4/Apr/2016
29
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
30
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
31
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
sama. Perlakukan khusus tersebut antara lain denda yang beratnya sama dengan
diberikan dengan keringanan pidana dan/atau pelaku lainnya.
bentuk perlindungan lainnya. c. Whistleblower akan mendapat
Bentuk perlindungan dan reward yang ancaman gugatan pencemaran
diberikan oleh surat edaran Mahkamah Agung nama baik dari tersangka
ini kepada whistleblower apabila yang (dilaporkan balik). Whsitleblower
dilaporkan melaporkan balik si whistleblower, juga akan mendapatkan pembalasan
maka penanganan kasus yang dilaporkan oleh pelaku dengan melaporkan
whistleblower harus didahulukan daripada kasus lainnya yang mungkin pernah
kasus yang dilaporkan oleh terlapor. Untuk dilakukan oleh whistleblower.13
menjadi seorang whistleblower bukanlah Pasal 10 UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang
pilihan yang mudah dan mampu dilakukan Perlindungan Saksi dan Korban tersebut
setiap orang. Oleh karena itu seseorang yang memang ada kemiripan antara istilah
mau mengungkap kejahatan tentulah orang whistleblower dan saksi pelapor, bahkan ayat
yang mampu mengendalikan rasa takut dan (2) menyebutkan bahwa saksi yang merupakan
berani mengambil resiko sebagai bagian dari pelaku tidak mendapat
pembocor/pembongkar rahasia. Dalam praktek perlindungan. Padahal umumnya whistleblower
banyak saksi dan korban tindak pidana rentan biasanya merupakan bagian dari pelaku
terhadap teror dan intimidasi.12 meskipun ada juga whistleblower yang bukan
Beberapa saksi dan korban memilih tidak bagian dari pelaku. Mahkamah Agung secara
hadir dari proses hukum karena jiwanya sangat tegas mengeluarkan SEMA No. 4 Tahun 2011
terancam, baik teror maupun intimidasi dari tentang bagaimana perlakuan terhadap
pelaku kejahatan. Begitu juga bagi Whistleblower dan Justice Collaborator dalam
whistleblower resiko yang ditempuh sangat tindak pidana tertentu. SEMA No. 4 tahun 2006
tinggi yaitu: menjadi landasan hukum dan acuan bagi
1) Resiko Internal: pengadilan untuk memberikan perlindungan
a. Whistleblower akan dimusuhi oleh kepada justice collaborator dan whistle blower.
rekan-rekannya sendiri karena Kehadiran SEMA ini hanya berlaku intern
dianggap pembuka aib. wilayah pengadilan belum dapat mengingkat
b. Whistelblower serta keluarganya penegak hukum yang lain sehingga belum
akan terancam baik secara phisik melindungi keberadaan whistleblower dan
maupun secara psikologis. justice collaborator.14
c. Para whistleblower akan dihabisi Seorang Whistleblower seharusnya secara
kariernya dan mata pencahariannya, yuridis normatif mendapat perlindungan.
(pemecatan dari jabatan, mutasi, Karena hal ini, telah diatur secara tegas dalam
atau penurunan pangkat dll). Pasal 33 United Nations Cnvention Againt
2) Resiko Eksternal: Corruption (UNCAC). Konvensi ini telah
a. Whistleblower akan berhadapan diratifikasi Indonesia melalui UU No.7 Tahun
dengan kerumitan dan berbelit- 2006. berdasar Pasal 15 butir (a) UU No. 30
belitnya rententan prose hukum tahun 2002, KPK berkewajiban untuk
yang harus dilewati. memberikan perlindungan terhadap saksi atau
b. Whistleblower akan mendapat pelapor.15
resiko hukum ditetapkan status Undang-Undang yang komprehensif
hukumnya sebagai tersangka, mengenai whistleblower pada umumnya
terdakwa, bahkan dilakukan upaya memiliki definisi yang luas mengenai
paksa penangkapan dan penahanan, “kesalahan”. Jenis kesalahan yang umumnya
dituntut dan diadili serta divonis
hukuman berikut ganti rugi dan 13
Ibid. Hlm 15
14
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra. Hukum Sebagai Suatu
Sistem. Remaja Rusdakarya. Bandung. 1993. Hlm 118
15
Phillipus M. Hadjon. Perlindungan hukum Bagi Rakyat
12
Abdul Haris Semendawai. Op. Cit. Hal 14. LPSK Indonesia. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1987. Hal 2
32
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
33
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
hanya diberikan terhadap saksi, baik saksi dan memperoleh kekuatan hukum
korban, saksi pelaku, ataupun pelapor, tetapi tetap.”
juga memberikan perlindungan hukum Penjelasan atau uraian dalam Undang-
terhadap orang yang memberikan keterangan Undang No. 31 tahun 2014 jelas keberadaannya
tanpa ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dimana memberikan perlindungan terhadap
dan tidak ia alami sendiri tetapi berhubungan saksi, khususnya dalam tindak pidana tertentu,
dengan tindak pidana. Produk Undang-Undang dalam hal ini adalah whistleblowers. Saksi,
ini merupakan terobosan hukum di Negara Korban, Saksi Pelaku, dan/atau Pelapor tidak
Indonesia untuk menutupi kekurangan yang dapat dituntut secara hukum, baik pidana
ada, mengingat kualitas dan kuantitas maupun perdata atas kesaksian dan/atau
kejahatan yang semakin maju. laporan yang akan, sedang, atau telah
Bahwa dalam pasal 8 Undang-Undang No. diberikannya, kecuali kesaksian atau laporan
31 tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi Dan tersebut diberikan tidak dengan iktikad baik.
