaksanakan oleh
LPSK atau lembaga lainnya … (pasal 1 ayat 6).
 Memberikan rasa aman dlm memberikan
keterangan pada setiap proses peradilan pidana
(pasal 4).
 Perlindungan diberikan pada saksi dan korban
dalam semua tahap proses peradilan pidana
dalam lingkungan peradilan (pasal 2).
KRITERIA PERLINDUNGAN SAKSI
Berdasarkan UU NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN
KORBAN Pasal 28, bahwa Syarat Pemberian Perlindungan dan Bantuan saksi
dan korban adalah :

Perjanjian perlindungan LPSK terhadap Saksi dan/atau Korban tindak pidana


seperti :
a.Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta
bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah
diberikannya;
b.Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan;
c.memberikan keterangan tanpa tekanan;
d.mendapat penerjemah;
e.bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f.mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
g.mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
h.mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
i.mendapatkan tempat kediaman baru;
j.mendapat nasihat hukum;
k.dan/atau memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
perlindungan berakhir.
KERJASAMA LPSK DENGAN KEJAKSAAN RI

LPSK dan Kejaksaan Agung Pada Rabu Tanggal 20 April 2012


menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Hotel Sahid,
Jakarta berupa :
1.Koordinasi
menentukan bentuk perlakuan terhadap saksi
yang mendapat perlindungan LPSK;
2.Bekerja sama menyangkut pemberian pendampingan
terhadap saksi dalam pemeriksaan penyidikan di Kejaksaan
maupun di persidangan;
3.Memudahkan LPSK untuk mendapatkan informasi terkait
posisi pemohon perlindungan. Apakah betul posisinya
dalam perkara yang ditangani Kejaksaan sebagai korban
atau pelapor.
4.Kemudian apabila informasi yang dimiliki saksi ini
merupakan informasi yang penting untuk kepentingan
hukum dalam perkara yang ditangani Kejaksaan, maka
LPSK dapat berkomunikasi dengan penuntut umum;
 Dalam melakukan perlindungan saksi, Kejaksaan Republik
Indonesia berpedoman pada Pasal 108 ayat (1), Pasal
117 ayat (1), Pasal 118, Pasal 166, Pasal 177, Pasal
178, dan Pasal 229 KUHAP dan UU No. 16 Tahun 2004
Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

 Dengan Pedoman tersebut diatas, Kejaksaan RI memberikan


bentuk Perlindungan Saksi dilakukan dengan salah satu
bentuk seperti :
1. Mengantarkan saksi dari dan ke Pengadilan
2. Meminta Kepolisian menempatkan anggotanya di rumah
saksi
3. Melindungi saksi dengan cara perlindungan hukum seperti
kompensasi tidak dijadikannya saksi sebagai tersangka

( Hasil wawancara dengan Jaksa Baringin Sianturi, SH


23 Feb 2006)
TERIMA KASIH
www.kejaksaan.go.id

Anda mungkin juga menyukai