Korban juga menjelasakan : Bahwa dalam penjelasan Undang-Undang
1) Perlindungan terhadap Saksi dan/atau No. 31 tahun 2014, dalam konteks saksi yang
Korban sebagaimana dimaksud dalam dapat dituntut ialah saksi yang memberikan
Pasal 5 diberikan sejak tahap kesaksian atau laporan tersebut diberikan tidak
penyelidikan dimulai dan berakhir dengan iktikad baik. Pengertian tidak dengan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana iktikad baik menurut Undang-Undang ini ialah:
diatur dalam Undang-Undang ini. Penjelasan Undang-Undang Republik
2) Dalam keadaan tertentu, Perlindungan Indonesia Nomor 31 tahun 2014 tentang
dapat diberikan sesaat setelah perubahan atas Undang-Undang Nomor 13
permohonan diajukan kepada LPSK.”20 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Korban;
pelindungan diberikan terhadap saksi baik Pasal 10 Ayat (1) :
Saksi, Korban, Saksi Pelaku, dan/atau Pelapor Yang dimaksud dengan "memberikan
sejak pada tahap penyelidikan sudah dilindungi kesaksian tidak dengan iktikad baik" antara lain
oleh Undang-Undang. memberikan keterangan palsu, sumpah palsu,
Bahwa perlindungan juga diberikan dan permufakatan jahat.
terhadap saksi, Saksi, Korban, Saksi Pelaku, Penjelasan ini mempertegas bahwa, yang
dan/atau Pelapor dipertegas dalam pasal 10 dapat dituntut terhadap seorang saksi, baik
Undang-Undang No. 31 tahun 2014 tentang saksi korban, saksi pelaku dan atau pelapor
Perlindungan Saksi Dan Korban. Yaitu : hanyalah ketika dalam memberikan keterangan
1) Saksi, Korban, Saksi Pelaku, dan/atau atau kesaksian tidak dengan iktikad baik.21
Pelapor tidak dapat dituntut secara Pasal 10 A menjelaskan :
hukum, baik pidana maupun perdata 1) Saksi Pelaku dapat diberikan
atas kesaksian dan/atau laporan yang penanganan secara khusus dalam
akan, sedang, atau telah diberikannya, proses pemeriksaan dan penghargaan
kecuali kesaksian atau laporan tersebut atas kesaksian yang diberikan.
diberikan tidak dengan iktikad baik. 2) Penanganan secara khusus
2) Dalam hal terdapat tuntutan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terhadap Saksi, Korban, Saksi Pelaku, berupa:
dan/atau Pelapor atas kesaksian a) Pemisahan tempat penahanan atau
dan/atau laporan yang akan, sedang, tempat menjalani pidana antara
atau telah diberikan, tuntutan hukum Saksi Pelaku dengan tersangka,
tersebut wajib ditunda hingga kasus terdakwa, dan/atau narapidana
yang ia laporkan atau ia berikan yang diungkap tindak pidananya;
kesaksian telah diputus oleh pengadilan
21
Lihat pasal 10 ayat 1. Penjelasan Undang-Undang
20
Lihat pasal 8 ayat 1 dan 2. Undang-Undang No. 31 tahun Nomor 31 tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi Dan
2014 tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Korban.
34
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
35
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
tentang Perlindungan Saksi Dan Korban, seorang mantan saksi whistleblower. Karena
yaitu pada Pasal 10 menyebutkan, Saksi, terlapor tidak mudah untuk menghilangkan
Korban dan pelapor tidak dapat dituntut dendamnya terhadap orang yang
secara hukum baik pidana maupun perdata mengungkap skandal kejahatan yang
atas laporan, kesaksian yang akan, sedang, melibatkan terlapor sudah jelas ada begitu
atau telah diberikannya. Seorang saksi yang banyak saksi/pelapor terkait yang mau
juga tersangka dalam kasus yang sama tidak mengungkap atau membongkar tindak
dapat dibebaskan dari tuntutan pidana pidana yang masi menjadi pergumulan
apabila ia ternyata terbukti secara sah dan Negara Indonesia.
menyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya
dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam DAFTAR PUSTAKA
meringakan pidana yang akan dijatuhkan. Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia.
Ketentuan dimaksud pada ayat (1) tidak Sinar Grafika. Jakarta. 2005
berlaku terhadap saksi, korban, dan pelapor Amirudin, dan H. Zainal Asikin. Pengantar
yang memberikan keterangan tidak dengan Metode Penelitian Hukum. PT. Raja
itikad baik. Grafindo Persada. Jakarta. 2004
2. Perlindungan terhadap saksi, Saksi, Korban, Adami Chazawi. Hukum Pembuktian Tindak
Saksi Pelaku, dan/atau Pelapor dalam pasal Pidana Korupsi. Penerbit P.T Alumni.
10 Undang-Undang No. 31 tahun 2014 Bandung. 2008
tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. Abdul Haris Semendawai, SH., LLM.,dkk.
Yaitu Saksi, Korban, Saksi Pelaku, dan/atau Memahami whistleblower. Cet. I. LPSK.
Pelapor tidak dapat dituntut secara hukum, 2011
baik pidana maupun perdata atas kesaksian Bambang Sunggono. Metode Penelitian
dan/atau laporan yang akan, sedang, atau Hukum. PT. Raja Grafindo Persada.
telah diberikannya, kecuali kesaksian atau Jakarta. 2011
laporan tersebut diberikan tidak dengan Bambang Waluyo. Viktimologi Perlindungan
iktikad baik. Korban & Saksi. Sinar Grafika. Jakarta
2011
B. Saran Chairul Huda. Dari Tiada Pidana Tanpa
1. Undang-Undang nomor 13 tahun 2006 tidak Kesalahan Menuju Kepada Tiada
bisa dipakai untuk melindungi saksi Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
whistleblower. Sebab pada kenyataannya Kesalahan. Kencana Prenada Media.
Kejahatan yang terorganisir tersebut yang Jakarta 2006
merupakan tergolong extra ordinary crimes Firman Wijaya. Whistle Blower dan Justice
adalah kejahatan yang sangat sulit Collaborator Dalam perspektif Hukum.
pembuktiannya sehingga memerlukan orang Penaku. 2012
dalam yang terlibat. Hari Sasangka dan Lily Rosita. Hukum
2. Implementasi Undang-Undang Nomor 31 Pembuktian dalam Perkara Pidana.
tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi Dan Mandar Maju. Bandung. 2003
Korban diharapakan mampu meminimalisir Komar Andasasmita. Masalah Hukum Perdata
maupun memberantas tindak pidana Nasional Indonesia. Alumni. Bandung.
tertentu yang sulit pembuktiannya, yaitu 1983
melalui putusan Hakim, karena apabila Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra. Hukum Sebagai
sudah ada beberapa contoh kasus yang Suatu Sistem. Remaja Rusdakarya.
sudah mempunyai hukum tetap yaitu terkait Bandung. 1993
dengan seorang saksi whistleblower yang Phillipus M. Hadjon. Perlindungan hukum Bagi
diputus bebas, aman dari ancaman atau Rakyat Indonesia. PT. Bina Ilmu.
intimidasi terhadap diri pelapor dan Surabaya. 1987
keluarganya selama proses dari awal sampai R. Soesilo. Hukum Acara Pidana (Prosedur
selesai, bahkan sampai selamanya Negara Penyelasaian Perkara Pidana Menurut
dibebankan untuk menjaga keamanan dari
36
Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016
KUHAP bagi penegak hukum). Politea. saksi dan Korban. Volume 1 Tahun
Bogor. 1982 2011. Hal 30. LPSK
Surastini Fitriasih. Perlindungan Saksi Dan Eddy O.S. Hiariej. Tetap Dijatuhi Pidana
Korban Sebagai Sarana Menuju Proses Bilamana Terlibat dalam Kejahatan,
Peradilan Pidana Yang Jujur Dan Adil. Newsletter Komisi Hukum Nasional
Alumni. Bandung. 2009 (KHN). Vol.10. 2010
Sunaryati Hartono. Politik Hukum Menuju Satu
Sistem Hukum Nasional. Alumni.
Bandung. 1991
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT.Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 2004
Soerjono Soekanto. Pokok–pokok Sosiologi
Hukum. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 2009
Sudarto. Hukum Pidana I. Yayasan Sudarto.
Semarang. 1990
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian
Hukum. UI Press. Jakarta. 1982
Satijipto Raharjo. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya
Bakti. Bandung. 2000
Wantjik Saleh. Tindak Pidana Korupsi Dan
Suap. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1983
Sumber-Sumber Lainnya:
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No. 31 tahun 2014 tentang
Perlindungan Saksi Dan Korban
Undang-Undang No. 13 tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban
Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman
Tim Pengajar. Metode Penelitian dan Penulisan
Hukum. Fakultas Hukum Universitas
Sam Ratulangi. Manado. 2007
Nixson, Syafruddin Kalo, Tan Kamello, Mahmud
Mulyadi. Dikutip dari USU Law Jurnal.
Vol.II-No. 2. Perlindungan hukum
terhadap whistleblower dan justice
collaborator dalam upaya
pemberantasan Tindak pidana korupsi.
2013
Abdul Haris Semendawai. Revisi Undang-
Undang No. 13 tahun 2006.
Momentum Penguatan Perlindungan
Saksi dan Korban, Perlindungan Jurnal
37